Enjoying~~~
Prok
Prok
Prok
"Bagus, setelah ini bukan hanya anak tidak berguna tapi kamu juga menjadi anak yang menyusahkan." Bagas langsung menatap ke arah ibunya berbicara. Bangun dari pingsannya dan langsung di sapa dengan ucapan sarkas ibunya.
"Bu.. Stop mengatakan aku anak tidak berguna," jawab Bagas dengan lirih. Ia sedikit memegang kepalanya yang berdenyut sakit.
Rose mendelik mendengar jawaban Bagas, "Lalu kalau tidak berguna apa?!"
"Lihat bahkan saat ini aku harus mengeluarkan uang untuk biaya rumah sakit mu." Rose menunjuk Bagas dengan emosi. Jika terus seperti ini wajahnya benar-benar akan keriput.
"Ya ampun, mungkin setelah ini kamu harus bekerja paruh waktu. Aku tidak ingin terus-terusan mengeluarkan uang secara cuma-cuma!"
"Ingat Bagas. Jadilah anak yang berguna dan tau diri, jangan seenaknya saja. Kamu masih hidup di bawah naungan ku dan suamiku. Setidaknya jadilah berguna sekali-kali."
Rose keluar dengan bersungut-sungut meninggalkan Bagas yang terdiam menahan air mata yang akan segera lolos.
Nyatanya, ia masih belum terbiasa.
"ARGHHH!!"
"Ya tuhan..." lirihnya, Bagas kembali memegang dadanya yang seperti terbelah. Ucapan ibunya seperti menjadi penyakit untuknya.
Bagas berteriak histeris, pemuda itu membuka infusan dan alat bantu pernafasan yang sedari tadi menempel di hidungnya secara paksa.
Pemuda rapuh itu berjalan limbung menuju jendela. Terik matahari yang cerah seolah bersemangat memperlihatkan cahayanya.
Bagas mengangkat wajahnya menikmati panasnya matahari yang menerpa. Setelah puas, dia berjalan kedepan hingga pembatas. Melihat kebawah, di mana orang berlalu lalang. bibirnya sedikit terangkat melihat ibunya sedang menunggu ayah serta kakaknya yang berjalan mendekat.
Meski sekali, ia ingin memberikan hadiah untuk keluarganya. Hadiah yang akan membuat keluarganya senang, hadiah spesial yang keluarganya nantikan, mungkin?
Bagas mengangkat kedua tangannya. Seakan mendukung, matahari yangs semula terik kini menjadi mendung dengan angin sepoy-sepoy yang menyejukkan.
Bagas melompat dengan senyuman yang tak lepas dari bibirnya. Sekilas, ia bisa merasakan beban yang sedikit terangkat.
Senyum itu semakin mengembang. Pemuda itu menutup kedua kelopak netranya.
Brugh!
Mata Rose membelalak, begitupun Davian beserta kedua putranya. Di depan mereka anak serta adik mereka terkapar dengan darah yang merembas dari beberapa bagian tubuhnya.
Tubuh Rose meluruh dengan mulut yang menganga. Baru tadi dia meninggalkan putranya untuk menjemput suami dan putra yang lainnya, kini ia malah di kejutkan oleh kejadian di depannya .
"BAGAS!" Teriak Davian.
___________
"Hahhh!!" Bagas terperanjat, nafasnya terrngah-rengah.
Kesha yang setia berada di sebelahnya segera mengambilkan anaknya itu air putih. Bagas meminum air itu dengan cepat hingga ia terbatuk.
"Ya Tuhan nak..." Kesha tak henti-hentinya menatap khawatir putranya. Demam dan mimpi buruk yang di alami sang putra membuat dirinya tidak bisa tenang.
"Apa sebelum ini dia melakukan aktivitas yang membuatnya lelah Kesha?" tanya Tuan Vincent. Ayah dari Brandy.
"Tidak pah, 3 hari yang lalu setelah makan siang aku langsung mengajaknya tidur siang. Dan setelah aku bangunkan dia seperti ini."
"Tenang nak, Bagas kita hanya sedang demam." Nyonya Leaman alias Eloise Leaman menenangkan menantunya yang tengah panik serta khawatir.
Kesha hanya mengangguk mengiyakan. Tangannya tak berhenti mengelus rambut putranya yang kembali terlelap selepas minum tadi.
Sementara Brandy dan kedua putranya hanya diam menatap datar. Bukan karena tidak peduli, tetapi begitulah tampang wajah mereka. Kecuali satu putranya yang sedari tadi tidak bisa diam dengan menampakkan wajah khawatir yang kentara.
Bagaskara Yuqi Leaman, putra keempat dari pasangan Brandy Loye Leaman dan Kesha Selena Leaman.
Kedua pasangan ini menikah saat mereka masih remaja, tentu saja karena perjodohan. Awalnya mereka di jodohkan untuk kemajuan serta kontrak bisnis, tidak ada cinta didalamnya tetapi lambat laun akhirnya mereka saling jatuh cinta.
Dalam pernikahan mereka, Brandy dan Kesha memiliki 4 orang putra.
Putra pertama Jeff Kenric Leaman pria yang sudah berusia 27 tahun itu memiliki sifat yang tenang. Jeff sangat protective pada adik bungsunya, ia bahkan tak segan-segan membunuh siapapun yang berani mengganggu kesenangan sang adik.
Putra kedua Osvaldo Percy Leaman. Sama seperti Jeff, Valdo juga sangat menjaga kedua adiknya terutama Bagas. Diusianya yang menginjak 25 tahun, dia sudah menjadi CEO di perusahaan yang ia kembangkan sendiri.
Putra ketiga Reagan Otis Leaman pemuda labil 19 tahun ini Tidak seperti kedua kakaknya, Reagan yang paling heboh. Dia juga yang paling sering bersama adik bungsunya.
Reagan bahkan rela bersekolah kembali bersama sang adik meski dirinya sudah lulus. Ia tak rela harus berjauhan dengan adiknya yang imut meski hanya sebentar.
"Kakak apa kita perlu membawa Bagas kerumah sakit?" Reagan menatap kakak keduanya.
Valdo tak menjawab, ia hanya memeluk kepala adiknya dan mengusaknya. Reagan yang tak terima langsung menepis tangan kakaknya itu. Ia berkacak pinggang dan memasang wajah sangar.
"Daddy, kita harus membawa Bagas kerumah sakit!" semua yang ada disana menatap ke arah Reagan.
"Tidak."
"Dad, lihat. ini sudah tiga hari Adikku seperti itu." Reagan menunjuk Bagas dan menatap garang daddy-nya.
"Dia baik-baik saja. Nanti dia akan sembuh hm?" bukan Brandy melainkan Valdo yang menjawab. Ia menggelengkan kepalanya melihat kelakuan adiknya ini.
"Tidak kak, Bagas tidak baik-baik saja. Dia sakit, kalau kalian tidak bisa membawanya. Biar aku saja yang membawanya kerumah sakit!"
Kesha yang melihat putranya begitu kekeh langsung mendekatinya dan memeluknya. "Reagan sayang dengar nak, adik kamu akan sembuh nanti. Adikmu kan kuat seperti dirimu hm?"
"Tapi mom, ini sudah tiga hari."
"Jika nanti malam adikmu masih belum sembuh, kita akan membawanya kerumah sakit. Mommy janji," Tutur Kesha memberi pengertian kepada putra ketiganya.
"Jika itu mommy, aku setuju. Tapi janji loh." Kesha mengangguk lalu tersenyum. Reagan akhirnya mengalah. Valdo langsung membawa adik nya itu keluar begitu percakapan selesai. Ia hanya tidak mau adiknya ini lebih rewel dan heboh nantinya.
Bukannya mereka tidak mau membawa putra mereka kerumah sakit. Hanya saja musuh mereka ada dimana-mana. Leaman hanya tak mau hal yang tak terduga terjadi.
Meski dengan penjagaan yang ketat sekalipun, mereka masih waspada. tidak ada yang tau dimana musuh bersembunyi dan kapan mereka menyerang.
"Apa kita harus membawanya kerumah sakit?" ujar Eloise.
"Tidak Eloise, kamu tau sendiri bukan musuh kita ada dimana-mana," ujar Vincent menjawab pertanyaan istrinya.
"Bukankah rumah sakit itu milik Brandy. Kau tinggal mengusir semua yang ada disana dan mengganti penjaganya dengan orang kepercayaan kita. Aku tidak tahan melihat cucuku terbaring lemah seperti ini Vincent," usul Eloise.
"Kita tunggu nanti malam." mereka hanya mengangguk mendengar kata tak bisa di bantah dari Tuan Leaman itu.
TBC
(๑'ᴗ')ゞ🌺
