7.

8.6K 1K 122
                                        

Enjoying~~~














"Bagasss."

Bagas menoleh saat ada yang memanggil dirinya. Terlihat kakak ketiganya masuk ke dalam kamar miliknya.

"Ya kak?"

"Nee Bagas, kita main petak umpet yok." kedua netra Reagan berbinar.

Bagas menggeleng, "Bagas ga mau di hukum lagi kakak."

"Ish kita tidak akan di hukum Adik." Reagan mencebbikan lidahnya. "Ini hanya permainan petak umpet euy."

"Tidak ada yang namanya bermain."

Keduanya menoleh saat suara bass itu terdengar. Reagan memanyunkan bibirnya. "Ayolah kak, hanya petak umpet kok."

"Kamu masih dalam masa hukuman Reagan. Dan sekarang kamu lari dari hukumanmu." Reagan menelan ludahnya kasar.

"Ayolah kak,ini bahkan sudah 2 hari yang lalu."

"Hukumanmu seminggu. Jadi cepat kembali kekamarmu, atau kakak akan menambah masa hukuman itu."

Reagan mendelik tak suka. Namun tak ayal dirinya pergi dari sana, sebelum itu ia menyempati diri mengecup kening adiknya dan menginjak kaki kakak pertamanya. Setelah itu ia lari dengan cepat ah tepatnya lari dari amukan kakaknya.

Jeff sendiri hanya memandang datar kepergian adik keduanya itu. Bahkan perban di dahinya belum di lepas tetapi adiknya itu sudah berbuat ulah.

"Baby, apa masih sakit?" Jeff mengelus rambut Bagas lembu.

Bagas menggeleng kemudian mengangguk. "Euhm nyut nyut gitu kak."

Jeff terkekeh betapa menggemaskannya adiknya ini. "Makanya jangan nakal."

"Tak apa kakak, demi sebuah es krim."

"Tetapi, bukankah belum ada pemenang? Kalian bahkan terjatuh sebelum finish," ujar Jeff.

"Aaaa..." Bagas baru ingat sekarang. Netranya berkaca-kaca. "Lalu bagaimana dengan es krim ku," rengeknya.

Jeff mengecup kedua pipi adiknya yang sudah berlinang air mata. "Nanti kakak belikan untukmu."

"Sungguh?" Bagas mengusap air matanya.

"Tentu."

"Sayang kakak!" pemuda itu memeluk kakaknya erat. "Kakak lebih sayang dirimu baby." Jeff membalas pelukan itu.

"Jadi dengan kami Baby tidak sayang?" Bagas mendongak melihat keluarganya berkumpul.

Bocah itu melepaskan pelukannya. "Sayang kalian banyak-banyak!"seru Bagas.

Yang lainnya terkekeh melihat tingkah Bagas.

Bagas bahagia. Secara fisik dan mentalnya. Bersyukur pada Tuhan yang membawanya ke situasi yang sulit di pahami, tetapi membuat dirinya berada di puncak kebahagiaan.















End.



Bagaskara ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang