Eps. 0.1 || Gue Nggak Peduli

9 4 0
                                    

"LEBIREYYA!!"

Lebi menatap malas remaja laki-laki di hadapannya. 'Tampang doang cool, suara cempreng!' Batinnya mencibir.

"Bersihin green house sama yang lain karna lo telat!" Perintah mutlak tak dapat di bantah keluar dari mulut Arkan. Lebi muak.

"Bacot bener lo kayak cewek" sahutnya malas, ia segera pergi dari hadapan Arkan sebelum ketua OSIS tersebut kembali mengoceh.

Lebi melangkahkan kakinya menuju sebuah bangunan yang lebarnya tak main-main, dindingnya sebagian terbuat dari kaca dan kawat.

"Gila sih Arkan, masa GH segede gini dibersihin tiga orang aja" gumamnya sembari menatap sangkar burung yang lebarnya mencapai 6×4 meter. Bukan hanya satu sangkar, namun empat sangkar dengan jenis burung berbeda-beda. Belum lagi kandang tupai, monyet dan landak yang kotor karena jarang dibersihkan. Lebi mengamati sekali lagi, 'Bonbin kah?' Ucapnya dalam hati.

Sekolah swasta milik kakek Lebi memiliki beberapa peliharaan entah tanaman atau binatang, tujuannya untuk melakukan penelitian tanpa harus keluar sekolah.

Melihat sekitar sepi dan sepertinya dua orang yang dihukum tersebut tak menyadari kehadirannya, Lebi memilih segera bergegas dari tempat tersebut. Melangkahkan kaki menuju toilet perempuan di bagian belakang.

Ia hendak masuk ke dalam, namun sebuah suara menegurnya.

"Bukannya gue nyuruh lo ke GH?"

Lebi menoleh cepat, "Ya kan gue mau ke toilet dulu! Sana lo hus hus! Ini toilet cewek!" Usirnya pada Arkan yang masih setia bersandar di luar dinding toilet.

Lebi membanting pintu toilet yang terbuat dari logam. Senyum licik menghiasi wajahnya. Ia segera memasuki salah satu toilet.

Gadis tersebut menatap dinding toilet bagian belakang yang tak terlalu tinggi. Kemudian, dengan hati-hati menempatkan kakinya di atas dudukan kloset, memanjat dinding tersebut dan melompat.

Sepetak kecil kebun belimbing menyambutnya, kini Lebi tak lagi berada di area sekolah. Matanya mengedar, ia baru menyadari jika kebun belimbing ini dipagari setinggi dua meter. Satu minggu yang lalu, kebun ini masih berpagar tembok setinggi perut anak berusia tiga belas tahun.

Namun, yang namanya Lebi pasti sangat jeli. Hingga ia akhirnya keluar melalu celah sempit yang hampir menyentuh dinding sekolah.

Ia akan kembali saat istirahat.

0o0o0

Bel tanda istirahat berbunyi, dua orang gadis nampak berjalan menuju pintu

"Huft... Capek banget!"

"Iya, bersihin GH berdua lagi" sahut seorang gadis.

Nara dan Tata berjalan keluar green house dengan peluh membasahi kening dan leher.

"Hei, mana Lebi?"

Nara dan Tata menatap bingung Arkan. Lebi? Mereka rasa mereka tak melihat si pembuat onar tersebut, apakah ia kabur lagi? Begitu isi pikiran mereka.

"Lebi? Nara tadi nggak lihat Lebi Kak. Iya kan Tata?" Jawab Nara, sementara
Tata terlihat mendengus mendengar nada sahabatnya yang di imut-imutkan, apalagi kata-kata sok polos yang sering Tata dengar ketika Nara bertemu Arkan.

"Ho'oh, palingan juga kabur" jawab Tata membenarkan.

Wajah Arkan nampak mengeras, bukan pertama kalinya ia mendapati hal ini. Seharusnya ia terbiasa, namun hanya amarah yang menguasainya.

Gue Cuma LebiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang