"tapi saka menarik."

2K 226 19
                                    

kata aku buat kamu jangan mudah melongo ya, aku tau book ini ga nyambung sama sekali.

𖤐

dihari berikutnya, renja dan jian pamit keluar dengan alasan pergi ke salon. memang awalnya ke salon dan setelah selesai menyalon rambutnya, kedua anak kembar itu tidak langsung pulang melainkan pergi ke salah satu bar tempat renja bekerja dulu, sialan! memang renja tidak ada kapok kapoknya apalagi sekarang tiba tiba jian meminta ikut.

"lo seriusan ga mata matain gua kan, ji?"

jian mendelik sinis saat mereka mulai memasuki tempat maksiat, "ya kamu pikir?"

"ya gua pikir lo mata matain gua, soalnya kemarin hanam cerita kalau lo sama haekal datang ke rumahnya buat nyariin gua dan hanam sempet terkecoh ngira lo itu gua." saut renja ragu, kembarannya itu uhm sulit ditebak.

"aku bosen dirumah, nja."

"tapi dirumahkan lo ditemenin sama saka, dia ngerjain berkas kantornya dari rumah kan?"  keduanya mulai duduk disalah satu bangku, jian bahkan sudah mengangkat tangan guna memanggil pelayan untuk memesan minuman.

jian kembali menatap renja. "ya terus kalo saka dirumah, emang aku harus terus stay disampingnya? enggalah, meskipun aku sama dia saling cinta bukan berarti ga ada rasa bosan antara satu sama lain kan?"

demi author nikah sama jeno, renja langsung cengoh mendengar perkataan jian. apa tadi, bosan? apa? kembarannya itu bisa bosan dengan dominan semacam saka?!

"lo ga salah ngomong, ji?"

jian ngeggeleng polos.

"tapi saka menarik."

"mau tukeran?" tawar jian.

renja melotot. "hah? lo kayaknya stress, ji.. sadar dia tunangan lo!"

"ya terus kalo dia tunanganku, emang kenapa?" menurut renja saat ini jian agak tolol. "aku tau kamu cuma main main doang dan lagian kita kembar, ga ada salahnya dan mereka ga bakal sadar kalau kita tukeran." tambahnya semakin membuat renja tak habis pikir.

renja menggeleng, sejalang jalangnya dia tidak mungkin mau menjadi orang ketiga diantara hubungan kembarannya dengan tunangan kembarannya meski kembarannya itu memaksa pun tidak akan ia lakukan. "lo jangan gila ji, emang gua akui saka menarik tapi gua ga sampai berpikiran main sama saka."

jian mengangkat satu alisnya seolah meledek renja. "really?" tanyanya menantang disusul suara tawa dengan nada meremehkan, terdengar jelas ditelinga renja.

"jian.." renja merotasikan mata malas, melirik pelayan yang datang membawa pesanan mereka; setelah sang pelayan meletakan pesanan mereka dan melengang pergi, tanpa sengaja tatapan renja beralih pada pintu khusus ruang staff bar bertepatan dengan seorang pemuda keluar dari ruangan itu sembari fokus melipat lengan sragamnya dan detik itu juga senyum tipis terukir sempurna dibibir renja.

jian yang menyadari arah pandang kembarannya hanya bisa menggeleng dan lanjut minum, "dia juang yang dimaksud reynan?" celetuknya membuat renja menoleh dengan senyum mengerikan menurut jian.

renja mengangguk dan sebelum beranjak menghampiri juang, renja memberi wejangan yang seharusnya pantas ditujukan pada dirinya sendiri bukan pada jian. "gua tinggal dulu, lo jangan banyak minum! ntar mabuk ngerepotin gua, dan oh ya lo jangan ganjen." bangsat! ngaca renja, ngaca!

𖤐

"perkara juang gimana, na? lo kan deket sama dia." sambutan tak mengenakan ditujukan jendra pada naren yang baru saja pulang dari rumah sakit.

3. La vida loca› partnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang