1. Adik Baru

1.7K 133 3
                                    

Harap vote sebelum membaca!

Jakarta, Februari 2001

Udara di Kota Jakarta lumayan dingin karena hujan mengguyur tiada henti dan membuat orang-orang malas untuk melakukan aktivitas sehari-hari rasanya mereka enggan untuk beranjak dari tempat tidurnya.

"Mama, Papa, Wildan malas untuk pergi ke sekolah hari ini. Hujannya membuat mata Wildan mengantuk." celoteh Wildan dengan mata terpejam dan rambut sedikit acak-acakan karena baru bangun tidur.

"Jika kamu tak bersekolah nanti kamu tertinggal pelajaran sayang." ucap sang ibunda, Ayyara.

"Teman-teman Wildan juga pasti tak masuk sekolah Mama. Di TK pasti sepi dan tak ada siapa-siapa. Percaya sama Wildan, Mama yang cantik."

"Ya sudah hari ini tak masuk sekolah, asalkan kamu jangan main keluar rumah."

"Hore! Iya Ma, Wildan takkan pergi main ke luar rumah. Wildan janji!" Wildan mengeluarkan jari kelingkingnya dan Ayyara menautkan kelingkingnya di jari kelingking Wildan.

"Wildan sudah berjanji dengan Mama dan jangan melanggar!" Ayyara tersenyum manis ke arah Wildan dan Wildan mengangguk-anggukan kepalanya dengan lucu.

"Wildan janji Ma!"


🍂00.59🍂


Seperti biasa rutinitas di pagi hari Kenan dan istrinya, Ayyara sebelum pergi kerja yaitu mengantarkan anak semata wayangnya, Wildan ke sekolahannya.

"Alhamdulillah sudah sampai di sekolah Wildan." ucap Kenan.

"Ma, Pa, Wildan pamit berangkat sekolah." Wildan mencium tangan dan pipi kedua orang tuanya.

"Belajar yang rajin sayang!" ucap Ayyara.

"Baik Mama!" Wildan mengangguk.

"Nanti Papa menjemput kamu sepulang sekolah Nak. Jangan keluar sekolah sebelum Papa datang menjemput kamu!"

"Baik Pa. Wildan berangkat sekolah, Assalamualaikum!"

"Wa'alaikumsalam"

Wildan masuk ke sekolahannya kemudian berlari menuju kelasnya.

🍂00.59🍂

Pukul 11.00 WIB bel pulang sekolah berbunyi. Wildan keluar kelas dengan menangis karena diejek oleh teman-temannya karena tak memiliki seorang adik. Wildan kemudian duduk di bangku pos satpam sekolahannya sembari menunggu ayahnya datang untuk menjemputnya.

"Sudah jangan menangis Wildan." ucap Pak Syarif menenangkan Wildan.

"Wildan takut tak mempunyai teman Pak Syarif hanya karena tak memiliki adik. Wildan ingin memiliki adik seperti teman-teman Wildan yang lain dan memiliki teman bermain di rumah."

"Semua teman-teman Wildan memiliki adik sedangkan Wildan tidak."

"Nanti Wildan katakan pada ayah dan bunda Wildan untuk memberikan seorang adik pada Wildan."

Tin!

"Itu ayah Wildan sudah datang menjemput Wildan. Jangan menangis lagi, insyaallah tahun depan Wildan memiliki seorang adik. Aamiin!"

"Terima kasih atas doanya Pak Syarif."

"Sama-sama."

Wildan meninggalkan sekolahannya dan pulang ke rumahnya.

Sesampainya di rumah Wildan merajuk karena ayahnya tak menuruti permintaannya untuk memiliki seorang adik.

"Wildan sayang waktunya makan siang! Papa nanti mau kembali lagi ke kantor!"

00 : 59 (End) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang