4. END

1.4K 107 7
                                    

Vote sebelum membaca!

🌱

Di salah satu ruang ICU rumah sakit, seorang anak berusia 11 tahun terbaring tak sadarkan diri dan tengah berjuang melawan penyakitnya di atas ranjang pesakitan. Karena penyakit kanker darah yang beberapa minggu ini bersarang di tubuhnya. Dan penyakit itu ternyata lumayan ganas dan sudah di tahap stadium 2.

Suara beside monitor seperti meramaikan ruangan tersebut agar tak terasa sunyi. Banyak peralatan medis yang menghiasi tubuh kecilnya.

Oxymetri yang menjepit jari tengahnya untuk mengetahui kadar oksigen di tubuhnya. Oxygen mask, menutupi wajah tampannya yang pucat. Dan beberapa jarum infus yang menusuk kulit punggung tangannya. Serta, kabel-kabel yang terpasang di dadanya dan terhubung ke beside monitor.

Tiga anggota keluarganya datang untuk melihat keadaannya dengan mengenakan pakaian steril. Ayyara, ibunya tak kuasa melihat keadaan anak bungsunya tersebut. Ia tak henti-hentinya menangis sejak vonis dokter diucapkan.

"Aji sayang" ucap Ayyara menahan tangis.

"Aji yang kuat! Aji pasti bisa melewati ini semua. Semangat Nak. Lawan penyakitmu sayang!" sambung Ayyara di tengah tangisnya.

"Ay!" Ayyara jatuh tak sadarkan diri. Syukurlah Kenan dengan sigap menahan tubuh istrinya agar tak jatuh.

"Kak tolong panggilkan suster!"

Wildan keluar dari ruang ICU dan meminta bantuan pada suster.

🍂24.59🍂

Seorang perawat datang ke kamar rawat Ayyara untuk memberikan sarapan pagi untuk Ayyara. Setelah menaruh sarapan di nakas, perawat tersebut keluar dari ruang rawat Ayyara dan melanjutkan pekerjaannya kembali.

"Ay, waktunya sarapan. Jangan memikirkan apa pun! Kalau kamu ingin sembuh, makan Ay!" Ayyara menggeleng pelan.

Sejak Ayyara pingsan kemarin di ruang ICU, kondisinya menurun dan tekanan darahnya sangat rendah. Dan malamnya dokter menyarankannya untuk dirawat di rumah sakit.

"Ay?"

"Aku memikirkan keadaan Aji Mas. Aji, kenapa harus menderita penyakit itu?"

"Aji belum sadar Mas. Aku takut!" Kenan memeluk istrinya dan membiarkan istrinya menangis di pelukannya. Tak henti-hentinya Kenan menciumi pucuk kepala Ayyara.

"Insyallah Aji akan sembuh Ay. Kamu jangan khawatir!"

Di sekolah tingkat menengah atas tempat Wildan menuntut ilmu, Wildan sedang duduk sendirian di tempat duduknya. Ia benar-benar tak mood untuk pergi ke kantin dan beristirahat.

Ulangan tadi pun ia tak fokus. Ia tak peduli jika nantinya kena remedial karena nilainya kurang. Pikiran Wildan tak bisa terlepas dari Aji, adik bungsunya. Ia benar-benar takut jika suatu saat Aji menyerah karena penyakitnya dan pergi selama-lamanya.

"Ya Allah sembuhkanlah Aji. Hamba mohon. Jangan kau menguji Aji dengan penyakit itu. Aji masih muda, Wildan mohon biarkanlah Aji lebih lama lagi hidup di dunia Ya Rabb"

🍂24.59🍂

Beberapa hari kemudian, Aji sudah sadar dari komanya. Keadaannya sedikit stabil dan sudah dipindahkan ke ruang rawat inap.

Di dalam kamar rawat Aji, ada Wildan yang menjaga Aji. Mulai hari ini kedua orang tua mereka sibuk bekerja. Ayyara kembali bekerja di perusahaan milik suaminya dan bekerja di bagian manajemen pemasaran. Karena bagian manajemen sebelumnya, kemarin resign dari pekerjaannya dan mau tak mau Ayyara harus membantu suaminya. Karena belum adanya pengganti.

00 : 59 (End) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang