Part 3: Hinata choice

1K 150 17
                                    

Sejak pagi buta Hinata sudah berdiri di depan rumah Naruto, dia tampak ragu untuk mengetuk pintu.

"Ayo...Hinata, lebih baik kita akhiri semuanya" Hinata mengumpulkan keberaniannya dan mengetuk pintunya.

Tok....Tok...Tok

Tok...Tok....Tok

Tok....Tok... Tok...Tok

"Apa Naruto tidak di rumah?" 

Hinata melihat lampu kamar Naruto masih menyala.

"Naruto-kun"

Hinata terus mengetuk pintu rumah Naruto sampai dia membukakan pintu untuk Hinata.

"Maaf... Aku baru bangun, ada apa Hinata? Hoaaaam~ " Tanyanya sembari menguap.

Hinata menunduk dan memberi Naruto syal. "Naruto-kun, selamat tinggal "

Hinata menunduk dan pergi dari rumah Naruto begitu saja. Dia menggigit bibirnya dengan keras dan mengepalkan tangannya meskipun tubuhnya gemetaran karena menahan tangis.

"Kalau dia menghentikannku sekarang mungkin aku akan memberinya satu kesempatan lagi." Hinata menoleh kebelakang dan Naruto tidak mengejarnya dan langsung menutup pintu. Perasaan Hinata hancur berkeping-keping dan membuatnya tidak bisa lagi menahan air matanya.

Tes....tes .....tes....

Air mata Hinata membasahi pipinya, rasa sakit, kecewa dan sedih bercampur aduk saat menyadari perasaannya tidak terbalaskan meskipun dia telah memberikan banyak kesempatan untuk Naruto.

"Aku merasa bodoh dengan mencintaimu Naruto" ucapnya dengan lirih, energinya terkuras habis meskipun tidak melakukan apapun.

"Sudah berakhir"
.
.
.
"Aku tidak akan lagi mengejarmu Naruto"
.
.
"Selamat tinggal "

Hinata berjalan pulang dengan wajah lesu, melewati pertokoan Konoha yang mulai ramai.

"Hei, Neji! Bukankah itu Hinata? Dia terlihat sedih" ucap Tenten.

"Mungkin Naruto membuatnya menangis lagi" sahut Lee.

Neji menatap Hinata untuk beberapa menit lalu meletakkan kunai yang hendak dia beli. "Aku pergi dulu"

Lee menghentikan Neji dengan menarik tangannya. "Jangan sakiti Naruto! Dia hanya bodoh, kumohon maklumi saja dia "

Neji mendorong Lee "Aku bisa menemui Naruto lain kali, Hinata adalah prioritasku yang utama "

Neji berjalan mengikuti Hinata beberapa meter di belakangnya. Neji menghardik dirinya sendiri karena gagal membuat Hinata tersenyum meskipun dia tahu bukan dia penyebab utama kesedihan Hinata.

Neji berhenti sejenak lalu berbalik menuju toko milik Ino. Ino terkejut melihat Neji untuk pertama kalinya datang ke tokonya.

"Neji? Ada apa?"

"Berapa harga seikat bunga lavender?"

"Kau bisa melihatnya di papan harga " jawab Ino lalu mengambil beberapa tangkai bunga lavender dan mulai menatanya dengan cantik. "Apa ini untuk Hinata?"

"Ya" jawab Neji dengan singkat lalu meletakkan uang di meja.

"Aku dengar dari Sakura kalau Hinata ada masalah dengan Naruto "

"Hmmm begitulah "jawab Neji.

"Apa kau menyukai Hinata? " Tanya Ino dengan tiba-tiba dan membuat Neji menjadi salah tingkah.

"A-a-ku.."

"Aku apa hayooo?" Goda Ino.

"Tutup mulutmu Ino! " Neji merebut buket bunga itu dan segera lari keluar dari toko agar Ino tidak menyadari wajahnya yang memerah karena malu.

Drap...Drap...Drap...Drap

Neji berlari mengejar Hinata, Namun karena suara langkah kakinya yang terlalu keras membuat Hinata berbalik dan melihat Neji.

"Sial, aku akan menabrak Hinata " Neji dengan sigap menghentikan langkahnya meskipun hanya berjarak beberapa milimeter dari Hinata. Neji dengan gugup mendongakkan kepala ke atas, wajahnya memerah karena malu dan dia menelan ludahnya tanpa sadar.

Hinata menunduk dan wajahnya tersipu malu namun tubuhnya tidak bisa bergerak, aroma wood dan musk dari Neji membuatnya terbuai. Wajah Hinata semakin memerah saat mendengar degup jantung Neji yang berdebar-debar sangat kencang.

"Kak Ne.."
"Hina.."

Mereka tanpa sengaja memanggil satu sama lain secar bersamaan dan mereka semakin salah tingkah seperti anak remaja yang kasmaran.

Neji berbalik membelakangi Hinata dan memberikan buket bunga padanya.

Hinata terkejut melihatnya namun bunga dari Neji telah memperbaiki perasaannya yang sempat hancur.

"Terimakasih Kak" Hinata mengambil buket bunga itu dan memeluknya dengan senang.

Neji menutup bibirnya dengan lengan bajunya untuk menyembunyikan perasaan senang saat Hinata mau menerima pemberiannya.
___

Hiashi keluar dari ichiraku ramen dan membungkus beberapa porsi untuk makan di rumah dan melihat Neji dan Hinata dari jauh.

"Kemarin katanya tidak mau, dasar anak muda yang labil tch tch.." gumam Hiashi 

To be continued



He Knows meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang