Hiashi sampai di rumah beberapa saat setelah Neji dan Hinata sampai di rumah. Mereka saling berjauhan seolah tidak terjadi apa-apa.
"Bagaimana Lavendernya? Dasar Kalian ini... Bisa-bisanya jadi tontonan orang-orang di Konoha. Bermesraan di muka umum " Sindir Hiashi. "Hyuga ini klan elit sekaligus satu dari beberapa klan tertua di Konoha, lebih baik menikah dulu sebelum bermesraan seperti itu "
Wajah mereka memerah seperti tomat yang siap untuk dipetik. "Kami tidak bermesraan paman " sahut Neji.
"Kalaupun Iya aku juga tidak masalah, asalkan kalian menikah dulu. Kalau memang tidak siap ya bertunangan dulu " Hiashi meletakkan bungkusan ramen di atas meja. "Lagipula memangnya apa yang kamu tidak siap? Finansial? Ayahmu meninggalkan warisan cukup banyak, karirmu bagus. Belum cukup kenal ? Kalian dari bayi udah kenal satu sama lain.. memang anak muda sekarang terlalu banyak alasan" Sindir Hiashi. "Hanabi! Ambil mangkok 4 di dapur sekalian bikin teh juga!" Lanjutnya.
"Baik ayah!" Hanabi segera ke dapur.
Hiashi melihat Hinata sembari melepas jaketnya lalu duduk di kursi ruang makan. "Jika kamu menikah dengan Neji, kamu bisa berhenti menjadi shinobi dan mewujudkan mimpimu, Neji yang akan melanjutkan tanggungjawabmu sebagai pemimpin Hyuga sekaligus penerusku "
Hinata terdiam dan tampak bimbang. Dia mengira ini hanya jebakan Hiashi untuk menghukumnya karena gagal di misi kemarin.
"Ummm"
"Ayah serius Hinata "
"Kenapa ayah tiba-tiba berubah pikiran? " Tanya Hinata.
"Hmmm.... Saat melihatmu, Ayah jadi teringat paman Hizashi. Meskipun menurut orang dia gagal menjadi Shinobi, tapi dia berhasil menjadi sosok Ayah yang baik"
"Lalu?"
"Ayah ingin menjadi orang yang lebih baik, atau setidaknya Ayah menjadi Ayah yang baik untukmu dan Hanabi"
Hinata tersenyum melihat Ayahnya. Hinata menuju dapur dan mengambilkan puding sebagai ungkapan terimakasih dan rasa bahagianya yang dia cukup malu untuk mengatakan langsung pada ayahnya.
"Terimakasih Hinata"
Hinata mengangguk dan duduk di ruang makan sembari menunggu Hanabi.
Hanabi menuangkan teh hijau di cangkir mereka dan menyiapkan ramen yang sudah di beli Hiashi.
"Hinata, Ayah sudah berpikir ratusan kali tapi sepertinya memang keputusan ayah sudah benar dengan menjodohkanmu, Ayah yakin kalau Neji akan menjagamu lebih baik daripada Ayah. Dia pasti akan menyayangimu " ucap Hiashi
"Paman! Aku belum bilang setuju " sahut Neji
"Kalau menunggu kamu setuju ya bisa-bisa Hanabi duluan yang nikah daripada Hinata" Hiashi menyodorkan beberapa foto tempat penikahan yang klasik dan tradisional seperti yang Hyuga biasa lakukan. " Kita akan menundang banyak orang dari klan elit, kita bisa sekalian memperkenalkan Neji sebagai penerus Hyuga "
Hanabi terkekeh sembari memakan ramen. " Ayah sangat tidak sabar menunggu kak Hina menikah"
"Tentu saja, Neji adalah orang aku percaya. Dia juga jauh lebih baik daripada si Naruto! Bertahun-tahun Hinata mencintainya tapi tidak ada balasan juga. " Ucap Hiashi dengan sangat kesal. "Kalau sampai kamu menikah dengan Naruto, aku tidak akan memaafkan Naruto, mau dibawa kemana putriku satu-satunya? Hidup berantakan, background perilaku juga jelek bahkan di sekolah selalu berprestasi menjadi anak paling badung"
"Tapi sekarang dia sudah sangat kuat, Ayah" Hinata berusaha membela Naruto.
"Kuat itu tidak terlalu penting, kita tidak pernah tahu kemana Konoha akan berkembang. Mungkin saja cepat atau lambat era ninja akan berakhir, Hinata!"
Neji menghentikan Hinata yang hendak berbicara. "Tidak baik bertengkar saat makan"
Hiashi mengangguk pelan. "Aku setuju dengan Neji, ayo kita makan "
Hinata tersenyum melihat Neji dan menggenggam tangannya " Terima kasih"
"Sudah... Sudah... Nanti saja bermesraan-mesraannya setelah menikah" sindir Hiashi
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
He Knows me
FanfictionNaruto disclaimer to Masashi Kishimoto-sensei Bagaimana kalau seandainya Hinata sadar kalau selama ini pengorbanannya sia-sia saat memperjuangkan Naruto? Sudah saatnya Hinata berhenti sesaat dan lebih peka dengan lingkungan sekitar dan menghargai d...