Cuacanya sih oke, tapi keadaan Desta yang enggak oke. Habis gimana ya? Ini kan Minggu, dan seharusnya dia bisa tidur sampai mampus. Tapi nyatanya? Dia bangun pagi-pagi cuma karena Marissa menelponnya terus-menerus. Coba tebak hal urgent apa yang membuat cewek itu subuh-subuh udah heboh telepon Desta.
Waktunya saat menginjak pukul empat lebih sepuluh menit. Desta yang asoy bermimpi bisa bersanding dengan Irene Red Velvet harus kejengkang dari kasurnya karena nada dering teleponnya yang berbunyi keras. Marah? Woh iya, murka? Tentu saja. Siapa sih yang enggak marah ketika kamu mimpi indah sama seseorang yang susah digapai tetapi dalam mimpi dapat tergapai. Apalagi ini Irene Red Velvet.
Desta menarik sarung yang dia pakai dan melemparnya kearah nakas dengan kesal, mengambil handphonenya dengan bringas setelah mengecek siapa yang menelepon.
Alisnya tertaut bingung saat telepon dari Marissa yang sudah ia angkat hanya dapat berbunyi krusak-krusuk. Seperti lawan bicaranyanya ini tengah sibuk sendiri dengan kegiatannya.
"NGAPA COK-"
"Hal-halo, halo, halo Des! Des, plis! Ya Allah, akhirnya lo angkat! Des, aduh, gimana ini Des."
Desta yang matanya setengah melek langsung nge-jreng begitu saja saat mendengar suara panik dari Marissa.
"Halo, Sa? Marissa, lo kenapa? Lo dimana? Plis, lo gak kenapa-kenapa, kan?!"
"Des ... "
"Sa, jangan bikin gue panik dong, ah. Sekarang kalau bisa lo shareloc, gue otw kesana."
"...." Enggak ada jawaban, dan kontan hal itu semakin membuat Desta risau, dia langsung berlari menuju lemari mencari jaket tebalnya, tapi juancoknya enggak ketemu-ketemu.
"Woi, halo! Marissa, plis!"
"Des, huAAAAAAAAAAAA!!"
"Cepetan shareloc, sekarang juga gue kesana!"
Desta sudah meninggalkan lemarinya, beralih menuju pintu kamarnya, sebelum suara Marissa diseberang menghentikan seluruh laju jantungnya. Yang sebelumnya dag dig dugnya luar biasa dahsyat, mengalahkan kalau ketemu gebetan tapi lupa bayar makanan.
"Kucing gue ngelahirin, Des. Parah banget, mana anaknya bentukannya kayak tikus, huhu ... "
Desta spontan membanting handphonenya ke kasur, kalau ke lantai bahaya bisa-bisa rusak handphone dia, Desta belum siap berurusan dengan rentenir buat bayar hutang-hutang dia. Jadi Desta langsung menarik nafas panjang, tidak menghiraukan panggilan-panggilan dari seberang sana.
"BANGSAT! GUE DOAIN ANAK KUCING LO GEDENYA JADI GAJAH!"
Pip!
Dengan itu, kisah gloomy sunday Desta berakhir. Dia memutuskan buat pergi ke Gym. Hm, ada untungnya juga sih bangun pagi-pagi, tapi ya gitu masih darting sama temennya ini. Pokoknya awas aja kalau Desta diajak ngomong, gak bakal dia mau ngejawab. Bodo.
Desta melajukan sepeda gunungnya perlahan, menyusuri komplek perumahan Perum Sari blok dua ini. Sesekali menyapa para penghuni yang tampak keluar, beberapa ada yang melakukan stretching didepan rumahnya, beberapa ada yang siap-siap ber jogging, dan adapun hanya sekedar mencari udara segar sembari menyiram tanaman masing-masing. Oh, ada juga yang cuma duduk bengong, mungkin mikirin utang cicilan rumah.
Desta menghirup udara segar pagi kali ini yang berembun, efek hujan dimalam hari. Dia mengangkat satu tangannya menyentuh embun-embun yang terasa seperti titik-titik rintik hujan. Sampai pada penghujung komplek, dia menemukan sosok yang dia pundungin. Siapa lagi coba, kalau bukan Marissa, si cewek dengan segala keajaiban nya.

KAMU SEDANG MEMBACA
laundry's love | jaelis
FanfictionSore itu niat Marissa mengambil cuciannya di tempat laundry langganan mami nya, tapi Marissa enggak menyangka kalau yang punya laundry itu cowok satu sekolahannya yang terkenal dengan image seksi, tampan, dan anak juragan. ©sepiajeong, 2021/2022.