Prolog

97 25 0
                                    

"Terkadang takdir mempertemukan dengan cara mempertaruhkan"
°°°

Mentari memancar ke seluruh penjuru. Memancarkan cahaya yang menghangatkan tubuh. Terdengar langkah kaki seseorang tengah berjalan malas dengan sesekali menendang batu kecil yang menghalangi langkahnya.

"Awhhhhh" Ringis gadis itu karena ia tak sengaja tersandung kakinya sendiri. "Apes banget sih gue hari ini!!" gerutu cewe tersebut, lalu ia segera bangkit dari posisinya yang tengah terduduk manis di aspal.

Gadis itu bernama Cassandra Keyna Zakya. Dia sekolah di SMA Mulia. Cewek berambut lurus, bertubuh mungil, serta mempunyai pipi chubby. Sayangnya wajah dan sikapnya jauh berbeda, wajahnya tak jauh dari kata imut tetapi sifat aslinya bak siluman iblis. Sandra dari keluarga terpandang, ia sangat membenci apa saja yang berkaitan dengan cinta.

Sandra berjalan ke halte untuk menunggu bus. Tiba-tiba dari arah berlawanan terdapat mobil melaju kencang, Sandra hanya menunduk menatap jalanan aspal hitam dan rata. Sampai suara klakson membuat Sandra mendelik kaget.

"Awass!!!!!!!" teriak seseorang dari seberang, ia segera berlari dan mendorong tubuh Sandra sampai terpental. Seorang itu pun sudah tak sanggup untuk mengangkat kakinya, karena kalah cepat dengan laju ban mobil.

BRAKKKK........................................

Seketika Sandra membelalakkan matanya, ia segera menghampiri seseorang tersebut dengan berjalan tertatih-tatih. "Ehhh Mas, bangun!" Sandra menepuk-nepuk pundak lelaki itu, tetapi tak ada hasil. Sandra memilih untuk menghubungi rumah sakit terdekat. Dan mobil yang menabrak cowok itu sudah melaju meninggalkan mereka berdua dengan jejak darah mengalir.

°°°

Sepanjang hari Sandra menunggu didepan pintu operasi. Dia berharap operasi didalam sana berjalan dengan lancar. Sandra tak bisa membayangkan kalau ada apa-apa sama lelaki tersebut. Karena dia yang sudah menyelamatkan Sandra. Sandra duduk di kursi tunggu, sampai seorang dokter dan beberapa suster keluar dari sana.

"Gimana dok??" Sandra menyambar dengan berdiri tegap di depan dokter itu.

"Alhamdulillah operasinya lancar, tetapi biarkan pasien istirahat selama tiga jam," ujar dokter tersebut. Sandra mengangguk paham, lalu dokter itu berjalan pergi melewati Sandra.

"Huftttttt untung" Sandra menghela nafas panjang, ia memilih duduk bersandar di kursi tunggu. Tiga jam berlalu sangat cepat. Kini Sandra meraih kenop pintu, dan membukanya.

Disana terdapat seorang laki-laki yang berbaring lemas dengan banyak perban yang membalut tubuhnya, Sandra semakin mendekat ke bankar. Dirinya berhenti di samping cowok tersebut. Sandra melihat setiap inci tubuh lelaki di depannya. "Duh kasian juga nih cowok," ucap Sandra setelah melihat banyak luka di tubuh cowok itu.

Sayup-sayup cowok tersebut membuka matanya. Memutar bola mata sampai terhenti di samping sana. Mata cowok itu menangkap seorang gadis berwajah imut sedang menatapnya khawatir. Cowok tersebut menajamkan pandangannya yang sedikit memburam. Mata lelaki itu mendelik karena melihat seragam Sandra yang kekurangan bahan. "Astaghfirullahaladzim" sahut cowok tersebut mengalihkan pandangan matanya.

"Dihh dikira gue Jin apa!" gerutu Sandra karena melihat sikap cowok tersebut. Sandra mengikuti kemana arah pandangan cowok itu. Melihat Sandra yang kini kembali berdiri di depannya cowok itu pun membelalakkan matanya "Astaghfirullahaladzim" cowok tersebut malah memejamkan matanya rapat-rapat.

"Gue orang woy, bukan dedemit kenapa lo istighfar!!" protes Sandra dengan mendelik tajam. "Mending gue keluar!!" Sandra pergi dengan memasang muka masam.

Sandra mengomel tak jelas di depan pintu operasi. "Gue bukan titisan jin Ifrit kali!!"

"Sandra!!!!!" teriak seseorang yang tengah berlari menghampiri Sandra dan langsung memeluknya. "Kamu nggak papa kan sayang?"

"Sandra nggak papa kok Ma, Pa. Tapi orang yang selamatin Sandra ada disana" tunjuk Sandra pada ruang operasi. "Bentar lagi bakal dipindah ke ruang inap" jelas Sandra pada papanya.

"Ya udah Papa mau liat siapa orang yang udah selamatin kamu" hendak papa Sandra mau membuka pintu tetapi tangannya dicekal oleh Sandra. "Jangan Pa! eummm maksud Sandra, dia masih istirahat soalnya habis operasi kepala sama kaki"

"Iya" Papa dan Mama Sandra kembali memeluknya erat. "Ya sudah kamu pulang bersih-bersih badan kamu" ujar Mama Sandra.

"Nggak usah Ma, kurang sepuluh menit lagi dokter kesini kok buat pindahin tuh cowok" Sandra mencoba menjelaskan pada Mamanya.

°°°

Kini beberapa suster sedang mendorong bankar cowok yang menyelamatkan Sandra tadi dengan sangat hati-hati, disusul dokter keluar dari dalam sana. Samar-samar Papa Sandra melihat wajah cowok tersebut dan segera berlari menghampirinya. "Miko, kamu yang sudah selamatkan Sandra??"

"I-iya, Pak Zaky" jawab cowok bernama Miko dengan sopan.

Mereka pun berjalan mengikuti bankar Miko, sampai di depan ruang rawat inap Sandra mencekal tangan Papanya. "Papa kenal sama cowok itu?"

"Dia salah satu murid disekolah Papa" jawab Zaky pada putrinya.

Papa dan Mama Sandra memasuki ruangan Miko. Mereka berhenti dan menatap Sandra."Kamu nggak masuk sayang?" tanya Mama Sandra.

"Nggak Ma" tolak Sandra halus pada Mamanya. "Kenapa nggak mau masuk?" Zaky pun membuka suara.

"Males ah Pa, tadi Sandra udah masuk. Niatnya Sandra tuh mau terima kasih, karena dia udah selamatin Sandra. Malah tuh cowok nggak mau liat Sandra, kalo liat Sandra istighfar terus. Dikira Sandra setan apa!!" Celoteh Sandra dengan memutar kedua bola matanya malas.

"Sandra, bukan begitu maksud Miko. Dia itu sedikit risih sama perempuan yang nggak pakai kerudung, apalagi kamu juga pakai rok pendek kan?" jelas Zaky pada putrinya.

"Kan sudah Mama bilang kalau perempuan itu harus menutup aurat sayang" Mama Sandra menambahi untuk memperjelas. Karena Mama Sandra juga memakai pakaian tertutup. "Gerah Ma" rengek Sandra dengan mengerucutkan bibirnya.

Tanpa menghiraukan perkataan Papa dan Mamanya, Sandra malah duduk di depan ruangan. "Ya sudah kalo gitu Mama sama Papa masuk dulu" pamit Mama Sandra pada putrinya. Sandra pun mengangguk dan ia pergi keluar untuk membeli sesuatu.

°°°

"Makasih karena kamu sudah menyelamatkan putri bapak" ucap Zaky pada Miko yang terkapar lemas di bankar. "Terimakasih nak Miko, gara-gara Sandra nak Miko jadi begini" sambung Mama Sandra.

"Iya, nggak papa kok Pak, Bu ini juga bukan salah Sandra. Sebagai manusia kan kita diwajibkan untuk saling tolong-menolong" jawab Miko dengan sangat sopan.

"Setelah dari rumah sakit, kamu tinggal di rumah bapak sampai kamu sembuh" ujar Zaky dengan serius.

"Nggak usah Pak, Miko malah ngerepotin Bapak sama Ibu" sahut Miko halus karena ia takut menyakiti perasaan Papa dan Mama Sandra.

"Nggak papa, kamu sama sekali nggak ngerepotin kok" sambar Mama Sandra.

"Baik Bu, Pak terima kasih" Miko tersenyum simpul menatap Papa dan Mama Sandra secara bergantian.

"Eh iya kenalin ini istri saya sekaligus mamanya Sandra, namanya Rani" ucap papa Sandra sembari melirik ke sampingnya.

"Iya, kenalin saya Miko Bu" Miko menganggukkan kepala sopan.

"Jangan panggil Bu, panggil aja Bun" Rani menyunggingkan senyuman

"I-iya Bun" Miko sedikit canggung mengatakan Bunda.

"Ya sudah kamu baik-baik ya, nanti Sandra bakalan kesini kok" senyum hangat Rani mengembang dengan sempurna.

"Iya Bun" Miko membalas senyum Rani tak kalah hangat.

"Kami pamit dulu ya" kini Zaky dan Rani pamit untuk pulang. Setelah mereka berdua pergi, Miko pun menutup mata sampai buliran bening mengalir dari ekor matanya.

"Ternyata begini rasanya memanggil dengan sebutan Bunda" Miko tetap memejamkan mata, memasuki dunianya sendiri.

"Miko kangen" gumam Miko dengan air mata tetap menetes jatuh menginjak bantal.

°°°

Jangan lupa tinggalin jejak...

Only MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang