Bab 16: Foto Kita

37 19 0
                                    

"Ku berusaha melupakan, kenapa pikiran ini tetap berusaha untuk memikirkan"
°°°

Hari ini adalah hari Minggu, Sandra merebahkan tubuhnya menatap ke arah ponsel di tangannya. Helaan nafas pasrah keluar dari bibirnya. Ternyata Sandra membuka kembali tentang pencarian di semua akun Ega.

Hasilnya pun sama seperti dulu, tak membuahkan hasil sama sekali. Sandra berjalan dan membuka kotak hitam kemarin, ia mengeluarkan beberapa lembar foto yang berisikan enam orang tersenyum lebar.

Melihat enam sahabatnya, bibir Sandra terangkat otomatis. Sampai tangan Sandra tak sengaja menyenggol foto paling bawah.

Dalam foto tersebut terdapat dua orang tengah tersenyum manis menatap kamera. "Senyum Ega manis seperti senyum Miko."

"Astaghfirullahaladzim." Sandra menggelengkan kepalanya cepat.

Sandra menatap lekat seseorang di dalam foto tersebut. Senyum Sandra mengembang."Ega kecil sekali, imut. Pasti sekarang Ega udah besar, tinggi dan gagah."

Satu titik air mata lolos membasahi foto Sandra dan Ega. Tiba-tiba, pintu kamar Sandra terbuka dengan sendirinya.

Mendengar suara pintu terbuka, Sandra segera menyeka air matanya dan menyembunyikan foto-foto tersebut dibalik tangannya.

"Sandra" Vika memasuki kamar Sandra, lalu berhamburan memeluk sahabatnya.

Sandra terdiam, ia tak membalas pelukan Vika karena dibalik tubuhnya, Sandra menyembunyikan foto-foto sahabatnya dan Ega.

"Assalamualaikum." Aldo, Kevin dan Dhani memasuki kamar Sandra.

"Waalaikumsalam" ucap Sandra sembari menyunggingkan senyuman.

"Aduh Vika lupa" Vika menepuk jidatnya. "Assalamualaikum Sandra" sambung Vika dengan senyum lebar.

"Waalaikumsalam Vika." Balas Sandra tak kalah ramah.

"Ayo turun!" Ajak Aldo menatap Sandra.

"K-kalian turun aja dulu, nanti Sandra susul." ujar Sandra bingung.

"Duhh, ayo barengan aja!" Vika spontan menarik tangan Sandra dibalik tubuhnya.

Sandra berusaha menahannya, tetapi kekuatannya kalah kuat dengan tenaga Vika. Foto-foto itu jatuh didepan Sandra serta semua sahabatnya.

Mereka semua terdiam setelah menemukan lembaran-lembaran foto Ega dibawah sana.

Beberapa detik kemudian, semua pasang mata melihat ke arah Sandra untuk meminta penjelasan. Sandra terdiam melihat sahabat-sahabatnya.

"Sandra masih simpen foto Ega?" gumam Dhani melihat ke bawah sana.

Miko berjalan menaiki anak tangga, ia melangkahkan kakinya santai menuju kamar Sandra karena ingin mengembalikan dompet Aldo yang tadi tertinggal di bawah.

Hendak memasuki kamar Sandra, kaki Miko terhenti karena mendengar sentakan orang dari dalam sana. Miko berniat menunggu agar percakapan mereka meredam.
Miko memilih berdiri disana dengan memegang dompet Aldo.

"Buat apa sih San. Dia itu udah ditinggalin Sandra, dia benci banget sama Sandra, kenapa Sandra masih aja ingat dia!" sahut Vika dengan menatap sahabatnya.

"Hapus ingatan tentang dia San." perintah Aldo pelan, menatap kosong ke arah foto tersebut.

"Gara-gara dia, muncul prinsip pada diri Sandra. Lupain dia." Kevin kini ikut membuka suara.

"Siapa yang mereka maksud, kenapa mereka menyuruh Sandra untuk melupakannya?" Pikir Miko dengan mengernyitkan dahinya.

"Kenapa, kenapa kalian seperti gini?" Sandra meninggikan suaranya.

"Kalau bukan gara-gara dia, Sandra nggak mungkin bisa berdiri disini, didepan kalian!!" Sandra meluapkan suaranya pada keempat sahabatnya.

"Apa Sandra lupa, lima bulan Sandra depresi gara-gara dia. Mungkin dia diluar sana sekarang sedang bahagia, tertawa lepas. Tetapi, dia hanya meninggalkan goresan luka pada batin Sandra." Aldo menepis pembelaan Sandra pada Ega.

"Kita semua sayang sama Sandra, kita nggak mau Sandra kek dulu. Sandra kita kini udah berubah menjadi ceria seperti semula. Kita nggak mau, kalau dia renggut senyum Sandra seperti dulu." Dhani membuka mulutnya.

Sangat jarang Dhani berbicara sepanjang ini. Dalam kamus Dhani cuma ada kata iya dan tidak, sudah tak lebih dari itu.

Miko dibalik sana memejamkan matanya, merasakan tusukkan lembut pada hatinya. Kenapa setiap Dhani berkata halus kepada Sandra membuat Miko merasakan cabikkan yang amat dalam.

"Kami sayang sama Sandra." Vika meraih kepala Sandra dan memeluk sahabatnya.

Sandra tak bisa menahan air matanya agar tak tumpah. Tubuh Sandra semakin terguncang akibat isakan yang semakin kencang.

"Sandra hikss mencari keberadaannya kembali. Sandra mau kita utuh seperti dulu hiks." Sandra berbicara disela-sela tangisnya.

"Sandra ingin meminta maaf, karena ulah Sandra persahabatan kita hancur." Sandra tak melepaskan pelukannya pada Vika.

"Sekaligus Sandra mau berterimakasih pada dia, karena udah selamatin Sandra."

Semua sahabatnya menatap sendu pada Sandra. Akhirnya hati mereka luluh dan berbicara pada Sandra halus.

"Sandra berhenti nangis, kita bertiga juga pengen peluk Sandra, tetapi bukan muhrim" Aldo mencoba menenangkan Sandra.

"Kita ikut kata Sandra, kalau itu membuat Sandra lebih baik." sambung Kevin sembari menatap sahabatnya.

"Kita akan bantuin cari dia." Dhani ikut mendukung sahabat-sahabatnya.

"Vika juga akan mencari informasi tentang dia." Vika melepas pelukannya pelan, lalu menghapus jejak-jejak air mata diwajah Sandra.

"Sandra beruntung, memiliki sahabat seperti kalian." Sandra tersenyum tulus disisa isak tangisnya.

"Ya udah jangan nangis, udah jelek tambah makin jelek." Sahut Aldo dengan mengejek.

"Dih, kek Aldo cakep aja." Sewot Kevin sembari melontarkan lirikan tajam.

"Hustt, Aldo tuh pengen hibur Sandra. Nih Kevin kaga peka deh!" Gerutu Aldo, ia mengerucutkan bibirnya.

"Udah-udah kalian ini ada-ada aja." Sandra terkekeh karena melihat kelakuan sahabatnya.

"Ya udah ayo turun." Ajak Dhani pada semua orang.

"Eh iya, tumben kalian kesini pagi-pagi?" Sandra menautkan kedua alisnya.

"Kita tuh rencananya mau buat kue." jawab Vika menatap Sandra.

"Kue, buat?" Kening Sandra berkerut.

"Ya buat kita lah. Kevin mau cobain resep baru." Kevin tersenyum lebar.

"Ya udah, nanti biar Sandra bilang Bibi suruh beliin bahan-bahannya."

"Nggak usah San. Kita tadi udah beli, yuk turun Kevin mau buat." Sahut Kevin antusias.

"Ya udah ayo, bentar-bentar, Sandra mau simpan foto-foto ini dulu." Sandra berjalan memungut kotak hitam dibawah. Dia menyimpannya didalalam lemari.

Mendengar perkataan Sandra, Miko segera menuruni anak tangga dengan terburu-buru.

Kaki Miko tak sengaja menekuk dan Miko ambruk ditangga paling bawah.

Miko merintih kesakitan sembari memegangi kakinya.

"Miko!!!" Teriaka Sandra dari atas, karena melihat Miko tergeletak disana. Sandra segera berlari menuruni anak tangga

"Sandra jangan lari, nanti Sandra jatuh!" ucap Miko cemas karena melihat Sandra yang berlari kearahnya.

"Duh, padahal Kak Miko kesakitan, masih aja mikirin Sandra. Aldo kan jadi pengen, soswit banget sih" celoteh Aldo diatas sana dengan nada dibuat-buat.

"Astaghfirullahaladzim, Aldo pengen jatuh dari tangga?" sahut Kevin dengan wajah dibuat-buat terkejut.

"Ya enggak gitu juga konsepnya." geram Aldo sembari menggembungkan pipinya.

"Kalian bantuin Miko. Ini Miko kesakitan!!!" teriak Sandra melihat teman-temannya yang masih diatas. Mereka terhenyak dan langsung menuruni anak tangga.

"Duh Miko kenapa bisa jatuh sih. Pasti sakit ya, nanti kita pergi kerumah sakit. Miko jangan gerak, nanti makin parah!!" Sandra mulai cerewet karena melihat Miko merasakan sakit pada kakinya.

"Udah Sandra jangan khawatir, Miko nggak papa kok." ujar Miko dengan menundukkan matanya.

"Nggak papa gimana, ini kaki Miko sampai merah gini. Nanti pokoknya harus dibawa ke rumah sakit." Sandra tetap kekeh pada keputusannya.

Kenapa jantung ini berdegup begitu kencang, Miko bingung akan pergerakan jantungnya. Miko selalu seperti ini apabila didekat Sandra.

"Astaghfirullahaladzim, Miko tenang" batin Miko dalam hati.

Disatu sisi Miko merasa senang, kaki Miko yang sakit sudah tak terlalu sakit. Miko merasa bahagia karena Sandra begitu mengkhawatirkannya.

°°°

Jangan lupa tinggalin jejak...

Only MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang