MARRY ME?

4K 263 54
                                    

"sehun!!"

Teriakan ala-ala ibu komplek pagi itu menggema nyaring memenuhi kamar laki-laki yang saat ini masih betah menyembunyikan tubuh telanjangnya dibalik selimut tebal.

Suara itu semakin terdengar melengking di ikuti dengan pintu kamarnya yang berderit menandakan seseorang tengah membukanya. Bukannya segera bangun, sehun malah semakin merapatkan selimutnya. Ingin kembali menjelajahi alam mimpi.

"Sehun!!" Kali ini suara itu sudah berada tepat didekatnya membuat sehun membuka matanya dengan gerakan malas. Laki-laki itu menguap panjang kemudian memekik heboh kala mamanya menarik selimut yang menutupi tubuhnya.

"Mama!!" Buru buru ia menutupi aset berharganya dengan menyilangkan kedua tangannya di atas pahanya.

Nyonya besar itu melotot hebat menyaksikan sehun—anaknya bertelanjang didepannya saat ini. Wanita paruh baya itu masih tidak habis pikir dengan kelakuan anak bungsunya yang selalu tertidur tanpa menggunakan pakaiannya. Laki-laki itu selalu beralasan kepanasan, jelas saja itu hanya akal-akalannya. Karena nyatanya didalam kamarnya terdapat AC yang dapat diatur suhunya.

"Mama udah bilang berapa kali? Kalo tidur itu pake baju!!"

Wanita itu berjalan pelan kearah lemari lalu mencari pakaian sehun dan segera melemparkannya kearah ranjang sehun. "Cepet pake!"

Dengan wajah setengah kesal juga malu—ya meskipun disana adalah ibu kandungnya tetap saja sebagai laki-laki dewasa sehun merasa malu di pergoki telanjang bulat oleh seorang wanita— sehun dengan cepat mengenakan pakaiannya.

"Kamu tuh udah dewasa loh sehun!! Kapan kamu mau nikah?" Suara wanita itu kembali terdengar kali ini dengan nada yang teramat pelan.

Sehun menatap punggung mamanya sebentar kemudian sibuk memakai celana hariannya. "Ma, kan sehun udah bilang berulang kali, jodohnya belum keliatan"

Jujur sehun juga bingung. Kenapa diusia yang sudah sangat matang ini ia belum bertemu jodohnya?. Bahkan terakhir pacaran saja sudah lama sekali.

"Ya kamu gimana mau ketemu jodoh kalo tiap hari kerja terus? Giliran hari libur malah molor dirumah?!" Wanita itu berbalik menatap sehun dengan wajah masam. "Istri aja gak punya, anak apalagi? Ngapain sih kerja ngoyo-ngoyo?!"

Sehun hanya diam, mendengarkan ocehan-ocehan yang jelas saja masuk kuping kanan keluar kuping kiri. Laki-laki itu terlalu muak mendengar celotehan mamanya yang setiap hari akan seperti itu—tidak pernah berubah.

"Kamu gak malu? Sepupu kamu udah mau punya anak dua loh, masa kamu—"

"Ma!" tegur sehun kesal. Sehun memang paling sensitif jika membahas soal masalah ini. Benar, sepupunya itu memang sudah akan memiliki anak kedua, tapi tidak harus membandingkan dengan sehun yang masih lajang kan?

"Ya kamu itu coba mikir!! Udah tua tapi gak nikah-nikah, mama tuh malu sehun!! Setiap acara keluarga selalu disindir-sindir. Selalu ditanyain kapan punya cucu? Kamu enak gak denger, mama yang denger sakit hati."

Sehun meringis. Cukup ngeri juga mendengar penuturan mamanya. Apa memang yang namanya keluarga besar selalu begitu?

"Kamu gak pengen kaya temen-teman kamu itu? Kai, Suho— liat dia sekarang udah mau anak empat loh, hun. Masa kamu mau terus-terus lajang begini."

Sehun kadang berpikir, benar juga ucapan mamanya. Teman-teman sehun semasa SMA memang sudah pada menikah bahkan memiliki anak, hanya sehun saja yang masih melajang. Apa mungkin jodohnya belum lahir?

"Ma, kan itu udah kehendak allah. Jodoh, re—"

"Gak usah bawa-bawa nama allah kalo masalah kaya gini! Kamu ngeles mulu kaya bajaj!"

Sehun Jisoo [short story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang