"Jis keputusan sudah bulat,"
Jisoo yang semula menunduk perlahan mendongak menatap pria botak yang kini duduk di seberangnya. Jemarinya saling bertautan, jantungnya juga bekerja dengan cepat menanti kelanjutan ucapan pria itu.
Pria itu membuang nafas pelan kemudian tangannya mulai membuka map yang berada di depannya. Ia menatap jisoo sekilas, melihat raut wajah panik jisoo seketika sebuah senyuman terbit di bibirnya.
"Selamat! Kamu akan saya pindah tugaskan di kantor pusat!" Katanya.
Helaan nafas lega terdengar diruangan itu. Jelas jisoo sebagai pelaku. wanita itu memejamkan matanya sebentar. Perasaan-perasaan takut di pecat dan segala hal buruk itu mulai menghilang dengan sendirinya.
"Tapi pak, kenapa harus saya? Saya sudah nyaman bekerja di kantor cabang ini"
Perusahaan tempatnya bekerja memang berada di cabang bukan di pusat. Dan ketika dua hari lalu perusahaan pusat meminta karyawan dari berbagai cabang perusahaan, jisoo tidak pernah membayangkan kalau pada akhirnya dirinya lah yang akan di pilih mewakili perusahaan ini.
"Karena saya yakin kamu bisa. Kinerja kamu selalu memuaskan disini. Kamu hebat. Disana saya yakin kamu akan mendapatkan jabatan tinggi?"
Jisoo meringis pelan. "Tapi banyak yang lebih baik dari saya, pak. Saya juga tidak butuh jabatan tinggi" ujarnya merendah.
Sejujurnya jisoo memang bukan karyawan yang Memiliki jabatan tinggi, ia hanya staff biasa di kantor ini. Wanita itu bekerja standar, kalau di katakan hebat itu terlalu berlebihan menurutnya.
"Jiss..." Suara pria botak itu memelan, jisoo menatapnya dengan dahi berkerut. " Gaji di cabang ini gak seberapa kalau di bandingkan di pusat. Kamu pasti butuh banyak uang, anak kamu juga butuh pendidikan yang bermutu."
Mata jisoo berkaca-kaca mendengar penuturan bosnya barusan. Laki-laki itu terlampau baik untuknya yang merupakan single parent."Pak—"
"Gak apa-apa, kamu pasti bisa" semangatnya. "Ini surat penugasan kamu" ia mengulurkan map berisi kertas didalamnya yang langsung diterima jisoo dengan ragu-ragu. Kemudian pria itu memberikan senyum manis pada jisoo. "Saya duluan ya, ada rapat penting"
Jisoo mengangguk mengiyakan. Setelah bosnya itu keluar, jisoo turut keluar. Kembali keruangannya sembari tak henti-hentinya tersenyum.
Benar apa yang di katakan bosnya itu. Ia butuh uang lebih untuk membiayai kehidupannya. Maka dari itu, jisoo berharap semoga saja dengan di pindah tugaskan seperti ini hidunya akan lebih berkecukupan.
********
"Mama!!"
Jisoo tertawa pelan menyaksikan bocah laki-laki yang berlarian kearahnya ketika ia mencapai pintu ruang utama. Ia melebarkan tangannya yang langsung di masuki bocah itu. "Udah mandi?" Tanyanya sesekali mengecupi pipi anaknya.
Anaknya semakin memeluk jisoo erat saat jisoo mengangkatnya memasuki rumah minimalis miliknya. "udah dong. Tadi younghon juga main sama mingyu, ma."
Younghon Antariksa, anak satu-satunya jisoo yang sekarang menjadi penyemangat hidupnya.
"Oh ya?" Jisoo kembali terkekeh saat wajah anaknya berubah kesal. Mungkin kata-kata jisoo terkesan tidak percaya menurutnya.
Jisoo sedikit meringis. Melihat wajah anaknya dari jarak sedekat ini selalu berhasil mengingatkan jisoo pada sehun—mantan pacarnya. Kedua orang itu memiliki kesamaan yang amat sangat jelas.
"Iya..tante ochi sibuk pacaran" adunya yang langsung membuat jisoo gemas bukan main, raut wajah anaknya kembali kesal saat mengatakan hal itu.
"Pacaran? Sama siapa? Kok mama gak tahu?" Candanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sehun Jisoo [short story]
Подростковая литератураoneshot / twoshot about sehun and jisoo lapak 17+ TIDAK AKAN DI LANJUT