Minggu, 24 Desember XXXX
Malam natal. Aku memilih untuk keluar dari flat dan menghirup udara malam yang dingin. Berbagai macam wangi makanan masuk ke hidungku dan aku tak bisa menahan tanganku untuk tidak merogoh saku celanaku.
Sambil nyemil, aku berkeliling alun-alun. lihat-lihat banyak anak-anak yang tertawa bahagia dengan kedua orang tuanya, sampai orang pacaran yang dempet-dempetan sambil ketawa genit.
Huh, sial.
Tadi aku benar-benar tak tahu mau kemana. Jadi aku berhenti di depan pohon natal besar yang dipasang di alun-alun. Banyak sekali orang berkumpul disana dan aku hanya berdiri disana sambil terbengong.
Dan, sudah pasti keheninganku terganggu.
Tiba-tiba saja ada yang menepuk pundakku. Aku hampir memukulnya jika aku tidak menahan tanganku. Ada Dazai yang tersenyum dan bertanya sedang apa aku disana. Aku bilang itu bukan urusannya.
Kami diam-diaman sampai aku merasakan ada tangan yang menggandeng tanganku. AGSFSHDGSFSGS. Saat itu aku benar-benar kaget setengah mati. Aku mematung dan menatapinya minta penjelasan. Dia hanya tersenyum kearahku dan kembali menatap pohon natal yang bersinar terang.
SIAL KAU DAZAI. Aku tidak keluar saat makan malam tadi karena masih malu untuk bertemu dengannya. SIAL SIAL SIAL.
- N. Chuuya
--
minggu, 24 desember xxxx
malam ini aku puas sekali. puas puas puas puas!!! tidak salah keputusanku untuk meninggalkan flat tadi sore. syukur aku gabut dan ingin jalan-jalan untuk mengusir suntuk.
awalnya aku ingin pergi ke rumah temanku di kota sebelah. hitung-hitung sekalian natalan disana, kerjaan juga libur sampai awal bulan januari nanti. aku sudah melihat-lihat tiket kereta api di handphone, tapi tiba-tiba aku tidak ingin pergi. feelingku bilang aku harus keluar, beli jajan di stand alun-alun, dan keluyuran sampai malam.
jadi kuturuti feelingku itu.
aku duduk di kedai minum dulu sampai sekitar jam 7, lalu aku pergi ke alun-alun untuk mengganjal perut. tak tahu mau kemana, aku berjalan ke arah pohon natal besar yang ada disana. terang dan indah sekali, cocok berada di tengah-tengah salju yang sedang turun.
dan disanalah aku melihat dia, si rambut oren pendek boncel tukang marah itu. berdiri sendirian kaya orang jomblo HAHAHAHA.
kuhampiri dia dan dia menyambutku tidak ramah. oke oke, tidak apa. dia memang seperti itu. kami hanya diam-diaman disana menatap pohon natal.
entah apa yang merasukiku, aku mengambil tangannya yang tergantung di sebelah badannya. dingin, dan ditambah tanganku lumayan membuat tangan kami hangat. dia menatapku dengan wajah merahnya yang SUPER DUPER LUCU. aku tak pernah menyangka chuuya bisa selucu itu. untuk beberapa saat, kami bertahan seperti itu sampai dia menghempaskan tanganku dan berjalan pulang.
hahahaha, sampai sekarang dia belum keluar kamar juga. malu mungkin?
- d. osamu