Senjanya Kelabu

189 26 1
                                    

Akhir dari kelabu ini sudah dekat, apakah harapan benar bisa terwujud?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Akhir dari kelabu ini sudah dekat, apakah harapan benar bisa terwujud?





















Jungwon menggigit pipinya, merasa gugup pagi itu kala Jake datang entah bagaimana, berdiri dengan raut riang secara tiba tiba di halaman rumahnya, bagaimana Jake bisa tau alamat rumahnya? Ia masih ingat ucapan Taki tempo hari, ia tak tau konsekuensi apa yang terjadi apabila Heeseung bertemu Jake. Syukurnya Heeseung ada urusan mendadak dan pergi pagi pagi sekali tadi pagi, Jungwon berharap Heeseung tidak cepat melangkah pulang.

"Jungwon?" Jake menyatukan alisnya, menatap Jungwon heran. Ia juga tidak menemukan raut senang sama sekali dari wajah lelaki di sampingnya ini.

"Kedatanganku menganggu ya?" Jungwon langsung menggelengkan kepalanya, susah payah menatap mata Jake karena ia sedang gugup luar biasa. Jake tau tidak ya jungwon sedang gugup?

"Tidak, aku senang kau datang hehe. Bagaimana kau tau alamat rumahku?" Jake tersenyum tipis.

"Aku hanya berjalan jalan, lalu tanpa sengaja melihatmu merenung di jendela kamar. Kau keliatan termenung beberapa saat? Apa ada sesuatu?" Jungwon merutuki dirinya sendiri, kenapa juga pagi pagi ia ada di jendela kamar. Biasanya ia akan turun dan berdebat kecil dengan Heeseung, efek sakit hati ini merepotkan sekali rupanya.

"Ah tidak apa apa, aku hanya sedang senang menatap langit." Jake lalu tertawa.

"Apa kau mulai terbiasa dengan diksi cumulonimbus ku?"

"Aku hanya bercanda, tapi jika kau mulai menyukainya aku bisa meminjamkan bukuku sesekali."

"Ah iya." Sungguh Jungwon ingin Jake cepat pergi, sungguh ia sangat takut Heeseung pulang. Karena sungguh ia tak ingin menanggung konsekuensi jika kedua manusia ini saling bertemu.

"Jungwon?" Jake bingung, beberapa kali ia memergoki Jungwon sedang berpikir jauh saat mereka sedang berbicara. Awalnya ia maklum karena mungkin Jungwon sedang memikirkan sesuatu yang ringan, saat pertama bertemu juga Jungwon selalu terdiam karena tidak mengerti kata yang keluar dari mulut Jake. Tapi kali ini? Sudah lebih dari dua kali dan itu tandanya lelaki itu memiliki sesuatu di pikirannya, yang mengganggunya, membuatnya tak nyaman dan terus memikirkan masalah tersebut dengan afeksi berlebih.

"Jungwon?" Sekali lagi Jake panggil, Jungwon langsung sadar. Lalu menatap Jake dan terdiam sesaat.

"Apa yang sedang kau pikirkan? Tampak seperti sesuatu yang tidak sepele." Jungwon langsung berkedip dua kali, spontan seperti kaget.

"Ha? Aku tidak memikirkan apapun."

"Lalu apa yang aku bicarakan tadi?" Jungwon terdiam.

"Maaf." Jake menghela nafasnya.

"Aku memergoki mu beberapa kali tidak memperhatikan ku sejak aku datang, lalu terlihat melamun, matamu kosong, apapun yang kau pikirkan, aku berharap itu tidak terlalu mengganggumu, jika kau perlu bantuan, datanglah ke rumah, aku akan membantu sebisaku, ya sudah aku pulang." Jake berdiri dari duduknya, diikuti Jungwon yang juga ikut mengekorinya di belakang.

Tapi belum sempat jemari Jake menyentuh gagang pintu, pintu sudah lebih dulu di dorong dari luar oleh seseorang.

Jungwon berkeringat dingin menantikan seseorang yang akan datang tersebut, berdoa semoga itu bukan Heeseung. Begitu pintu terbuka sempurna, Jungwon lebih terkejut saat mengetahui siapa yang datang. Tidak itu bukan Heeseung..

"Sunoo?"

"Apa kita bisa bicara, Yang Jungwon?" Lebih dari ketakutan nya sebelumnya, Jungwon merasa lebih takut melihat sosok yang pernah Taki perkenalkan lewat sebuah foto dulu. Ekspetasi dan rasa keberaniannya mendadak turun menjadi satu persen.

"Ya." Tapi Jungwon mengiyakannya, fakta jika ia takut di tepis jauh oleh kenyataan bahwa ia akan terus berjuang untuk cinta Ni-ki.

~~~

Sepeninggal Jake, Sunoo menarik Jungwon ke taman kota. Sepertinya hal yang begitu serius, dan Jungwon pasti tebak konteks nya tidak jauh dari Ni-ki.

Maka di sinilah mereka, duduk dengan jarak, masing masing duduk di tepi kursi taman. Merasa tak nyaman antara satu sama lain.

"Apa yang kau inginkan Jungwon?" Sunoo memulai obrolan. Jungwon terpaku, menatap kedua netra Sunoo yang menatapnya benci.

"Aku? Apa?"

"Akhir akhir ini kalian sering bertemu, kau dan Ni-ki. Harus di perjelas bagaimana lagi? Ni-ki gak pernah mencintaimu Jungwon. Kenapa kau terus menemuinya? Membuatnya perlahan ragu atas cintanya untukku." Sunoo tau mereka bertemu secara berkala selama 2 pekan terakhir, Ni-ki akhir akhir ini berubah padanya. Dan pastilah Jungwon pelakunya, siapa lagi?

"Tapi Ni-ki yang datang padaku, dia memintaku membantunya karena kau aneh sekali menolak nya. Kau gila, ya?" Sunoo semakin emosi melihat Jungwon sama sekali tidak gentar meski berdiri sendiri, keyakinan di kedua bola matanya itu membuat Sunoo kesal sekali.

"Jaga bicaramu-"

"Apa? Aku tidak merasa harus menjaga bicaraku, kau yang sama sekali tidak memiliki konteks yang jelas, kau membuatku bingung kekasih Ni-ki. Cobalah terus menyeret ku keluar dari dunia kalian, maka aku akan tetap ada di sisi Ni-ki dan itu mutlak terjadi. Jangan halangi aku, aku tidak suka ikut menghalangi jalan orang lain, biarkan aku berjalan sendiri dan berjuang sendiri Kim Sunoo, kau tidak berhak." Tatapan penuh nyali yang Jungwon layangkan juga perkataannya membuat Sunoo sukses mendidih.

"Jauhi dia Yang Jungwon, aku tidak mau berurusan denganmu." Jungwon tertawa kecil, mempermainkan hati sunoo yang semakin bimbang dan takut, takut keyakinan jungwon itu benar dan lelaki itu akan merebut Ni-ki darinya.

"Jika aku memintamu menjauhinya, kau akan melakukannya?"

"Tentu saja tidak, aku berhak karena kami saling mencintai." Jungwon terkekeh remeh menatap Sunoo.

"Maka biarkan aku tetap pada jalanku, jangan membuatku berpikiran untuk menyingkirkan mu. Kau sepertinya lupa, aku membantu Ni-ki kali ini, untuk mu, apa keliatan sekali jika mataku ini berbohong? Atau kau yang tidak yakin pada dirimu Kim sunoo?" Hati Sunoo mencelos, apa apaan? Ni-ki tidak akan pernah berpaling darinya, ia jamin itu.

"Omong omong sama sama karena sudah mengajakku bicara, tapi lain kali jangan berpikir menyingkirkan ku karena aku tidak pernah berpikir menyingkirkan mu Kim Sunoo. Cobalah mengerti jika aku ini serakah, aku tidak bodoh, aku ingin raga dan jiwa Ni-ki, tapi tidak dengan menyingkirkan mu, karena aku ingin Ni-ki sendiri yang datang padaku dan menghapus mu dari memorinya. Baiklah, aku pulang dulu, terimakasih sudah mengajakku ke taman seindah ini." Sunoo terdiam di tempatnya, mendengar semua penjelasan jungwon membuatnya semakin takut akan kepercayaan dalam diri Jungwon yang besar itu. Semua perkataan lelaki itu membuat nya resah dan bimbang.

Bagaimana kalau pada akhirnya ia benar kalah dari kepercayaan Jungwon pada Ni-ki?

Bagaimana kalau pada akhirnya Ni-ki sendiri yang akan mengusirnya dari kehidupan lelaki itu?

Sunoo harus apa?

"Aku memang tidak bisa melompati dinding kepercayaan dirimu itu Yang Jungwon, tapi melawan mu bisa ku lakukan, kan?"

Sunoo tidak lupa, Ni-ki ada bersamanya.

"Mari kita lihat Yang Jungwon, kepercayaanmu terhadap Ni-ki atau cintaku yang akan menang?"















TBC






Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 25, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rainy Destiny (Wonki) - HiatusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang