Seperti tetes hujan yang rapuh
"Jungwon." Suara itu berhasil membuat Jungwon menghentikan langkah, yang tadinya hendak pergi keluar rumah tertahan sebelum sukses melangkah lebih lanjut.
"Kamu mau kemana?" Jungwon membalikkan tubuhnya, bertukar pandang dengan si obsidian pekat. Menyadari kecurigaan kecil hadir di retina mata Heeseung.
"Aku mau keluar rumah."
"Kamu gak perlu keluar rumah, memang susah nya apa sih duduk diem sebentar. Kamu pikir kakak gak tau kamu mau ngapain? Ketemu Ni-ki kan?" Jungwon menghela nafasnya, mengepal tangan menyalurkan emosi yang datang begitu Heeseung menyebut nama Riki, ia tidak pernah memukul yang lebih tua dan terbiasa berbicara baik-baik.
Ia benar-benar masih ingat betul perkataan geonu. Hari ini ia berniat bertemu geonu, mencari alasan mengapa Heeseung seolah olah menghalangi nya untuk menemui Ni-ki. Eh topik yang ingin di tanyakan Jungwon pada Geonu malah menghampiri nya dan menghalangi nya pergi.
"Terserah." Jungwon pergi begitu saja, meninggalkan Heeseung dengan pandangan marah, kaki lelaki itu hendak mengejar Jungwon tapi ia pendam jauh-jauh.
Sesaat nafas terbuang dari mulutnya, tatapan sendu itu terarah ke pintu yang baru di lewati Jungwon.
"Aku cuma pengen melindungi kamu, won."
~~~
Sementara itu Jungwon terhenti di tengah jalan dengan nafas tersengal, menatap sekeliling nya yang asing. Kali ini ia masih mengikuti intuisi nya untuk terus lari dan lari. Kapan semua ini akan berakhir? Meski Jungwon tidak kenal betul Heeseung, kakaknya saat ini, ia tidak enak padanya karena terkesan terus kabur seperti ini.
Lelaki itu terduduk di bawah pohon besar pinggir jalan, berusaha menetralisasi nafas yang masih tak beraturan.
"Ah jadi gak enak sama kak Heeseung, tapi kalau aku gak keluar, kapan aku bisa nyari petunjuk."
"KAK GEON!" Lalu lelaki itu berteriak pada langit, memanggil si malaikat penjaga angsa istana itu.
"MALAIKAT LEE!"
"KAK GEON!"
"HEI PENJAGA ANGSA ISTANA!"
"KAK GE-"
"Malaikat Yang!"
"Ya Tuhan!" Seperti biasa Jungwon pasti terkejut. Kepala lelaki itu sampai terhantuk akar.
"KAU INI ANGSANYA TERBANG SEMUA KARENA TERIAKAN MU YANG SAMA SEKALI TIDAK ADA BAGUSNYA UNTUK TELINGA. AISH! PANGKATKU TERANCAM, BISA BISA TAKI YANG- Malaikat Yang? Kau tidak-." Melihat Jungwon bangkit mulut geonu refleks berhenti berbicara. Melotot kala warna ungu terlihat di dahi yang lebih muda.
"Malaikat Yang, kepalamu terluka." Jungwon mengelus kepalanya, mengaduh kala nyeri terasa saat jarinya menyentuh salah satu bagian.
Geonu hendak menolong tapi di hentikan Jungwon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rainy Destiny (Wonki) - Hiatus
Roman d'amourHujan menyempurnakan kisah mereka yang belum usai di kehidupan sebelumnya..