Malam mulai beranjak, dan pagi mengambil posisi nya untuk bersinar bersama mentari menggantikan malam beserta rembulannya. Kapas-kapas tebal yang menggantung di langit sana mulai terkondensasi, memberikan kesan mendung. Burung-burung bersuara merdu mulai berkicau-riau menambah syahdunya suasana pagi kali ini. Perpaduan unsur yang sangat sempurna. Namun, tidak bagi Nana. Ia yang sedang seru dengan alam mimpinya itu tidak akan menghiraukan keindahan pagi dengan segala embel-embelnya. Menurutnya, tidur dan memproyeksikan imajinasi dalam ruang alpha yang ia buat sendiri adalah hal yang lebih indah dari itu semua. Maka tidak ada yang bisa memalingkan Nana dari mimpinya, kecuali...
"Nana, Cepat bangun! Jangan malas-malasan, turun dan mandi sana!" Teriak Mama, yang membuyarkan mimpi Nana dengan segala keindahannya. Mau tak mau Nana pun menaati titah Sang Mama.
"Iyaa..." Jawab Nana malas, sambil beranjak dari tempat tidur, menuruni anak tangga, kemudian menuju kamar mandi.
***
Sudah sepuluh menit Nana duduk sambil menyantap nasi goreng buatan Mama. Duduk melingkar di atas kursi layang mengelilingi meja bundar. Hanya ada Nana, Mama, dan Papa.
"Ma, nanti malam Nana boleh main keluar nggak?" Tanya Nana dengan berseri-seri penuh harapan.
"Main kemana?" Tukas Papa, posesif.
"Nonton film di bioskop." Jawab Nana agak redup.
"Sama siapa?" Tanya Papa lagi, menelisik ingin tahu.
"Sama anak-anak ekskul jurnalistik. Tenang pa, ma, ada Zara sama Najwa kok." Jawab Nana antusias, meyakinkan.
"Iya boleh, tapi jangan pulang malam-malam. Kamu tahu kan gimana khawatir nya papa mu itu kalau anaknya nggak pulan-pulang." Pinta Mama sambil tertawa ringan yang disambut dengan teriakan hore dalam hati Nana dan senyum tipis dari Papa.
"Okee, ma." jawab Nana setuju.
***
Sebuah Mobil Tesla Model X generasi terbaru melaju diantara kendaraan layang lainnya, memulai keramaian pagi yang penuh awan mendung di langit nya. Mungkin akan turun hujan.
"Apakah itu Tower Sentral yang sedang hangat dibicarakan di televisi pa?" Tanya Nana sambil memandang keluar jendela, menuju sebuah gedung besar dengan desain futuristik beratapkan antena tanpa cabang yang dililit semacam logam spiral bercahaya.
"Iya, dan nanti papa mau kesana." Jawab Papa dengan nada bangga.
"Hah, iyakah? Papa nanti kesana?" tanya Nana, sedikit tak percaya.
"Iya." Papa melihat keluar jendela, bangunan raksasa itu nampak semakin megah dengan balutan sinar matahari pagi yang sesekali tertutup awan.
"Emang ada acara apa pa?" Nana bertanya, penasaran.
"Ada seminar bersama Dewan Kota, beliau mempersilahkan kolega Papa untuk menggunakan fasilitas Tower Sentral secara perdana." Papa melihat jam hologram di tangannya, waktu menunjukkan pukul 06.45, lima belas menit lagi sebelum pukul tujuh tepat.
"Aku boleh ikut nggak?" Nana sudah tahu sebetulnya apa jawaban Papa.
"Kan kamu sekolah." jawab Papa dengan nada mengejek.
"huhuhu, yaudah lain kali Papa harus ngajak Nana sama Mama jalan-jalan ke Tower Sentral." Pinta Nana penuh harap.
"Iya, tapi sementara kamu tunggu dulu, nanti Papa kirimin foto Papa keliling Tower Sentral sendirian. Nana sama Mama kapan-kapan saja ya." Papa tertawa.
"Ihh... papaa..." kesal Nana.
***
Bunyi lonceng digital terdengar beriringan, tanda tibanya waktu istirahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
PROTON: THE CREATORS
FantasiaMilyaran tahun yang lalu, beberapa saat setelah Big-Bang kesekian memulai kehidupan baru. Tiga poros keseimbangan semesta tercipta, berkolaborasi membentuk kesesuaian kerja Loka Raya yang masih muda. Energi elektro-magnetis kosmos, melahirkan sebuah...