Proton: Movie

7 1 0
                                    

"Pa, Nana pamit dulu ya, si Zara udah jemput." Nana mencium punggung tangan papanya sembari tersenyum manis, tanda agar papanya tak perlu khawatir.

Nana keluar rumah bersama Sang Mama, Zara yang mengetahui akan hal itu segera menghampiri Mama Nana, mencium tangan perempuan berusia empat puluh tiga tahun itu.

"Sama siapa Zar?" Tanya Mama.

"Sendirian tante." Jawab Zara sembari tersenyum-senyum malu.

"Yaudah ma, aku berangkat dulu ya." Nana dan Zara pun beranjak dari tempatnya, berjalan keluar gerbang, menaiki motor layang, Zara yang mengemudi, dan Nana yang berada di kursi penumpang.

"Iya hati-hati di jalan, jangan kenceng-kenceng kalo naik motor." Ujar Mama dengan sedikit berteriak.

Pukul 18.50 Jalanan masih ramai, penuh dengan kendaraan layang yang hilir-mudik, menuju tujuannya masing-masing. Lampu merah. Mata Nana tertuju pada deretan kendaraan besar yang sedang mengangkut logam-logam silinder berukuran 20 meter lebih dan beberapa material bangunan berukuran raksasa. Semua material tersebut tertampung pada sebuah ruang balok transparan yang terbuat dari kaca berjenis AMV-X yang katanya tahan terhadap ledakan bom berkekuatan 52,7 mega joule (MJ).

Nana pernah melihat nya di MeTube, proses penurunan material-material berukuran raksasa tersebut. Seseorang berseragam putih dengan topi konstruksi berwarna abu-abu itu meletakkan tangan nya pada Palmline sensor. Sepersekian detik kemudian ruang balok tersebut terbuka, mengikuti jalur-jalur yang telah ter-koordinat. Sebuah alat berbentuk tangan mekanik bergerak menurunkan material-material tersebut ke bawah, meletakkannya di samping material-material yang lain. Keren. Itulah kesan Nana saat pertama kali melihat adegan tersebut.

Namun biasanya truk-truk besar seperti itu beroperasi pada jam malam. Sekitar jam 22.00 keatas, sekarang masih pukul tujuh malam. Mungkin mereka sedang dikejar deadline proyek, pikir Nana.

Lampu berwarna merah telah berganti hijau. Kendaraan-kendaraan layang mulai berdesing kembali. Melesat. Melanjutkan perjalanannya. Zara mulai menancap gas, motor layang mendesing pelan, memelesat bersama puluhan kendaraan layang lainnya.

Sudah lama Nana tak melakukan hal seperti ini, keluar rumah, hangout bareng temen-temen, memandangi kendaraan-kendaraan yang berlalu lalang memecah kesunyian malam, menikmati angin malam berhembus menyentuh pori-pori kulit.Huuh, kangennya.

Lima menit kemudian, motor layang ber-plat 'D 512 XN' milik Zara telah memasuki kawasan parkir mal. Berlokasi di sebuah bangunan bertingkat yang juga memiliki lantai bawah tanah. Zara melihat proyeksi digital motor layangnya. Melihat data yang dikirimkan oleh petugas parkir, berisi informasi mengenai tata letak beserta keadaan parking zone tersebut. Mana yang kosong, mana yang telah terisi. Zara memilih tempat melalui proyeksi digital motor layangnya. Memilih nomor. 207-4. Setelah Zara memencet opsi select. Maka terbentuklah sebuah perintah berbentuk bahasa pemrograman yang rumit, tersampaikan pada mesin di sebelahnya sepersekian detik kemudian. Mesin disebelahnya pun mendesing pelan mengirimkan feedback berbentuk selembaran kertas berukuran 8x5 cm yang keluar dari mulut mesin. Zara mengambil nya. Layar proyeksi kemudian menampilkan petunjuk lokasi. Mereka pun memelesat menuju tempat tersebut.

***

"Kok lama banget sih mereka berdua." Kesal Najwa, sembari melihat ke ponselnya. Mengetikkan beberapa pesan kepada orang yang mereka tunggu.

"Sabar, palingan bentar lagi datang." Sahut Kak Reno.

Setengah jam lalu mereka telah berkumpul di ruang tunggu bioskop, menunggu beberapa personil lainnya yang belum datang.

"Kak Reno, tiket nya udah ku urus. Logistiknya masih disiapkan sama si Faris. Check-up sekarang atau gimana?" Sasha, sekertaris jurnalistik melapor ke Reno.

PROTON: THE CREATORSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang