07

334 38 5
                                    

“Apartemen lo rapih juga, kirain bakal kayak kapal pecah,” ujar Bulla yang mendudukan tubuhnya di sofa berwarna coklat yang empuk itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Apartemen lo rapih juga, kirain bakal kayak kapal pecah,” ujar Bulla yang mendudukan tubuhnya di sofa berwarna coklat yang empuk itu. Dia menghela nafas, sehariaan ini cukup melelahkan, tapi entah mengapa dia sangat enggan untuk pulang. Biasanya si jam segini bunda lerissa udah ngomel ngomel sama bulla untuk segera pulang atau tidak akan di jemput tiba tiba oleh aa bian alias abian.

Sebat melirik tak suka, “Gini gini gua rapih ya, rajin juga. Gua yakin ga bakal nyesel nikah sama gua nanti,” ujar Sebat melirik bulla yang mengangguk nganggukan kepala nya pelan.

“Ga yakin si gue," ujar Bulla cepat.

Sebat tidak mendengarkan perkataan bulla dan melanjutkan aktivitas nya untuk mandi.

“Buka baju nya di kamar aja dong, ga liat ada gue di sini?, ” tutup mata Bulla ketika sebat membuka baju nya tiba tiba dan memperlihatkan perut nya yang kotak kotak itu.

“Udah pernah liat aja lo,” bulla sangat malas mendengar perkataan yang baru saja Sebat lontarkan itu. Malam malam panjang waktu  di bali itu sangat menyeramkan ketika di ingat ingat lagi.

“Ck,” desis Bulla bangun dari sofa yang di duduki nya untuk menyiapkan makanan cepat saji yang mereka beli tadi. Bulla itu jago masak tapi kalau udah kayak gini pasti dia males, karena capek.

“Gua kedapur,” pergi Bulla meninggalkan sebat yang sudah siap siap untuk mandi di kamar mandi di kamarnya, berjalan menuju kamarnya lebih dulu tepat nya.

Sebat pun mengangguk, Bulla pun sudah memasuki dapur yang ada di dalam apartemen milik Sebat yang cukup luas. Tidak terlalu besar dan terlalu kecil si. Bulla kira apartemen sebat malah lebih mewah dan luas dari ini secara sebat kan terlihat sangat kaya. Bukan nya matre atau gimana ya, tapi bulla heran aja gitu.

Cepat cepat bulla menghapus pikiran seperti itu dengan cepat, dia kembali fokus menata makanan nya dengan benar. Sembari itu membantu mencucikan piring piring milik sebat yang lumayan banyak, mungkin sebat semalem bersama teman teman nya. Bulla kan tidak tau.. hubungan mereka dadakan sekali kayak tahu bulat.

Saat sedang fokus mencuci piring sambil bengong sebentar si, tiba tiba seseorang memeluk nya dari belakang dengan hangat. Pelaku nya adalah sebat, lelaki itu datang dengan rambut yang masih basah dan baju hitam polos oblong dan celana pendek.

Bulla pun kaget ketika dirinya di peluk dari belakang, dirinya ingin menengok secara cepat tadi. Namun bulla pikir itu akan menyelesaikan peluka hangat ini.

“Begini aja ya? sebentar aja.” cicit lelaki itu dengan berbisik di telingga bulla.

bulla pun mengangguk dan diam sebentar, namun sebat pun melepas pelukan nya, “Makasi,” ujarnya.

Bulla mengangguk, membalikan badan nya dengan cepat, menatap lelaki nya dengan dalam. Pasti banyak yang di pikirkan oleh sebat, tentang orang tua bulla dan hubungan mereka kedepan nya. Bulla pun mulai ragu, entah apa yang ia ragukan... intinya dia sangat ragu dengan hubungan sehidup semati nanti yang akan di ikrarkan di depan tuhan.

pasutri prik ; series 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang