"Time moves slowly, but passes quickly."
- Alice Walker -🍁
Aku terbangun di sebuah ruangan mewah, dengan selimut sutra dan alas kasur yang sangat lembut. Kepalaku pening, tubuhku terasa remuk.
Alcohol side effects adalah hal yang selalu tidak menyenangkan bagiku. Kepala terasa berat, pegar selepas mabuk semalaman.
Perlahan aku membuka mataku saat merasakan ada sebuah tangan kekar yang melingkar dengan posesif disekeliling tubuhku. Beberapa kali aku mengerejapkan mata berfikir apakah ini nyata atau hanya alam bawah sadarku saja yang bekerja. Secara biologis wanita juga memiliki masa seksualitas, atau masa birahi ada dipuncak dari segala hal yang kadang membuat berhayal yang tidak-tidak.
Kendati demikian aku merasakan saat tangan itu mengeratkan rangkulannya disekeliling tubuhku. Indera penciumanku pun mulai berfungsi untuk mengendus aroma asing yang lebih maskulin.
Sial! Apa yang ku lakukan semalam? Otakku yang lamban mencoba untuk mengingat apa yang terjadi.
Ku dorong dengan kasar tangan yang memelukku itu dengan jijik sekaligus geram. Aku suka minum alkohol sesekali, tapi aku tidak pernah hilang kendali hingga berakhir di ranjang pria asing yang tidak ku kenal.
"Kau sudah bangun?" Suara pria itu bertanya dengan lembut.
Suaranya yang cukup familiar itu membuatku langsung berbalik menatapnya.
Seorang pria dengan wajah tampan dan senyum kekanakan tengah menatapku. Dia menyugar rambutnya dengan gayanya yang khas, hal yang dulu paling aku benci, ah.. harus ku koreksi untuk yang satu ini, aku masih benci melihatnya melakukan hal itu. Dia seolah-olah merasa jadi pria paling tampan yang menebar pesona pada banyak wanita saat melakukan hal itu.
"Kau baik-baik saja?" Pria itu bertanya padaku.
"Apa yang kau lakukan padaku?" Aku langsung menudingnya tanpa basa-basi.
Dia menatapku dengan wajah sok polos yang mengesalkan.
Namanya Park Jimin, dia jelas bukan pria yang polos seperti wajah imut dan tampannya. Dia bajingan yang menyebar banyak cinta ke -entah berapa- banyak wanita.
Aku tahu hal itu karena kami berteman sejak lama. Aku berteman dengannya sejak di bangku sekolah menengah, kami cukup dekat dan berada di satu lingkaran pertemanan yang sama. Sejak dulu Jimin yang ku tahu adalah pria yang senang tebar pesona, bersikap manis pada siapa saja dan membuat banyak hati porak-poranda.
"Aku tidak melakukan apapun." Jimin bangkit dari ranjang tidurnya.
Gayanya masih sama menawannya dengan yang ku ingat. Sekali lagi dia menyugar rambut hitamnya yang sedikit panjang itu, dasar bajingan menyebalkan!
"Jangan bohong padaku, Jim!" Aku berkata pada Jimin, aku jelas menudingnya dengan berbagai tuduhan kurang ajar. Selain Jimin sendiri memang bukan pria baik-baik, aku juga merasakan sesuatu yang lembab di tubuhku. Aku tahu sesuatu pasti terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIME
FanfictionI love you. Since the first time, until I die. Bahkan jika ada kehidupan setelah mati, maka aku juga akan tetap mencintaimu. Aku hanya berharap bisa menatapmu lebih lama, memilikimu disisiku sekalipun dalam waktu yang singkat. WARNING : Included...