Bab 1 - Tanpa Kita

126 12 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


____________

'Pada malam hari ketika aku tidak bisa tidur karena khawatir

aku melihatmu dan berjanji kepada langit

Meskipun mimpiku sangat jauh

aku berjanji tidak akan melepaskanmu'

♫ Stray Kids - Story That Won't End

____________


"Kunjungan yang membosankan."

"Sstt, nanti Bu Meli dengar."

"Tapi emang bener kan?"

Gita tidak lagi menanggapi perkataan Sekar, ia memandangi sekitar untuk mengingat-ingat benda-benda apa saja yang sudah mereka lihat di Museum. Barangkali, kunjungan kali ini akan berakhir dengan tugas, meskipun belum pasti.

"Gusti Raihan, kelas B?"

Gita melihat sekeliling, dan benar saja, seluruh kelas kali ini ikut serta untuk kunjungan ke Museum. Bukan kelasnya saja. Kegiatan kunjungan ini rutin dilaksanakan setiap semester, semacam kegiatan hiburan namun tetap bermanfaat.

"Eh iya Bu, Gusti izin tidak bisa ikut. Gusti latihan untuk olimpiade."

"Oke, kalau begitu. Saya mau memberikan sedikit tugas sebelum kita kembali ke Sekolah lagi. Tugas ini untuk dikumpulkan minggu depan."

"Tuh kan."

"Ada yang salah Sekar?"

"E-enggak Bu."

***

Segera setelah waktu istirahat suara bel sekolah berbunyi.

"Teng teng teng"

Selangkah demi selangkah Gita menuju ke kantin ketika lengan seseorang menariknya agak paksa. Angin menerbangkan aroma kelaparan yang kuat dan makanan enak lainnya memenuhi ruang di hidung. Tentu saja pilihan untuk mengikuti teman-teman ke kantin adalah kesalahan besar. Membuat dirinya menggelengkan kepala melihat seisi kantin yang terlena, semuanya tengah fokus pada makanan, terutama makanan dengan kasta favorit 'bakso'. Namun, tampaknya itu tidak berlaku untuk Gita, ia bahkan masih berkutat dengan kertas, lebih tepatnya dengan surat-surat cinta dari penggemar berat sahabat tercintanya.

Kembali memandangi tulisan-tulisan berwarna cantik dengan banyaknya gambar cinta, Gita sedikit terkekeh membacanya. Tulisannya sangat beragam, bukan sekadar untuk mengungkapkan seberapa kerennya Benz atau seberapa bisanya ia membuat mereka jatuh cinta. Atensi yang mereka harapkan ketika memiliki kesempatan untuk berbincang-bincang dengan pangeran es itu. Senyuman yang selama ini dilemparkan Benz untuk murid-murid perempuan yang meneriaki namanya masih belum membuat mereka puas. Cinta pertama salah satu murid itu bahkan adalah Benz, laki-laki dengan tingkat ke-cuek-an 100 persen. Tentunya itulah yang menjadi alasan mengapa Gita yang menerima, membuka, membaca dan meresapi tiap-tiap kalimat di surat-surat itu. Benz terlalu cuek untuk hanya sekadar menerimanya dari tangan mereka.

Di luar Garis Milik KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang