"Selamat datang tuan muda"
Beberapa pelayan terdengar menyapa,entah tuan muda yang mana lagi yang mereka sapa. Yang jelas aku sebisa mungkin sedang berusaha menjauhkan diri dari perpustakaan tempat tuan muda Hyunjin itu berada. Setelah sekitar 1 jam berada dalam suasana mencekam darinya,akhirnya aku bisa juga keluar dari perpustakaan itu.
"Seoyeon"
Seseorang memanggilku dari arah belakang,aku pun menoleh kearahnya. Seorang laki-laki muda tersenyum manis seraya berjalan menghampiriku.
Siapa dia? apakah dia tuan muda kedua?sepertinya iya dia orangnya. Aku pun sedikit terkagum melihatnya,senyumnya manis sekali ditambah lagi wajahnya yang tampan dan berseri.
"Aku kembali" Ujarnya
Aku pun hanya tersenyum tipis menanggapinya dengan canggung,aku tidak tahu dia kembali dari mana,mungkin dari perjalanan entah darimana itu.
"Ini..." Dia mengulurkan sebuah benda kearahku. Aku cukup terdiam seraya melihat benda yang ada ditangannya. Lalu kemudian dia merain tanganku dan memberikan benda itu.
"Mungkin memamg beda dari yang milikmu kemarin,tapi aku membelikan yang baru sebagai rasa tanggung jawab"
Aku masih terdiam,sungguh aku tidak mengerti situasi saat ini.
"Tuan mudah tidak usah repot-repot,saya merasa tidak enak hati menerima pemberian tuan"
Aku menyerahkan kembali jepit itu kearahnya.
"Biar bagaiamana pun aku kemarin tidak sengaja menginjak jepit mu hingga rusak. Atau jepit itu terlihat jelek,sungguh aku tidak punya selera yang bagus dalam memilih barang-barang untuk wanita" Keluhnya seraya menggaruk tengkuk.
"Tidak tuan,jepit ini sangat bagus sekali" Ungkapku,bahkan jepit ini terlihat sangat cantik sekali.
"Benarkah?kau menyukainya maka ambilah."
"Tapi tuan..."
"Untukmu,tidak menerima penolakan." Ujarnya tersenyum seraya berlalu.
"Terimakasih tuan"
Aku pun melihat jepit itu ditanganku,terlihat sangat cantik sekali. Tuan muda Na jaemin memiliki kepribadian yang sangat baik,bisa dilihat dari sikapnya kepada pelayan rendahan seperti ku. Berbanding terbalik dengan tuan muda Hyunjin itu,hanya aura gelap yang ada pada dirinya.
***
Malam hari pun tiba,ini merupakan malam kedua aku berada di dimensi ini. Dengan beralaskan tikar jerami serta selimut tipis yang lusuh aku pun berbaring diatas ranjang kayu ini. Kamar tidur ini lumayan luas,bisa menampung 8 orang wanita dengan ranjang yang mirip seperti asrama. Sebuah lampu minyak tergantung di pojok ruangan,walaupun hanya satu buah lampu tapi lampu minyak itu cukup untuk menerangi ruangan ini. Suara dengkuran halus terdengar,bisa di dibayangkan betapa lelahnya para pelayan wanita disini,dengan tidur mereka yang terlihat pulas,sungguh mereka terlihat lelah sekali. Aku bangun lalu melihat kearah Jisu yang ranjangnya tepat disampingku,wanita itu terlihat pulas dengan gurat wajah yang sangat tenang.
Seperti biasa,aku mengidap insomnia. Entah sejak kapan aku mengalami hal ini,aku tidak ingat. Tapi yang pasti,aku tersiksa dengan insomnia ini. Biasanya aku akan tidur sekitar dinihari,jadi selama di era modern biasanya aku akan menggambar komik untuk mengisi waktu itu hingga aku mengantuk. Seharusnya aku harus cepat tidur,mengingat besok harus bangun pukul 4 dinihari untuk bekerja,tapi insomnia yang ku alami tidak bisa diajak kerjasama.
Dan pada akhirnya,bosan karna mencoba untuk memejamkan mata,aku bangkit dari ranjang dan keluar dari ruangan untuk sekedar berjalan-jalan keluar menghirup angin.
Dan tak kusangka,diluar sangat dingin sekali. Aku tak tau pasti ini jam berapa,tapi mungkin ini sekitar jam 12 malam sepertinya. Aku melihat kearah langit,ternyata sedang bulan purnama,sinarnya sangat terang sekali. Aku bahkan berapa tahun ini tidak pernah menyaksikan bulan purnama dengan sejelas ini. Terakhir kali aku menikmati melihat bulan purnama dengan tenang,yaitu ketika aku berumur 7 tahun bersama nenek di kampung halaman.
Sedang asik menikmati bulan purnama,pandangan ku pun teralihkan ketika di kejauhan aku meliat ada seseorang yang sedang berjalan dengan langkah terburu-buru. Entah dia darimana,tapi yang jelas aku melihatnya berjalan kearah rumah utama tuan besar.
Apa yang orang itu lakukan tengah malam seperti ini,berjalan tanpa penerangan pula,sungguh mencurigakan.
Entah apa yang membawaku, berakhirlah aku disini,di area belakang rumah utama. Sungguh aku sedikit merutuki rasa penasaranku ini,bagaimana jika nanti yang aku ikuti adalah orang jahat? lalu kemudian aku akan berakhir dibunuh karna ketahuan mengikutinya.
Ah sudahlah,lagian aku sudah terlanjur sampai disini,jadi lebih baik aku berhati-hati saja agar tidak ketahuan. Lalu kemudian aku bersembunyi dibalik pohon dan semak berbunga ini seraya menunduk,berusaha untuk tidak ketahuan.
"Apa kau sudah melakukan apa yang ku suruh?"
"Sudah nyonya"
"Apakah persiapannya memang sudah matang sekali?"
"Sudah nyonya,saya sudah memastikannya"
"Kerja bagus. 2 hari lagi dia akan berangkat,lakukan pekerjaan kalian dengan baik,kali ini jangan sampai gagal seperti sebelumnya. kalau sampai gagal lagi,maka nyawa kalian adalah taruhannya."
"Baik nyonya,saya mengerti"
Aku sedikit terperangah ketika melihat siapa yang sedang berbicara. Itu...ibu tuan muda Hyunjin,nyonya Irene.
Lalu kemudian nyonya Irene seperti memberikan satu kantung uang,dan sepertinya itu jumlah yang sangat banyak.
Astaga apa yang sedang mereka rencanakan?apakah itu rencana jahat?.
Orang tersebut terlihat membuka kantung uang tersebut,dan melihat isinya.
"Ini sangat banyak sekali nyonya" Ujarnya kegirangan.
Nyonya irene pun terlihat tidak memperdulikan,dia pun pergi meninggalkan orang itu. Lalu dengan langkah buru-buru orang itupun juga pergi.
Astaga,sepertinya memang benar mereka sedang merencanakan hal yang buruk. Siapa sasaran mereka? apa kah orang di kediaman ini?
Aku terus bermonolog dalam hati,sampai kemudian aku kaget karna sebuah tangan mencengkram bahuku kuat.
"Sejauh mana yang kau ketahui?"
Suara yang dingin dan berat,tanpa melihatnya pun aku sudah tahu siapa pemilik suara ini.
Dan sepertinya aku sedang dalam bahaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑶𝒏𝒆 𝑳𝒂𝒔𝒕 𝑻𝒊𝒎𝒆
Fanfiction"Let me get a second chance to say i love you"- Jung Seoyeon,1950