20 april 2075
"Pokoknya papa nggak mau tau,kamu harus kuliah jurusan Dokter!"
"Tapi pa..."
"BRAKKK"
Ucapan ku terpotong ketika papa memukul meja makan dengan keras,lalu kemudian pergi dengan mimik wajah yang marah padam. Air mata keluar dari pelupuk mataku,aku hanya bisa menangis seraya menunduk menatap kebawah. Hatiku sakit sekali melihat papa yang selalu melakukan hal yang sama seperti ini.
"Nak,kamu turutin aja ya apa kata papa" Mama mengelus bahu ku pelan
"Enggak ma,aku maunya jurusan Arsitek"
"Kamu itu perempuan nak,tidak seharusnya kuliah di jurusan itu" Mama berujar pelan,tapi entah kenapa itu terdengar menyakitkan. Aku tau mama dan papa tidak akan menyetujui aku untuk lanjut kuliah di jurusan itu,karna aku adalah perempuan. Tapi memangnya kenapa kalau perempuan mengambil jurusan Arsitek,apakah itu salah?tidak. Aku rasa itu hal yang wajar,banyak diluar sana perempuan-perempuan yang sukses berkarir di dunia Arsitek
"Kak Nara memang aneh,masa perempuan jadi Arsitek" Ujar Jisung,kini giliran adik ku yang menentang
Aku tidak memperdulikannya dan memilih beranjak pergi darisana. Aku pergi keluar rumah dengan panggilan dari mama yang aku abaikan.
Aku berjalan tanpa arah,dan hanya mengikuti langkah kaki yang membawaku sampai kemana. Air mata terus mengalir di pipi,ingatan ku melayang ketika waktu-waktu dulu,ketika papa memarahi ku karena sempat membantah kemauannya. Rasanya aku sudah lelah dengan semua ini,aku lelah terbelenggu pada permasalahan yang sama seperti ini dari sejak dulu. Dari dulu aku tidak pernah bisa meggagapai apa yang aku inginkan,aku merasa seperti sebuah boneka yang dikendalikan. Bahkan untuk meneruskan hobiku untuk menggambar pun dilarang oleh papa,hidupku hanya diisi dengan kegiatan belajar dan belajar di setiap harinya. Aku selalu dibanding-bandingkan dengan kakak sulungku,kak Jaehyun. Kak Jaehyun memang sudah sukses,dan sekarang sudah bekerja sebagai seorang Dokter muda di sebuah rumah sakit ternama di kota ku. Aku tidak punya maksud untuk melawan papa,tapi rasanya aku memang tidak mempunyai bakat di bidang medis. Jangankan berbakat,melihat jarum suntik dan darah saja aku tidak berani.
Sedari kecil cita-cita ku memang ingin menjadi seorang Arsitek,aku ingin orang-orang mendirikan bangunan dari hasil Arsitektur rancanganku. Dan itu mungkin akan menciptakan kebanggan tersendiri ketika melihat sebuah bangunan yang berdiri dengan kokoh itu adalah hasil rancanganku. Tapi semuanya tidak akan terwujud ketika papa tetap memaksaku untuk lanjut kuliah jurusan Dokter. Dan aku tidak mungkin bisa menentang keputusan papa,tidak akan pernah bisa sampai kapanpun itu.
Mengikuti langkah kaki,akhirnya aku tiba di sebuah jembatan yang ada diatas sebuah Danau. Tempat ini adalah salah satu tempat favoriteku untuk dikunjungi, bersama Disya,sahabatku. Danau yang dipenuhi buga teratai berwarna pink,dan itu terlihat indah sekali. Tapi sekarang semuanya terlihat biasa,bunga Teratai yang kini sedang mekar dengan indah pun tak menarik perhatianku. Pikiran ku hampa,rasanya sejenis tidak punya semangat hidup lagi. Terlintas di benak ku untuk mengakhiri hidup ini,tapi aku masih berpikir panjang untuk melakukan hal itu. Tapi hatiku rasanya sakit jika harus tetap seperti ini,aku benar-benar tidak bisa menerima keputusan papa,benar-benar tidak bisa.
Aku melihat kearah bawah,danau ini terlihat dalam sekali. Aku tidak bisa berenang,dan kalau aku terjun kebawah sana bisa dipastikan aku akan mati tenggelam. Hening sesaat seraya menatap danau,dan kali ini keputusanku sudah bulat,aku lebih baik mengakhiri hidup,daripada hidup dalam keterpaksaan. Aku benar-benar sudah lelah dengan semuanya,dan ini adalah salah satu jalan terbaik untukku,dengan cara mengakhiri hidup.
Dan sekarang aku sudah berdiri diatas pembatas jembatan,menutup mata perlahan dan mengambil napas sedalam-dalamnya lalu menghembuskannya dengan pelan. Kaki ku mulai melangkah maju menginjak angin,dan pada akhirnya aku benar-benar jatuh. Aku membiarkan tubuhku perlahan tenggelam lebih jauh kedalam Danau,bahkan disaat seperti ini aku tidak menyesal sudah melakukan hal ini. Karna dengan seperti ini,aku akan bebas dari segalanya.
"Selamat tinggal semuanya"
Gumam ku dalam hati,dan semuanya berubah menjadi gelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑶𝒏𝒆 𝑳𝒂𝒔𝒕 𝑻𝒊𝒎𝒆
Fanfiction"Let me get a second chance to say i love you"- Jung Seoyeon,1950