Bab 8: Mission? They Have to Take it Back

28 2 1
                                    

Sudah kacau

Mereka bodoh

Eh, ditambah ceroboh

Menyesal pun tiada guna

^^^

Dia berlari mengejar sosok berambut hitam legam. Meski ilalang setinggi satu meter menenggelamkan tubuh dan kakinya terlalu pendek untuk membuat langkah lebar, gigihnya masih sama. Dia ingin menggapai wanita itu. Dia terpesona dengan kecantikan wanita itu. Juga rasanya ingin menjadi secantik itu. Dia berusaha memanggil wanita itu dengan suara kecilnya. "Berhenti! Hey, tolong dengarkan aku!"

Tidak terdengar. Suaranya terbawa angin yang datang dari arah berlawanan. Sekali lagi dia berteriak sampai suaranya serak. "Berhenti! Berhenti! Aku lelah mengejarmu."

Berhasil. Wanita itu berhenti dan menoleh ke belakang. Pandangannya menurun, melihat anak kecil bermata dan berambut seputih awan, lalu tersenyum. "Kau di sini, Nak? Kemarilah, aku akan menggendongmu." Tangan wanita itu menyambutnya agar datang ke pelukan.

Dia senang dan buru-buru mendekap wanita itu. Rasanya hangat dan menenangkan. Setelah bersandar di dada, dia mendongak. "Kamu cantik. Mata hitam yang terlihat berkilauan itu indah, tidak seperti mataku."

"Matamu juga indah, Nak. Persis seperti ayahmu." Wajah wanita itu terlihat sendu.

"Rambut ayah berwarna abu-abu perak. Ayah juga tidak bermusuhan dengan matahari, berbeda denganku. Setiap hari kulitku menjadi merah, padahal aku tidak nakal dan tidak mengganggunya." Dia cemberut.

Wanita itu terkikik. "Mungkin matahari menyukaimu."

"Benarkah?"

"Tentu saja."

Matanya berbinar. "Apa ini seperti hadiah spesial?"

"Kenapa tidak?" Wanita itu mengacak-acak rambutnya.

Dia tertawa, tetapi setelah wanita itu menurunkannya seberkas kecewa muncul pada wajah. "Mau pergi? Kamu tidak mengajakku?"

"Waktunya sudah habis, Nak." Wanita itu mengecup kening sang anak, lalu melebur dan hilang begitu saja meninggalkan seberkas senyuman indah dalam ingatan. Rasa sepi itu kembali mendominasi.

Ada perasaan yang tidak bisa dijelaskan di hatinya. Dia pun menangis sejadi-jadinya sampai tertidur. Ketika membuka mata, dia melihat lelaki tinggi berambut sama sepertinya, sedang duduk di jendela tanpa kaca. "Itu kau!" sergahnya.

"Perkenalkan, aku Atlas A. Wanted, anak malang yang pernah kuceritakan kepadamu," ujarnya sembari tersenyum kecut.

Kepala Galavidi miring ke sisi kiri. "A?"

"Jangan tanya, anggap marga yang kulupakan. Bagaimana tidurmu?" Atlas bergeliat. "Kau bangun lebih dulu ketimbang teman-temanmu. Habis mimpi buruk, ya?"

"Pasti gara-gara ulahmu!" tuduh Galavidi.

Setelah Atlas ketahuan, anggota yang tersisa tidak sadarkan diri secara tiba-tiba. Galavidi tidak tahu sejak kapan Atlas mengambil posisi Sam. Padahal saat timnya terpecah menjadi dua, tangan Sam masih dingin. Akibat keturunan, cincin di atas kepala, dan elemen kekuatannya, suhu tubuh Sam tidaklah normal. Itu juga menjadi alasan Atlas ketahuan menyamar. Sekarang masih dini hari, tetapi Galavidi kehilangan selera untuk tidur kembali. Banyak pertanyaan yang menggelinding di kepalanya dan dia harus mendapat jawabannya.

Atlas yang menyadari hal itu berkata, "Katakan saja, aku enggak keberatan, lho."

"Sejak kapan kau masuk ke tim kami?" Amarah Galavidi tidak bisa disembunyikan lagi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 26, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Uninvited Guest for Betelgeuse (MAPLE ACADEMY YEAR 3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang