Satu langkah, rencanakan
Dua langkah, kerjakan
Tiga langkah, selesaikan
But, is it really that easy?^^^
Seumur-umur, Kannika tidak pernah bermimpi menjadi buronan dan terancam masuk bui seperti ayahnya. Jika takdirnya benar-benar seperti itu, sudah tidak mungkin baginya menjadi murid di Maple Academy. Tidak mungkin menjalani hidup seberuntung ini. Tidak pula menjalankan misi sejauh ini. Setidaknya pemikiran semacam itu masih bertahan, sebelum kesatria sihir datang menagih kesukarelaannya untuk menerima penyelidikan dengan dalih dugaan sementara. Padahal Kannika tau bukti-bukti sudah diberikan sejak laporan diucapkan.
Kannika yakin tidak melakukan tindakan apa pun, selain melempar batu ke jendela asrama Betelgeuse di pagi-pagi buta dan meninggalkan buntelan kertas berisi pesan penantian sesuai kesepakatan semalam. Sebatas itu pun dia sudah mendapat karma dibayar tunai dengan timpukan kantong Betelgeuse yang bertuliskan, 'Buanglah sampah pada tempatnya, bukan di kepala. Tapi kalau kena, berarti kepala itu seperti tempat sampah'.
Tidak ada yang bisa Kannika lakukan selain tersenyum elegan penuh kepalsuan, saat Betelgeuse menggumamkan kata titip sambil melambaikan tangan.
Pagi hari saat tim Charming menunggu di tanah lapang di balik tembok akademi dan terjepit pohon-pohon willow, Betelgeuse terlihat santai membawa dua kantong ramuan. “Aku tidak suka membuang-buang waktu, jadi cepat katakan tentang keseruan yang kalian tawarkan. Seorang Betelgeuse tidak pernah memiliki waktu luang.”
Akkadia segera mengecek kantong ramuan ketika sampai di tangannya lalu mengacungkan jempol sebagai kode untuk Galavidi. Rencana mengambil serpihan cermin terbilang biasa-biasa saja. Itu karena otak mereka diputar sedemikian rupa agar tenaga tidak terbuang sia-sia. Sejak awal Betelgeuse bukan lawan yang mudah, meski perawakannya mirip seperti bajingan cinta penuh kenarsisan.
Dengan dalih menunjukkan kemampuan dan mempertahankan harga diri ras Fallen Angel, Sam dan Betelgeuse dituntut terbang sesuai jalur yang sudah ditentukan. Dalam pertandingan kecil ini taruhan yang diajukan terbilang mencurigakan, meski Betelgeuse terlihat tidak keberatan.
“Jika kamu kalah ramuan ini menjadi milik kami, tapi jika kamu menang akan ada hadiah istimewa yang tidak pernah kamu dapatkan,” ujar Galavidi.
Momen-momen itu dilakukan dengan cepat. Dua lelaki melebarkan sayap lalu mengambil ancang-ancang untuk memelesat. Awalnya langit menjadi saksi tentang usaha masing-masing. Bahwa Betelgeuse menunjukkan ambisi melalui kecepatannya. Sam pun berusaha menyanding Betelgeuse. Namun, akhirnya pohon akasia ikut mengetahui, Akkadia telah siap melakukan urusannya dengan pancing yang telah keluar dari tas punggung. Merusak suasana di antara mereka berdua … atau memang itu yang seharusnya?
Pada ketinggian tiga meter dari permukaan tanah, Akkadia mengikat sayap Betelgeuse dan membuat keseimbangannya kacau. Serbuk Sleeping Powder berfungsi baik setelah Sam menjejalkan paksa ke hidung Betelgeuse. Setelah itu kesadaran Betelgeuse hilang dan tubuhnya dibiarkan jatuh tanpa perlindungan, sehingga salah satu bahunya terancam mengalami nyeri berkepanjangan---tentu saja jika Betelgeuse tidak segera mengobatinya.
Kannika mengecek setiap inci sayap Betelgeuse. Memperhatikan dengan fokus sampai menemukan sebuah bulu yang terlihat lebih berkilau dan bisa memantulkan bayangan meski samar. Saking samarnya, butuh kejelian lebih untuk menyadari. Ketika bulu itu dicabut, angin terasa lebih riuh dan daun-daun pohon willow yang menggatung bergoyang. Wajah Betelgeuse terlihat makin pucat, suhu tubuhnya makin dingin. Anehnya, Sam yang tidak menyentuh bulu itu mengeluhkan sakit secara tiba-tiba---sakit yang familiar di misi sebelumnya.
Dengan kondisi semacam itu, mustahil bagi tim Charming kabur secepat mungkin. Sebisa-bisanya Sam untuk terbang sampai City of Light hanya sebatas antar bibir pantai. Mereka harus kabur demi mengamankan diri dari Betelgeuse selama beberapa waktu, setidaknya cukup untuk memikirkan rencana selanjutnya. Sedangkan posisi mereka saat ini dengan pantai cukup jauh. Jika nekat berlari, bukan hanya Sam yang akan kekurangan tenaga, tetapi yang lain turut sekarat sebelum sampai ke tujuan.
“Panggil Johnny, Ketua!” Galavidi terdengar lebih khawatir. “Hewan kontrakmu yang biasanya tidak berguna, kini bisa menjalankan tugas perdana saat misi. Bukankah biasanya trenggiling itu membantu hanya saat kamu terancam dijemput ajal?”
Sam terbatuk-batuk. “Itu dia, Johnny hanya akan muncul kalau nyawaku terancam.”
“Aku bisa membuat situasi seperti itu.” Kannika bersiap mengeluarkan palunya dan seberkas ejekan timbul dari tatapannya. “Nanti aku tinggal lapor ke Kepala Sekolah kalau Sam adalah senior yang tidak berguna. Bukankah lebih baik mengorbankan satu anggota dari pada menghambat kinerja?”
Sam menyengir lalu menelan salivanya. “Tidak, terima kasih.”
Akkadia memanggil Anz, hewan berwujud setengah singa dan elang sebagai hadiah yang diberikan ayahnya setelah melakukan peperangan. Anz memang memiliki sayap kuat dan bisa terbang jarak jauh. Jenis paling langka dari burung anzu lainnya. Namun, sekarang Anz diminta untuk berlari mengikuti Johnny sampai Sam diharuskan terbang sendiri. Mungkin akan berbeda jika punggung Anz bisa menampung lebih dari tiga orang.
Pintu masuk City of Light dijaga ketat. Meski sejak subuh lalu, kereta-kereta dagang tidak bisa melewati jalanan, diganti oleh makhluk-makhluk lelaki berumur yang mulai berjudi atau menikmati hari libur dengan menonton tarian-tarian seni dari wanita-wanita cantik. Sedangkan anak-anak akan berbelanja camilan, melupakan fakta bahwa ibu-ibu mereka sedang menahan emosi agar tidak membanting seisi rumah. Suasana yang wajar ketika Beerfers terjadi.
Bekal mereka sekarang adalah uang 47 wizer dan dua kantong ramuan, cukup untuk kebutuhan mendesak. Awalnya mereka pikir dua jenis barang itu berguna. Namun, setelah dua menit masuk ke dalam kota dan ditodong senjata, mereka berubah pikiran. Apa yang bisa dilakukan uang dan ramuan itu? Tidak ada. Kesatria Sihir memiliki gaji yang lebih tinggi dari uang saku Sam. Jatah ramuan yang didapatkan pun berbeda dari yang dipasarkan.
Satu jam lalu, kericuhan terjadi di antara kerumunan. Jerit tangis terdengar tidak keruan dari seseorang, karena grimoire kesayangannya diambil. Dia berasal dari keluarga mapan dan penuh kasih sayang. Namun, perlahan-lahan dua kata itu hilang. Ayahnya bangkrut setelah kebakaran menghancurkan pabrik dan hutang makin menumpuk dalam usaha untuk bangkit. Kegagalan berkali-kali di masa itu membuat ayahnya gila dan bunuh diri. Ibu yang tidak kuasa selalu melampiaskan amarah dan menyisakan bekas luka di sekujur tubuhnya.
Meski begitu, dia tidak marah sebab ibu hanya kehilangan arah. Benar, penyiksaan itu hanya sementara karena tidak lama ibunya jatuh sakit dan menjadi bunga ranjang. Jam berganti hari. Hari berganti minggu. Minggu berganti bulan. Ibunya tidak kunjung sembuh dan penyiksaan dari luar semakin keras, ketika uang yang susah payah dia kumpulkan dirampas. Ketika barang dagangannya dihancurkan oleh berandalan. Ketika tangan dan wajahnya lebam setelah bertengkar dengan anak lain karena nama ibunya disangkutpautkan.
Hingga suatu hari, kondisi ibunya memburuk. Dia tidak punya uang untuk membeli obat herbal. Kaki kecil tanpa alas berlari mengabaikan rasa sakit dari rumput-rumput tajam dan goresan kerikil. Dia menuju pasar dan mencuri. Meski tubuh mungilnya digempur berkali-kali, tangan senantiasa menggenggam ramuan dengan erat. Dengan bayaran setimpal itu, dia berhasil membawa pulang walau hanya sebotol.
Akan tetapi, kegelisahan yang menelannya penuh-penuh berhasil menceburkannya ke neraka keputuasaan. Lagi-lagi, dia ditelantarkan sendirian dalam ketakutan. Hanya grimoire peninggalan sang ibu yang tidak bisa dia gunakan, menjadi saksi atas keputusannya beradaptasi dengan kegelapan. Bahwa makin hina dirinya, makin dalam dia mendambakan kematian.
Saksi mengatakan Kannika-lah yang mengambil grimoire-nya karena grimoire bisa dijual di pasar gelap dan mendapat harga mahal dari para kolektor. Kondisi tidak terkendali ketika mereka disudutkan dengan kata ‘sedang membutuhkan uang’. Padahal murid Maple Academy dilarang melakukan tindakan kriminal dan merusak nama akademi. Kepala Sekolah selalu bertindak tegas dan mewanti-wanti agar hal itu tidak terjadi. Maka tidak heran jika setiap ada kesempatan berceramah, beliau selalu mengatakan hal yang sama: sebiadab apa pun kalian di dalam, tetaplah beradab ketika di luar.
Jadi, bagaimana mungkin mereka bisa melupakan kata-kata yang sangat membosankan di telinga?

KAMU SEDANG MEMBACA
Uninvited Guest for Betelgeuse (MAPLE ACADEMY YEAR 3)
Fantasía[UPDATE SETIAP SELASA & MINGGU] Kelompok beranggotakan Sam Uine, Galavidi, Kannika Pattaya, dan Akkadia Ishtar mendapatkan misi pencurian dan penghancuran serpihan cermin waktu di tubuh Betelgeuse. Namun, misi mulai berantakan ketika mereka menjadi...