Memulainya dengan baik.
Menjalankannya dengan cermat.
Mencurinya dengan aman.
Tapi semuanya tidak gratis.
^^^
Bangunan-bangunan bertingkat menyebar secara acak, tersekat rumah-rumah dan toko-toko berlantai satu di jalanan ber-paving block batu. Di antara itu, menara jam di pusat kota masih bisa dilihat dengan mata normal meski berada di perbatasan wilayah---walau hanya pucuknya saja. Selokan-selokan dialiri air bening membentang panjang mengikuti jalan utama. Gang-gang kecil juga dirawat dengan baik, terlihat dari kebersihan dan penataan pedati-pedati yang rapi.
Namun, karena hal itu tim Charming menjadi kesulitan mencari tempat persembunyian. Kabur pasca Kannika dituduh memang terlihat mencurigakan, tetapi keputusan itu dianggap paling tepat mengingat presentase kemungkinan untuk aman terkesan sebesar nilai phi. Lagipula jika menyerahkan diri ke kesatria sihir, rangkaian hukum yang memuakkan akan membuang-buang waktu mereka dalam menjalankan misi. Ya, walau mereka sendiri belum tau tujuan akhir dari perjalanan ini.
Kannika berada di depan, diikuti oleh Akkadia yang menggandeng Galavidi lalu Sam berada di belakang untuk memastikan kesatria sihir tidak menggapai mereka. Satu kebiasaan yang pantas dibanggakan selama di Maple Academy adalah bermain petak umpet dengan guru-guru saat pelajaran. Hey, lihatlah dulu ketua tim Charming! Bukan tanpa alasan seorang Sam Uine mendapat julukan pembolos andal karena kadang-kadang kemampuan bunglon-nya lebih bermanfaat ketimbang bakat pembekuannya.
Akkadia melempar tas punggung berisi pancing yang menjadi senjata pendukungnya. “Gunakan itu!”
Sam menangkapnya. “Bagaimana bisa? Lihat sekitar, Akka. Kau tidak buta, 'kan?” Meski pancing itu bisa digunakan oleh orang lain, tetapi menjadi masalah jika kailnya salah sasaran. Toh, Sam tidak suka dengan senjata aneh itu. Dia juga tidak bisa menggunakannya. “Nih, aku kembalikan!”
“Sial! Apa yang harus kita lakukan?” Kannika mulai frustrasi.
“Berpencar dan sembunyilah dengan baik sampai di menara jam karena kita harus berkumpul di sana.” Sam merebut tangan Galavidi dari Akkadia. “Kemampuan kabur anak ini buruk, jadi aku urus sementara waktu.”
Seharusnya itu momen yang pas untuk merasakan debaran suka, tetapi situasi membuat Galavidi tidak sadar kalau Sam menggandengnya. Fakta yang jarang diketahui teman-temannya sebelum sifat Sam-love, ada self-love yang tinggi. Rupanya Sam tidak istimewa dibanding dirinya sendiri. Barangkali Galavidi diminta menceburkan Sam ke kotoran kuda demi keselamatannya, wanita itu tidak perlu berpikir dua kali.
Galavidi dan Sam bergerak cepat, muncul dan menghilang berkali-kali dari kerumunan dan gang-gang. Bau bir menyengat tidak membuat mereka berhenti meski rasanya sudah memuakkan dan tidak nyaman di perut. Sesekali Galavidi ingin memuntahkan sesuatu dari jeroannya , tetapi Sam yang tidak peka terus menariknya untuk berpindah dari sudut ke sudut jalanan lain. Nahas, tidak ada waktu bagi Galavidi untuk muntah.
Namun, tidak ada kesatria sihir yang mengikuti mereka berdua. Entah karena kemampuan melarikan diri Sam patut diacungi jempol atau karena para kesatria tidak tertarik dan tetap fokus dengan ‘buronan asli’ sebagai tujuan awal mereka. Ah, bukankah jawabannya sudah pasti?
Di sisi lain, Akkadia dan Kannika memutuskan bersama, sebab merepotkan jika ada sesuatu yang menimpa salah satu di antara mereka saat sendirian.
“Hey! Hey! Kita tidak bisa terus-terusan kabur,” ucap Akkadia ketika salah satu kesatria sihir melihat mereka berbelok ke tempat yang dipenuhi toko-toko baju.
“Sialnya, tidak bisa melakukan apa-apa.” Kannika mencebik.
Gadis manusia dan Demigod itu terus berlari. Terkadang berhenti, berdiri dan bergaya di belakang manekin baju. Sayang rencana kucing-kucingan tidak bertahan lama. Saat mereka bersembunyi di balik tiang besar salah satu toko, Kannika menghitung kesatria yang mendekat dari ekor matanya. Satu lelaki bertubuh gempal dan satu perempuan berwajah gahar. Sedangkan lelaki tinggi berdiri cukup jauh untuk menunggu kepastian teman-temannya.
Kannika bersiap dengan palunya. “Meski aku tertangkap, paling tidak bisa mendapat keuntungan walau hanya meremukan satu jari. Bajingan! Aku penasaran dengan orang yang menuduhku seenak jidat. Kalau bertemu, pasti tulang kaki dan tangannya akan kuremukkan pakai godam milik pandai besi,” gumamnya penuh emosi.
“Sekarang!” Akkadia berseru sembari mengikat kesatria lelaki bertubuh gempal dengan pancing. Inginnya Akkadia bisa melemparnya ke sisi samping, tetapi lelaki itu tetap bergeming.
Dengan jalanan sekecil itu dan gerobak-gerobak yang makin memakan sisi, kabur menggunakan Anz dinilai tidak mungkin. Sekarang mereka sudah ketahuan. Jika sudah begini, tidak ada jalan lain selain melawan. Membayangkan saja, mereka sudah ketar-ketir. Akkadia meneguk liurnya kembali dan memegang erat-erat tangan Kannika. Hal yang dia khawatirkan adalah kemungkikan terungkapnya ras Kannika. Di masa itu, Wizard sangat tidak ramah dengan manusia.
Akkadia menggiring posisi di pertigaan gang perlahan-lahan sambil mengoceh. Tiga kesatria sihir mengamati pergerakannya. Ketika jarak yang dia inginkan sesuai, Akkadia melempar Kannika sejauh mungkin ke jalan lain.Aku tidak khawatir karena tubuhmu tahan banting, batin Akkadia.
“Sial! Jangan mengejarnya. Jangan melakukan apa-apa.” Tatapan Akkadia begitu tajam diiringi suara melengking saat kesatria perempuan menyusul Kannika.
Masyarakat yang penasaran, hanya menganggap ada hiburan bagus saat perayaan. Tidak ada yang peduli. Kenapa seolah-olah mereka juga melihat Kannika mencuri, padahal tim Charming baru sampai di tanah ini? Dan setinggi apa pun suara Akkadia, kesatria sihir memilih mengabaikannya. Tidak ada pertempuran, meski Akkadia berusaha memancing amarah mereka.
Demigod itu merasa dadanya berkecamuk. Dia ingin menangis. Dia ingin Anz mengacaukan toko dan segala sesuatu yang ada di sekitar dengan badai sayapnya. Akan tetapi, sebagai keturunan dua darah bangsawan dan siswa Maple Academy, tindakan implusif semacam itu dilarang. Dia meremat rok sampai kusut dan memaksa otak berpikir hingga matanya yang basah membelalak. Maakin dipikir, makin menyesakkan. Tidak mungkin seseorang mengincar Kannika karena asal-usulnya, ‘kan?
Rasa nyeri di punggung membuat laju Kannika melemah. Dia beristirahat di pojok kedai buah, belakang tempat sampah. Sejak tadi kakinya terus berlari dan napasnya kembang kempis. Di tengah kekhawatirannya, muncul rasa kantuk padahal dia insomnia akut. Tidak masuk akal jika itu efek dari sleeping powder, mengingat Kannika kebal dengan efek buruk ramuan buatan. Namun, akan berbeda jika tubuhnya bereaksi akibat suatu sihir.
Kannika berusaha melawan kantuk. Dia celingukan untuk membaca situasi. Tidak ada yang mencurigakan termasuk keberadaan Kesatria Sihir. Di kesadaran terakhirnya, Akkadia muncul dengan kondisi tidak jauh berbeda. Langkah yang tidak stabil, seolah sudah memaksakan diri. Pancing belum dimasukkan ke dalam tas punggungnya. Juga berkali-kalai menampar pipi sendiri sampai memerah.
Dia ingin menyambut, tetapi mulutnya terkunci. Tidak ada tenaga yang tersisa. Meski begitu pendengarannya menangkap sebuah kata-kata dari bibir yang bergetar, “Syukurlah, aku bisa menemukanmu meski kantuk ini sangat menyebalkan.”
Di tempat yang kurang pantas itu Kannika berujar, “Ternyata misi ini merepotkan, ya?”

KAMU SEDANG MEMBACA
Uninvited Guest for Betelgeuse (MAPLE ACADEMY YEAR 3)
خيال (فانتازيا)[UPDATE SETIAP SELASA & MINGGU] Kelompok beranggotakan Sam Uine, Galavidi, Kannika Pattaya, dan Akkadia Ishtar mendapatkan misi pencurian dan penghancuran serpihan cermin waktu di tubuh Betelgeuse. Namun, misi mulai berantakan ketika mereka menjadi...