07 - Epilog

228 53 18
                                    







Setelah mengumpulkan niat, Jaemin keluar dari rumahnya pada pukul sebelas malam. Bukan berkeliling mencari angin, namun ingin berkunjung ke rumah rekannya.

Siapa lagi kalau bukan Lee Jeno?

Helaan napasnya teratur, langkah kakinya meringan seiring berjalannya waktu. Dua tangan yang tak terbalut hangat ia masukkan kedalam saku jaketnya. Rambut yang mulanya mengering rapi kini ikut tergiring oleh setiap hembusan angin.

Sembari menikmati nuansa malam yang terlampau nikmat akan mencekam juga kelam, Jaemin terus melangkah diikuti oleh terpaan bayangan diri dari cahaya rembulan, mengikuti jejak secara jemu menuju rumah tujuan.

Untungnya, kediaman sang rekan tidaklah terlalu jauh dari tempat tinggalnya. Alangkah baiknya ia kini bahkan sudah sampai di pekarangan hunian milik Jeno. Tungkainya seketika terhenti, berdiam persis didepan pintu tanpa melibatkan ekspresi khusus apapun.

Tanpa menunda waktu lagi, Jaemin langsung menekan bel. Cukup lama memang Jeno membuka pintu, namun itu tak membuat dirinya untuk menekan bel yang kedua kali.

Ceklek!

"Eh Jaem?! Ngapain?!" Tanya Jeno sembari menunjukkan raut wajah terkejut.

Jaemin hanya tersenyum simpul, lalu berujar---

"Boleh gue masuk? Di luar dingin."

Alibi! Nyatanya Jaemin mati rasa akan panas maupun dingin. Tanpa berpikir panjang, dengan senang hati Jeno mempersilahkan.

Lalu menyuruh Jaemin duduk di sofa ruang tamu.

"Mau teh?" Tawar sang tuan rumah. Jaemin tak menjawab, pemuda itu justru lebih fokus pada kegiatan menelisik setiap inci pahatan rumah Jeno.

"Ortu Lo mana?" Tanya Jaemin random. Jeno sempat mengernyit bingung, namun karena berpikir mungkin Jaemin hanya basa-basi - lantas menjawab, "Ke luar kota."

Jaemin hanya mengangguk sebagai respon kecil.

"Mau teh nggak? Katanya dingin?" Tawar Jeno lagi.

Jaemin menatap rekannya tanpa artian apa-apa. Lalu menggeleng pelan, "Nggak mau teh. Palu aja ada nggak?"

Demi apapun, tingkah Jaemin benar-benar tak terduga malam ini. Khususnya bagi Jeno sendiri!

Di mulai dari berkunjung - yang seharusnya itu tidaklah pernah Jaemin lakukan sebelumnya. Merasakan dingin - Cuaca yang bahkan tak pernah diperdulikan sama sekali. Lalu meminta palu - Ehm... Kalau ini perlu dipertanyakan, sih?

"Buat?" Tanya Jeno memastikan. Tak ayal, air muka curiga juga terpancar jelas dari pemuda Lee itu.

"Bunuh orang!"

Santai sekali berkata seperti itu...

Reaksi terkejut Jeno tak dapat disembunyikan, remaja itu bahkan sampai melotot tak percaya.

"Malem ini?! Harus malem ini banget?!" Tanya Jeno lagi.

Jaemin mengangguk, disertai jawaban, "Iya, harus malam ini."

Hembusan napas panjang mencelos begitu saja dari bibir Jeno, "Yaudah, gue ambil dulu."

Jaemin acuh, telapak tangannya yang memang sedari awal tadi ia sembunyikan dibalik saku jaket lagi-lagi mengepal kuat. Hingga meremas kertas yang memang sengaja ia bawa - kertas yang ditemukan di paper bag ibunya.

"Nih!" Jaemin menerima palu dari Jeno. Lalu tersenyum miring sebagai istilah 'Terima kasih'.

"Lagian palu Lo dimana? Pake segala minjem kesini malem-malem."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 13, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Antagonist || Jaemin ft Jeno ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang