"Gracelia apa yang kau lakukan? Kembali!"
"Untuk apa?"
"Setiap langkahmu hanya membawa kehancuran pada Zoeearth, bukan ini tujuan kita!"
"Tujuan?" Intonasi itu terdengar meremehkan. Sudut bibir ditarik sebelah memberi celah, sisa darah yang tadinya tertahan turun dengan bebas. Gracelia terkekeh. "Kesejahteraan Zoeearth sudah lama mati, kalian mengemas semuanya atas dasar kemakmuran. Kalian sadar itu hanya bualan tapi kalian ... bahkan kau hanya bungkam!"
"Kau sudah salah, kau sudah terhasut ucapan alpha sialan itu!" Buku jari Zalena mengeras. Langkah Gracelia sudah sampai di bibir Death Valley. Ia tidak dapat percaya Gracelia benar-benar ingin menjatuhkan dirinya ke dalam Palung Hitam.
"Sudah terlambat." Gracelia bergumam pelan. Ia membentangkan tangannya, tubuh itu melayang ke udara menyatu dengan kabut pekat. Lima pilar yang mengelilingi Death Valley memancarkan lima cahaya berbeda, pendar itu perlahan semakin terang mengiringi seluruh tubuh Gracelia yang juga diliputi cahaya. Melayang di atas lautan hitam yang mendidih, dikelilingi ratusan jiwa yang menentang, rasa takut Gracelia telah lama padam.
Ratusan garnisun berjaga di sekitar Death Valley tanpa sadar melangkah mundur. Rakyat biasa yang tidak cukup memiliki kemampuan tidak berani melihat ke atas. Seolah cahaya jatuh dari langit, udara kini dipenuhi ratusan witchstone yang berpendar. Semua Elementis memegangi dada, melihat pada batu berlian yang melayang, merasakan kekosongan absolut ketika inti kehidupan sudah berpindah entah sejak kapan.
"Kau gila?!" teriak Zalena geram. "kau ingin membunuh semua Elementis dengan mencuri witchstone di tubuh mereka?!"
Camelia tahu witchstone bak jantung bagi seorang Elementis. Namun, setitik pun kepedulian tidak lagi tampak di matanya.
Hanya dengan mengepalkan tangan Gracelia mengambil alih seluruh witchstone. Lautan hitam Death Valley bergejolak. Pekat hitamnya menguar saat ditimpa cahaya. Gracelia tidak gentar saat percikan panas cairan hitam nyaris menguliti tubuh bawahnya. Gracelia tidak lagi peduli. Ia hanya ingin mengakhiri semuanya.
Dalam sekali hentakan, tangannya terangkat ke udara. Ia perlahan menarik lengannya kembali, dengan tangan terkepal kuat ia menggiring seluruh witchstone yang kini ikut merosot ke bawah bersamanya. Semua orang membekap mulut tidak percaya. Bahkan Zalena yang berusaha menghalau tindakan sang adik, hanya bergeming dengan tatapan nanar.
Beberapa Elementis jatuh ke tanah, memegangi dada yang terasa sesak. Sementara yang lain tertatih, seekor serigala menerobos kerumunan merobohkan beberapa orang lagi yang masih berusaha menongka tubuh. Sang serigala melolong pilu sebelum akhirnya mengambil wujud manusia. Teriakannya dapat di dengar semua orang.
"Apa yang kalian lakukan?! Kenapa tidak ada yang menahannya!"Kemarahan itu dalam sekejap tergantikan menjadi tangisan tanpa suara. Pandangannya memburam oleh bulir air mata yang memenuhi kelopak. Bahkan kini penglihatannya terhalang, ia masih dapat melihat sosok pujaan hati di balik kabut itu masih menoleh untuk melihat dirinya. Seketika ia kehilangan tenaganya.
"Gracelia ... kembali."
Namun, mata itu adalah fisik terakhir yang bisa ia lihat.
Dalam sekejap semua cahaya menghilang begitu pula tubuh yang sudah lebur. Seolah telah mendapat makanya, luapan Death Valley perlahan tenang. Ketika semua hening, sebuah lolongan pilu memecah kesunyian. Namun, semua sudah terlambat. Gracelia, sosok Elementis yang seharusnya menjadi ratu semua orang kini namanya telah terhapus bersama keberadaan seluruh witchstone yang juga telah pupus.
Cukup hal baik dan indah yang berulang. Kesalahan dan hal menyakitkan lainnya tetaplah menjadi kenangan.
Namanya akan terhapus, matanya terpejam, seluruh tubuhnya menghilang. Namun, harapan itu akan tetap hidup sampai kapan pun.
∆•∆•∆•∆•∆•∆
Revisi rasa cerita baru:'D
Titip jejak biar semangat.
Happy reading  ̄ ³ ̄
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Elementis |
FantasyTerlahir sebagai yang tidak dapat mengolah sihir, tidak menjadikan Camelia larut dalam keputusasaan. Di balik titik lemahnya, dorongan sebongkah semangat menuntun Camelia menggali semua potensinya. Garnisun garda terdepan telah menjadi cita-citanya...