Beberapa orang duduk mengelilingi meja lonjong panjang di ruang pertemuan istana. Seorang wanita berpenampilan mulia duduk paling ujung. Sebuah tiara emas bertengger di rambutnya yang hitam, mengukuhkan kedudukannya sebagai seorang ratu di Zoeearth.
Perkumpulan itu sudah berlangsung sejak tadi, merupakan rapat dadakan karena pemimpin Klan Agrios--klan binatang buas-- tiba-tiba datang dengan amukan juga kehadiran perwakilan ras amagine yang ingin menyampaikan keluhan. Suasana sudah tidak sericuh sebelumnya, Kenan sang pemimpi Klan Agrios sudah ditenangkan.
"Sudah berapa lama penculikan ini terjadi Aldwin?"
Pria berkulit paling gelap meremas jemarinya. Wajah penuh kegusaran itu tampak jelas, tanpa sadar ia menggeleng dalam diam sebelum akhirnya menatap sang pemberi pertanyaan untuk menjawab. "Awalnya saya mengira hanya satu orang Yang Mulia. Namun, setelah memeriksa lagi ada tiga rumah yang sudah lama kosong. Sulit menentukan kapan dan sudah berapa lama mereka hilang. Tidak ada yang menyadari sebelumnya karena rata-rata yang diculik adalah wanita yang tidak lagi bersuami dan anak-anak yang tidak memiliki orang tua."
"Semua dari ras amagine?" Ratu serafina kembali bertanya.
"Benar Yang Mulia." Kali ini seorang berbaju zirah yang menjawab, sementara Aldwin turut merespons dengan anggukan.
"Tidak ada jejak yang kalian temukan?" Masih Ratu Serafina yang memberi pertanyaan, tapi tatapannya tidak lepas dari pria berbaju zirah, Ramos.
"Kesatria yang berjaga hanya melaporkan adanya aroma busuk di tempat kejadian. Semua tampak baik-baik saja. Aroma itu bahkan tidak lagi tercium setelah jarak dua meter. Kami menduga itu alasan kasus ini tidak cepat terkuak."
Entah kenapa semua orang tiba-tiba memandang ke satu arah, atmosfer seketika berubah saat gebrakan meja terdengar.
"Kalian menuduh Klan Agrios pelakunya?!" Emosi Kenan yang sudah padam kembali tersulut. Pria pemakai topi bulu beruang itu sangat tidak terima. Klan Agrios memang terkenal keras dan bengis. Namun itu hanya naluri hewaniah. Bagaimanapun mereka tetap setengah manusia yang memiliki hati nurani.
Ratu Serafina memperbaiki posisi duduknya. Ia tampak hati-hati saat berkata, "Kenan, kita di sini tidak menyudutkan klan-mu. Dengan belum terkuaknya pelakunya, siapa pun bisa jadi tersangka. Aku tidak mengharapkan tuduhan itu benar. Namun, kau harus tetap memeriksa kalau klan-mu benar-benar tidak bersalah."
"Tck! Kalian tahu bukan hanya Klan Agrios yang patut dicurigai, tapi seolah kekacauan hanya berasal dari kami, kalian bahkan tidak mempertimbangkan keberadaan makhluk itu!"
"Apa maksudmu Kenan?"
Bukan hanya Ratu Serafina yang bereaksi, semua orang dalam ruangan itu kini menatap Kenan dengan penuh tanya.Tanpa di duga Kenan menyeringai. "Menurut kalian siapa di sini yang dapat datang dan menghilang secepat angin? Ribuan tahun lalu semua orang membenci Death Valley dan seisinya. Jadi ketika ada masalah seperti ini, bukankah dia patut untuk dicurigai. Kenapa dia tidak hadir? Bukankah dia juga harus memberi kesaksian?"
Hanya Ratu Serafina yang dapat memahami kalimat itu dengan baik sementara yang lain masih meraba-raba. Ketika sang ratu memikirkan satu nama, saat itu terpaan angin tipis datang dengan cepat membelai tengkuk semua orang. Ketika mereka menyadari, sosok berjubah hitam sudah muncul di sudut ruangan. Tudung yang menutupi kepala ia turunkan. Tangannya bersedekap santai. Punggungnya bersandar di dinding sementara kakinya menendang-nendang udara.
"Ragash." Tanpa sadar Ratu Serafina bergumam pelan.
Pria berjubah hitam itu tiba-tiba bersuara. "Ah ... daun telingaku terus bergoyang sejak tadi rupanya ada yang sedang memikirkanku." Lirikannya tiba-tiba menoleh ke satu orang. "Kau merindukanku Tuan Beruang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Elementis |
FantasyTerlahir sebagai yang tidak dapat mengolah sihir, tidak menjadikan Camelia larut dalam keputusasaan. Di balik titik lemahnya, dorongan sebongkah semangat menuntun Camelia menggali semua potensinya. Garnisun garda terdepan telah menjadi cita-citanya...