Mentari perlahan mulai beranjak ke puncak. Cahayanya jatuh tepat dari sisi barat menerangi pilar-pilar istana yang berdiri kokoh. Dua orang ditemani dua cangkir teh duduk di balkon istana mengobrol dan menikmati pemandangan. Salah satunya adalah seorang pria dengan penampilan rupawan. Dada bidangnya hanya dilapisi kain tipis yang tidak terawang, tapi jubah luar panjang berbahan sutra membuat penampilan sosok berambut golden brown lebih mewah dan elegan. Bulu coklat yang bertatah di pundaknya tampak tidak terlalu penting, tetapi secara tidak langsung memberi aura tegas. Tidak ada ketimpangan yang pantas dibandingkan jika dihadapkan dengan wanita di depannya. Dua sosok ini hampir setara dari segi penampilan.
Tidak jauh di bawah sana, para kesatria yang dipimpin oleh Ramos sedang melatih pertahanan diri. Pria yang menonton latihan itu sejak tadi baru mengalihkan pandangannya setelah salah satu dari dua yang bertarung menjatuhkan lawannya. Menjaga rambut golden brown-nya tetap rapi, ia menoleh dan melanjutkan obrolan.
"Aku pikir pemandangan istana di pagi hari akan sangat tenang, siapa sangka denting pedang sudah beradu bahkan sebelum teh di cangkir kosong. Ratu Serafina adalah orang yang lembut, tidak kusangka kepemimpinan Anda sangat berbanding terbalik."
Wanita di depannya meletakkan cangkir tanpa menimbulkan suara, senyum tipis menyebar di wajahnya.
"Mansion ini mungkin tidak tepat untuk menjamu tamu. Namun Tuan Tirian datang tanpa peringatan sehingga kami tidak menyiapkan tempat dengan baik. Area ini tempat yang paling dekat dengan pintu masuk, Anda mungkin terlalu lelah sehingga tidak ingin pindah ke mansion yang lebih jauh.""Tidak masalah. Aku hanya memikirkan itu secara acak. Aku sedang sensitif dengan angin jadi memilih jalur darat. Namun, Aku dan rombongan terlalu ceroboh tetap memaksakan berangkat di siang hari dari penginapan terakhir, sehingga kami bahkan terlambat menikmati pemandangan senja di Troas. Sebuah kehormatan Ratu Serafina masih memberi kami tempat untuk tidur."
Ratu Serafina terkekeh. "Kau terlalu sungkan, Tirian. Sudah sejak lama aku membebaskan kau dan Kenan memanggilku dengan namaku. Aku tidak hanya menghargai persahabatan ini, aku bahkan menganggap Klan Agrios bukan orang asing."
Tirian ikut tersenyum. "Anda sudah begitu baik. Mungkin Kenan masih pantas, tapi aku yang jarang berkunjung ini semakin merasa tidak enak. Apa aku masih layak disebut teman?"
Intonasi itu seharusnya terdengar seperti seorang yang sedang meminta pengampunan, tetapi Ratu Serafina tidak merasa heran ketika tidak menemukan itu di sana. Ia mengabaikannya dan menjadi lebih serius.
"Tiap festival musim gugur tiba kau selalu datang sendiri untuk mengundang rakyat Troas berpartisipasi ke dalamnya. Namun, kali ini kau terlihat tidak hanya datang untuk mengundang. Ada yang berbeda tahun ini?"Ekspresi Tirian berubah dengan halus. Ia menatap di kejauhan sebelum kembali pada lawan bicaranya. "Aku ingin pesta yang lebih meriah. Aku tidak sengaja mendengar orang-orang berbicara tentang klan kami yang katanya sangat tidak ramah. Aku benci omongan sampah seperti ini menyebar di masyarakat. Jadi aku ingin membuat pesta yang besar dan mengumpulkan semua ras untuk berbaur. Mereka harus meluruskan kesalahpahaman ini."
Ratu Serafina tertegun sesaat. Ia berpikir ini mungkin ada kaitannya dengan tuduhan yang mereka berikan kepada Klan Agrios tentang kasus penculikan yang belum terkuak. Namun Ratu Serafina tidak ingin membahasnya, hanya mengirim pertanyaan singkat.
"Lalu?"Tirian sedikit menekuk sudut bibirnya. "Karena ini pesta yang besar, aku ingin mengganti tempatnya ... bukan di Bree lagi."
Ratu Serafina menatapnya lebih serius kali ini. Sebelum ia bisa menebak, Tirian lebih dulu menyela.
"Aku ingin pesta ini diadakan di Padang Savier."
Dari semua tempat yang ada di Zoeearth, Tirian menyebutkan Padang Savier yang tidak berpenghuni? Ratu Serafina tidak bisa tidak menanyakan alasannya.
"Bukannya itu terlalu luas?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Elementis |
FantasíaTerlahir sebagai yang tidak dapat mengolah sihir, tidak menjadikan Camelia larut dalam keputusasaan. Di balik titik lemahnya, dorongan sebongkah semangat menuntun Camelia menggali semua potensinya. Garnisun garda terdepan telah menjadi cita-citanya...