Di belahan utara tanah Zoeearth, tempat di mana tak akan ada kicauan burung merdu di pagi hari, manusia dan hewan hidup berdampingan di sana. Ini memang terlihat seperti hewan telah mendominasi tempat itu, tetapi yang sebenarnya terjadi manusia dan hewan adalah satu kesatuan. Mereka adalah penampakan di mana kau dapat melihat dua jenis makhluk dalam satu tubuh. Tampak manusiawi di suatu waktu, tetapi ganas dan menakutkan di waktu lain. Transfigurasi adalah keahlian mereka yang dapat kau lihat, tetapi sama halnya dengan para penyihir yang penuh dengan magis, mereka juga memiliki keistimewaannya sendiri. Merekalah yang disebut Agrios, klan binatang buas.
Tempat mereka teridentifikasi sebagai tanah yang tidak ramah. Alih-alih suara jangkrik, di malam yang hening seseorang mungkin akan lebih sering menemukan suara lolongan atau geraman. Belantara adalah ciri khas mereka. Namun, waktu telah mengubah banyak hal. Buas masih menjadi sifat mereka, tetapi naluri manusiawi juga sudah mendominasi. Sehingga alih-alih hutan rimba, kalian akan melihat bangunan dengan atap layaknya rumah hunian di sana. Tanah Elwood adalah saksi perjalanan hidup mereka.
"Kenapa sangat gelap? Hei setidaknya nyalakan lampu minyaknya!"
Seseorang itu baru saja memekik. Keadaan ruangan yang gelap membuat ia harus merelakan lututnya terbentur benda padat.
Ia mengumpat. "Anak itu masih kekurangan tata krama untuk menginap di rumah orang lain ... ah lututuku!"Seseorang yang diam sejak tadi mendengar suara tinggi itu, tetapi ia tetap bergeming menatap kosong pada kegelapan. Sosok itu berbaring di atas dipan tanpa alas. Lututnya ia tekuk sedang tangannya bersedekap. Di permukaan kayu itu, keringat yang menetes dari pelipisnya meninggalkan jejak hingga beberapa titik. Ia mengabaikan semuanya bahkan tidak memperbaiki anak rambut yang menutupi sebelah matanya.
"Apa dia belum pulang?" Yang berbicara ini sepertinya adalah sang pemilik rumah. Tangannya begitu lihai saat bergerak menelusuri rak kayu yang menempel di dinding. Begitu tangannya menemukan dua benda padat, ia langsung menggesek keduanya hingga nyala api tercipta yang langsung ia arahkan pada sebuah lampu minyak yang menggantung.
Penglihatannya baru saja menyesuaikan dengan adanya cahaya ketika ia berbalik dan menemukan orang lain meringkuk di atas dipan. Itu terlalu tiba-tiba sehingga rasa syok segera menyerang.
"Astaga kaget aku! Sejak kapan kau di sana?"Sosok yang ditanya hanya menoleh sebentar sebelum akhirnya kembali pada posisinya. Raut wajahnya tampak malas.
Melupakan rasa sakitnya, pria berambut cepak-hitam itu berjalan mendekat. Ia kembali bersuara. "Kau benar-benar ke Troas kemarin?"
Masih tidak ada jawaban.
Pria yang bertanya menarik sebuah kursi rotan dan duduk bersandar di dinding.
"Apa yang kau cari di sana?" tanyanya lagi."Kau bisa diam?" Sosok yang berbaring akhirnya menjawab.
Benar-benar balasan yang tidak disangka-sangka. Seperti biasa terdengar tenang dan tak tersentuh, tetapi pihak yang mendengar malah menangkap sesuatu yang lain.
"Hei ... ada apa dengan suaramu? Gerald, kau sakit?""Jangan berlebihan, Sean." Peringatan itu sudah jatuh, tetapi pria yang dipanggil Sean tetap tidak berhenti. Ia beranjak dari kursi dan pergi meletakkan telapak tangannya di pelipis pria yang berbaring. Tiba-tiba ia tertawa keras.
"Hahaha kau demam?" Gerald menyingkirkan tangan Sean dan tetap diam. Ia sama sekali tidak berminat menjawab pertanyaan itu.
"Kau melakukan perjalanan dari Troas ke Elwood dan sekarang aku menemukanmu sakit?" Sean berkata di sela tawanya.
"Hei! Apa yang terjadi dengan reinkarnasi dari Aplha Samuel kita? Sejak kapan kau jadi sering sakit?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Elementis |
FantasyTerlahir sebagai yang tidak dapat mengolah sihir, tidak menjadikan Camelia larut dalam keputusasaan. Di balik titik lemahnya, dorongan sebongkah semangat menuntun Camelia menggali semua potensinya. Garnisun garda terdepan telah menjadi cita-citanya...