Prolog

1.5K 141 10
                                    

»»——⍟——««

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

»»——⍟——««


Suara klakson mobil dan motor saling bersahutan di tengah kota yang padat aktivitas seperti ibu kota Jakarta ini. Hari senin menjadi awal kegiatan di mulai, sudah menjadi kebiasaan warga Indonesia untuk melaksanakan kegiatan di luar rumah.

Jalanan yang tiba-tiba macet pun tak menjadi hambatan untuk pejalan kaki. Suara gemuruh kendaraan seolah tak mengganggu pendengaran mereka. Saking sudah biasa terjadi.

"Ih, lama banget kenapa sih!"

Satu gadis pengendara motor itu menekan klakson lebih brutal. Oh ayolah, waktu terus berjalan dan dirinya harus sampai ke sekolah sebelum pukul delapan. Tapi lihatlah, sekarang dirinya justru terjebak oleh kemacetan.

"Tau gini gue ambil jalan pintas tadi."

Meow~

Tak sengaja, gadis itu melihat seekor kucing naik ke atas sebuah mobil, duduk dengan santai seraya menjilati tangan mungilnya. Merasa lucu, ia pun tertawa, membayangkan betapa marahnya pemilik mobil jika sampai tahu bahwa ada seekor kucing di atas mobil mewah miliknya. Asik memperhatikan kucing tersebut, ia sampai tak sadar jika mobil dan motor di depannya susah mulai maju.

"Neng! Cepet jalan!"

"Eh? I-iya."

Meow~

Tak di ketahui oleh si pemilik motor, kucing oren itu lompat dan duduk di belakang si gadis. Sempat berpegangan kuat karena motor tersebut mulai melaju dengan cepat.

Sesampainya di sekolah, gadis itu segera berlari mencari barisan dimana anak-anak kelasnya berkumpul. Untung saja, upacara belum di mulai.

Selamat nasibnya untuk hari ini.

"Tumben telat, Cha?"

Icha Vanesya Kumara, gadis bertubuh kecil dengan rambut sebahu itu menghela nafas. "Iya, macet di jalan tadi."

"Makanya beli helikopter," kata Sabrina Mayasaka, sahabat sekaligus teman seperjuangan Nara sejak SMP.

"Kalo lo yang beliin, sih, gapapa."

"Sstt, kalian jangan ngobrol terus!"

Keduanya mematung saat seorang guru berdiri tepat di belakang mereka. Padahal kan upacara belum mulai jadi tidak apa-apa mereka ngobrol dulu, toh anak-anak di barisan lain juga masih mengobrol.

Tapi karena tak ingin mengambil resiko, akhirnya kedua gadis itu diam daripada di hukum nantinya.

Upacara berlangsung dengan lancar, tapi tiba-tiba pembina upacara menghentikan bicaranya di depan sana. Semua anak juga seperti memperhatikan sesuatu.

Meow~

Seekor kucing berjalan begitu saja ke tengah lapangan, yang tentu menarik perhatian semua siswa-siswi di sana.

"Lho, itu kan kucing tadi." Nara mencoba mengintip agar bisa melihat kucing tersebut. Dan benar saja, kucing itu terlihat tak asing karena baru saja ia lihat beberapa menit yang lalu.

Tapi, jarak jalan raya yang macet tadi dan sekolah cukup jauh, bagaimana bisa kucing itu sampai disini?

"Eh lo tau ga berita yang lagi viral itu?"

"Apaan?" bingung Icha yang memang selalu tertinggal berita.

Sabrina mendekatkan bibirnya ke telinga Icha. "Tentang Kumis kucing pembawa jodoh."

"Ah, Mitos itu. Lo jangan gampang di bohongin dong."

"Tapi, Cha. Kemarin gue liat di media sosial ada yang di video langsung. Dan mereka beneran dapet cowo cakep. Gw jug–"

"KALIAN!"

"AWH!"

Kedua sahabat itu meringis saat telinga mereka di tarik dengan tidak Aesthetic oleh guru yang menegur mereka tadi. Dan itu sukses membuat mereka tiba-tiba menjadi pusat perhatian.

Bukankah ini sungguh memalukan?

**

Di bawah sana, ramai-ramai siswi yang berkumpul mengerubungi kucing oren tadi. Entah apa tujuan mereka tapi bisa Icha lihat Kucing itu sedang di ... cabuli?

Bukan-bukan! lebih tepatnya di paksa diam untuk di ambil kumisnya.

"Di jaman sekarang mana ada mitos kayak gitu, mereka bego apa gimana sih? Itu malah nyiksa si kucing."

Tapi sepertinya kucing itu bisa melawan, buktinya sekarang para siswi itu mengejar si kucing di tengah lapangan.

"Nyari jodoh gitu amat, hahaha!" Icha menggelengkan kepalanya lalu kembali masuk ke dalam kelas. Jam istirahat masih panjang dan ia bingung harus melakukan apa.

Sabrina yang tak bisa meninggalkan kantin saat jam istirahat membuat Icha harus rela berdiam diri tanpa teman mengobrol. Sebenarnya masih banyak teman di kelasnya, hanya saja ia malas bicara jika tidak dengan Sabrina.

Karena bosan, Icha mencoba membuka sosial media. Mencari kebenaran tentang Mitos Kumis Kucing itu. Banyak video yang ia temui dan terlihat sebagian orang mempercayainya. Namun yang lebih banyak Icha temui adalah penyiksaan pada si Kucing. Di paksa diam untuk di cabut kumisnya, bahkan ada yang mengguntingnya juga.

Kucing yang tersakiti.

Tapi ada satu video dimana tak terjadi apa-apa setelah kumis itu di cabut? Berarti mitos ini tidak 100% benar. Mungkin saja video lain yang katanya menjadi bukti mitos ini, itu hanyalah Hoax semata.

Di jaman sekarang banyak sekali orang-orang yang berbohong untuk mencapai ketenaran, kan? Dan bodohnya, ada orang yang mempercayai itu semua.

Icha tak habis pikir, betapa mudahnya orang Indonesia di tipu oleh hal-hal bodoh seperti ini. Ingin rasa menyalahkan serta menyangkal mitos tersebut tapi apa daya, ia tak cukup berani untuk ikut campur, apalagi jika melawan netizen Indonesia.

Sudah menyerah duluan.

Jadi, biarkan saja negara ini bertahan dengan ciri khas nya, toh itu tak merugikan kehidupannya meskipun di sekelilingnya banyak orang-orang yang terkadang membuatnya kesal dan jengah.

Dan juga, biarkan Mitos Kumis Kucing ini membludak ketenarannya, karena suatu saat semua ini akan terlupakan begitu saja.

Benar, kan?

_

Haii! This is my second work!
Maaf kalau ada Typo ya, manusiawi itu mah:')

Jangan lupa vote dan komennya ya ❤
Biar ga di sebut pembaca gelap. Vote dari kalian adalah dukungan kecil yang bermakna besar untuk kami para penulis. Percayalah.

Next?

[✔] Kumis Kucing Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang