04.HYS

55 9 30
                                    

'Lo mungkin bisa membujuk Hammy atau Vanilla. Tapi lo ga' akan bisa membujuk gue'
-Hammy Vanilla Cath-
Alias -Icy-

"Ini sudah diluar skedjul kita" Ucap Ara. Nadanya mulai terdengar serius
Layla menyimak.

"Ada satu orang yang belum berhasil kita bawa ke Zervard" Layla diam. Ia tampak berpikir. Ara? Ia menunggu Layla untuk menjawabnya.

"Hammy Vanilla Cath! " Ucap Layla lantang. Ara mengangguk.

"Lebih tepatnya Icy" Ucap Ara masih dengan tatapan kosong miliknya. Lengang. Cahaya senja mengenai tubuh mereka.

"Hahhh... Tapi gue cape, njir" Layla membuka suara. Ara beralih menatap Layla. Ia tersenyum.

"Ga masalah. Pukul 03.00 kita berangkat" Layla mengangguk. Lalu Ara pergi menaiki abang Ojol yang udah di pesannya. Hehe.. Abang ojolnya udah dateng.

"Ehhh.. Jam 03.00 pagi!? " Layla yang menyadarinya. Langsung kaget. Lalu sejenak ia tersenyum miring.

'Pinter juga anak gue. Ara.. Ara.. Gue harap semuanya terkontrol ' Ucap Layla dalam hati.

*****

Kediaman Mahavir

"Kak" Panggil Reyn selaku pemilik suara. Rais yang merasa dipanggil itu menoleh. Pukul 21.00 mereka memasuki kamar bergegas untuk tidur cepat. Mengingat besok ada rapat jam 09.00 pagi. Sesuai yang kalian ketahui, Rais & Reyn itu gak punya orangtua. Penasaran? Kemana orang tua mereka?? Nanti yaa dinext chap!

Karena gak punya orang tua rumah yang mereka tempati terasa begitu sepi. Namun, salah satu anggota keluarga mereka itu kaya. Yaitu adik dari ibu mereka yang merupakan paman mereka. Jadi, so gak heran mereka itu disebut 'yatim-piatu kaya raya'

"Hm? " Rais sedang mengemasi buku-buku pelajarannya di atas meja belajar. Iyaa,, ga salah lagii.. Rais itu habis belajar. Rajin kan? Beda ama Reyn. Pemalas tapi pintar kok. Ranking 2 dikelas. Soalnya ranking 1 si Toka. Ehe..

"Gue harap lo besok bisa hadir" Ucap Reyn. Rais menoleh lalu tertawa pelan.

"Pasti itu" Ucapnya. Tanpa disadari Reyn melangkah mendekati Rais. Ia menundukkan kepalanya hingga menyentuh punggung Rais. Rais tersentak.

"Gue takut" Cicit Reyn pelan. Namun masih bisa didengar oleh Rais.

"Lo kenapa takut? " Tanya Rais tanpa membalikkan badannya.

"Tuduhan" Satu kata, namun memberi arti yang dalam. Rais berbalik. Menegakkan wajah Reyn lalu menatapnya. Tinggi mereka sama, hanya beda koma saja. Kalo mau nanya siapa yang tinggi. Yang tinggi Reyn. Dah yaa.. Skip!

"Lo liat gue, ga ada yang perlu ditakuti! Oke! " Ucap Rais dengan senyum kehangatan. Reyn berjalan mundur satu langkah.

"Gue gak takut kalo gue jadi tuduhan. Tapi gue takut kalo lo yang jadi tuduhan kak! " Ucap Reyn dengan matanya yang merah. Ia ingin menangis rasanya. Mengapa Rais tak pernah sadar akan dirinya? Mereka sekarang dalam posisi merah. Artinya terancam sebagai penghianat. Rais diam.

"Lo udah 2× gak ikut rapat, kak. Lo tau sendiri jadwal rapat Zervard akan selalu sama dengan Zercline. Begitu sebaliknya. Berjaga-jaga agar tak ada penghianat" Jelas Reyn.

"Hhh.. Jangan lo pikirin! Mending tidur" Ucap Rais berjalan menuju kasurnya. Reyn? Kesal sih. Tapi dia bisa apa? Akhirnya ia pun melangkah menyusul Rais ke tempat tidurnya.

"Selamat malam, kakak kesayangan" Ucap Reyn lalu tidur membelakangi Rais.

"Selamat malam, adik kesayangan" Ucap Rais yang juga membelakangi Reyn.

ALL ABOUT HYSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang