"Sini." Noah merentangkan tangan menyambut Noel ke gendongannya.
"Wangi banget." ia menggesekkan ujung hidungnya ke leher Noel membuat anak itu tertawa geli.
Noah itu gregetan, ia mencium pipi Noel sama seperti mencium pipi ibunya. Pipi kanan dicium, pipi kiri didorong. Bisa saja Noah menggigit Noel saking gregetnya jika Ara tidak ada.
"Ih!" Ara memukul punggung Noah karena lelaki itu tak henti menciumi Noel yang kadang membuat Noel tertawa karena geli.
"Ganteng," Ara tersenyum mendengarnya, ia mengangguk setuju "Kayak aku." lanjut Noah.
Ara menarik nafas, "Jadi kita kemana dulu?" ia segera mengalihkan topik.
"Jahat ih!" kesal Noah "Yaudah iya, sekarang kita kemana?" Ara mengelus pipi Noah "Lah, kan kamu yang mau." aneh Noah.
"Ke sana yuk." Ara menunjuk toko bayi "Ngapain?"
"Cuci piring." dongkol Ara pergi duluan meninggalkan Noah.
"Hiih." Noah mengikutinya.
Mereka mengamati beberapa baju bayi untuk Noel. Berawal dari mengamati, ya tentu berakhir membeli. Mulai dari baju untuk di rumah, pergi, dan sepatu-sepatu kecil untuk bayi dua bulan.
Sebentar lagi Noel akan masuk ke tiga bulan dan bobotnya juga pasti bertambah. Ara dan Noah merawatnya sebenar dan sehati-hati mungkin. Jangan sampai salah pokoknya, Noel benar-benar disayang oleh mereka.
"Segini aja?" tanya Noah melihat tas belanja yang Ara taruh di meja kasir "Iya." Ara mengangguk yakin. Setelahnya ia mengambil dompet Noah di tasnya dan mengeluarkan beberapa lembar merah.
Selesai dengan urusan belanja, mereka memilih untuk langsung masuk ke mobil dan menuju rumah Mama Noah.
Di mobil Noel tidur di gendongan Ara yang menggunakan baby wrap.
"Langsung ke rumah Mama?" tanya Noah "Mau beli sesuatu dulu untuk Mama mungkin?" pikir Ara sembari melihat beberapa kedai di pinggir jalan "Makanan? Jangan deh." kata Noah.
"Bunga gimana?" Ara menunjuk kedai bunga yang baru mereka lewati "Nanti yang di depan kantor aku."
Akhirnya mobil Noah berhenti di parkiran kantor agar mereka tak ribet mencari parkir di pinggir jalan.
Noah membukakan pintu untuk Ara. Tak banyak tingkah, mereka langsung menuju kedai bunga.
Beberapa orang di area kantor menyapa keduanya, termasuk Nichol yang sempat berpapasan. Dia baru keluar kedai kopi, sedangkan Noah dan Ara baru sampai di kedai kopi itu.
Kedai ini tak hanya menjual kopi, ada pernak-pernik serta barang-barang antik di sana, dan juga bunga.
Ara dan Noah memilih bunga matahari karena Noah berkata jika ibunya suka mentari pagi hari. Dan mereka juga membeli bunga tulip merah untuk Anna karena Anna menyukai warna merah.
Masing-masing bunga dibeli sebuket, tentunya juga dihias secantik mungkin.
"Mau bunga juga?" tawar Noah "Bunga apa ya?" Ara mengamati setiap bunga dihadapannya.
"Mawar?" Noah menunjuk buket bunga mawar yang dikombinasi dengan baby breath.
Ara menggeleng "Mahal." katanya membuat Noah tertawa, "Ya kalau kamu mau beli aja, ga usah mikir mahal ngga nya, yang penting kamu suka."
Ara menggeleng lagi "Nanti lagi deh, untuk Mama-mama dulu aja, aku gampang." senyum Ara.
"Yakin?"
Wanita itu mengangguk sedikit ragu, "Tapi warna merah marun cantik," Ara memajukan bibirnya.
"Yaudah ambil aja–"
KAMU SEDANG MEMBACA
NOAH EL THADDEUS (END?)
Teen Fiction"Iya iya ga marah lagi, maaf. Jangan pergi." Noah tersenyum puas mendengarnya. Sedetik kemudian ia menjatuhkan tubuhnya di atas tubuh mungil Ara dan memeluknya erat, mengguling hingga Ara ada di atasnya. "Gitu dong, gue kangen." "Alay lo gitu doang...