Lima belas

2K 120 0
                                    

Lima belas

Gilang menggaruk kepalanya dengan kasar. Bagaimana bisa ia melupakan barang yang sangat ia butuhkan itu. Tugas prakarya miliknya tertinggal dirumah saat ia tengah sibuk untuk bersiap kesekolah. Sial, palingan gue kena hukuman lagi deh, sahutnya dengan memukul meja yang ada didepannya.

Kring!! Kring!!

Tak lama kemudian bel pun berbunyi dengan nyaring. Gilang sudah sabar dan pasrah akan hukuman yang ia terima nanti. Jika ada icha pasti ia akan meminta bantuannya untuk membawakan tugasnya yang tertinggal dimeja makan. Namun sampai sekarang gadis itu belum terlihat juga.

Guru yang ditunggu pun datang. Gilang sudah pasrah menunggu namanya akan dipanggil kedepan untuk menampilkan hasil karyanya itu. Ia sudah putus asa dan menerima hukuman yang guru itu akan berikan kepadanya.

"Gilang! Mau kedepan dan tampilkan hasil karyamu itu."kata guru itu dengan datar

"Ehmm.-- anu-- saya lupa bawa tugas saya bu. "Kata gilang dengan takut dengan guru yang sedang ada dihadapannya.

"Sepertinya kamu ingin sekali ya jika tinggal kelas?"bentak guru itu yang menatap gilang dengan serius.

"Saya minta maaf bu, saya lupa tadi pagi saya---"

"Keluar dan berdiri ditengah lapangan"kata guru itu dengan cepat.

****

Icha merasakan tubuhnya tertarik. Ia sama sekali tidak bisa menahan tarikan itu. Ia seakan merasakan akan bersatu dengan tubuhnya itu. Icha memejamkan matanya dan sampailah ia disuatu tempat, ruangan kamarnya ia dirawat. Ia kemudian melihat pemandangan yang sangat ganjil. Rana. Adik kandungnya sendiri.

"Kakak kapan bangun? Rana kangen kakak. Entah kenapa semenjak kecelakaan itu, rana menjadi pendiam dan tertutup kak. Bahkan ada kerabat papa yang merawat rana sampai saat ini. Ku mohon bangunlah kak aku sangat membutuhkan kamu"seru rana yang menangis memegang tangan icha dengan lembut.

"Rana, kakak ada disini. Maafkan kakak karena membuat kamu seperti ini. Kakak todak bermaksud untuk membuatku bersedih. Bahkan kakak bisa merasakan sentuhan tangan mungil kamu itu"kata icha.

"Kakak tau? Kerabat papa tidak sebaik apa yang ada di tv. Mereka hanya ingin harta warisan kakak saja. Bahkan aku dijadikan pembantu dirumahnya. Meskipun begitu rana senang karena mereka masih mau merawat kakak yang sudah koma selama dua tahun"

Icha mulai mencoba untuk menyatukan raga dan jiwanya. Ia memejamkan matanya berharap aksinya itu akan berhasil. Namun sayang, ia sama sekali sudah mencobanya namun tidak bisa, tak putus asa ia kemudian mencobanya kembali dan..

"Kakak? Kakak sadar?"teriak rana dengan kegirangan

"Ra--ra--rana.. Kaakkak kan-.kan..kangen sama kamu"lirih icha yang berusaha untuk berbicara dengan adik kesayangannya.

"Kakak baik-baik aja kan? Kakak ingin apa?"

"Kakka hanya ingin kamu ada disini."kata icha kepada Rana.

"Rana kangen sekali sama kakak. Apa rana boleh peluk kakak?"

"Silahkan saja "jawab icha dengan senang karena ia sudah bisa sadar dari komanya

Rana memeluk erat kakak nya yang sangat ia cintai. Ia sangat merindukan suara kakaknya itu. Rana sangat senang seklai. Penantiannya tidak sia-sia. Ia bahkan memohon kepada kedua orang tua angkatnya untuk mau merawat kakaknya yang sedang koma. Icha juga merasakan kebahagiaan yang sangat mendalam saat itu.

Wushhhhh

Roh icha kembali keluar dari tubuhnya. Ia kembali lagi seperti sebelumnya, tembus pandang dan tidak terlihat oleh siapapun. Icha baru saja meraskaan kebahagiaan dan kini harus kembali seperti dulu lagi .

"Ada apa ini? Mengapa tubuhku menolak diriku. Ya Tuhan, mengapa semua ini kembali terjadi? Baru saja aku merasakan kebahagian. "Kata icha tertunduk lemah.

Can You See Me ?    [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang