"Yakin lo mau ke kelas hah?" Sudah hampir 10 kali Hanna bertanya seperti itu membuat yang ditanya merasa jengah.
"Ini ke sepuluh kali lo nanya dengan pertanyaan sama" Nara memang keras kepala dia memutuskan masuk kelas setelah berdebat dengan kedua sahabatnya yang memintanya untuk beristirahat di UKS.
Hanna hanya mendengus kesal menanggapi sahabatnya yang kepala batu ini.
"Gue masuk, kalo ada apa apa chat aja" Fareez masuk kedalam kelasnya yang memang bersebelahan dengan kelas Nara. Fareez berada di kelas 11 IPA 3 sementara Nara dan Hanna kelas 11 IPA 2.
Nara hanya menganggukan kepalanya lalu melanjutkan jalannya bersama Hanna disampingnya.
Tanpa Nara sadari ada seorang yang memperhatikan mereka dengan senyum pilu dari arah kejauhan.
"Aku pengen ada diposisi itu Ra"
*****
Nara mendaratkan bokongnya di kursi samping Hanna, lalu mengeluarkan buku dari dalam tasnya.
"Han" Nara mengedipkan matanya pada Hanna seakan memberi isyarat yang hanya dapat dipahami sahabatnya itu.
Hanna mengeluarkan buku fisikanya lalu memberikannya pada Nara.
"Peka deh suka" Nara memang sedikit lemah dalam hal akademik terlebih jika tentang hitung hitungan, namun dia sangat ahli dibidang yang lain. Padahal seminggu kemarin mereka baru saja selesai ujian kenaikan kelas tapi tetap saja guru guru itu tidak ada bosannya memberi tugas.
Tanpa menunggu lama Nara dengan jurus kilatnya menyalin seluruh jawaban yang ada pada lembar buku sahabatnya ke buku miliknya.
Hanna memang terkenal dengan kepintarannya, apalagi dia sering mejuarai beberapa olimpiade yang diikutinya.
Bertepatan dengan selesainya Nara menyalin, Pak Joko memasuki kelas dengan setumpuk buku buku tebal.
"Kumpulkan buku kalian, sekarang kita remedial ujian minggu kemarin" Pak Joko memberi perintah.
"Remed terossss"
"Gue belum bikin salinan njir"
"Yang pelit temen setan"
Yah kurang lebih seperti itu ocehan teman sekelas Nara. Hampir 70% dari mereka terkena remedial karena soal yang dibuat memang terlalu sulit, belum lagi penjagaan yang ketat membuat mereka kesulitan untuk menyontek. Untungnya Hanna dan Nara tidak ikut remedial, Hanna mendapatkan nilai yang hampir sempurna, berbeda dengan Nara yang nilainya hanya pas dengan KKM.
Ya setidaknya dia bersyukur karena tidak ikut serta dalam remedial itu, dia memang mati matian belajar untuk mendapatkan nilai yang bagus di pelajaran fisika walau hasilnya hanya mentok di 70.
Pak Joko mulai membagikan lembar soal dan seketika suasana kelas mendadak sepi. Fokus pada lembar soal yang penuh dengan tulisan dan angka yang bahkan tidak mereka mengerti.
5 menit
10 menit
15 menitHanna dan Nara hanya berdiam diri dimejanya, sesekali mereka bermain Handphone untuk mengusir rasa bosan.
"Kalian kerjakan dahulu, bapak kekantor dulu ada urusan, jangan berisik"
"Gue nyerah anjir" terdengar keluhan dari salah satu teman Nara yang frustasi sendiri melihat tak ada soal mudah yang bisa dia kerjakan.
"Woy lo udah?"
"Nomor sembilan apa njir"
Suasana kelas yang semula sepi kini berubah ramai karena ocehan teman sekelas yang sibuk meminta jawaban kesana kemari, bahkan bukan satu orang saja yang datang kemeja Hanna hanya untuk meminta jawaban yang sduah pasti akurat.
KAMU SEDANG MEMBACA
MORTAL STORY
Teen Fiction"Janji yaa, kita sahabatan selamanyaa!" "Iyaa, janji" ****** Alfareez dan Khanara adalah dua orang bersahabat yang berhasil mendirikan sebuah geng tangguh nomor satu di kota metropolitan. Thunderrangers atau yang banyak orang kenal sebagai Thunder G...