6. Maaf Zidan

9 1 0
                                        

Nara membuka matanya saat matahari menyorot masuk melewati celah gordennya. Diat tak sengaja kembali tertidur usai shalat shubuh karena memang semalam, dia baru bisa tidur pukul 1 malam. 

Nara merapihkan kasurnya lalu pergi mandi dan bersiap diri karena hari ini Nara akan pergi keluar.

Pagi ini matahari cukup terik. Ini adalah hari sabtu, dan sekolah memang libur saat weekend.

Nara sudah siap dengan cardigan coklat ditubuh nya. Dia juga memakai masker dan kacamata hitam sengaja untuk menyembunyikan lukanya dari Zidan. Kini Nara tinggal menunggu Zidan menjemputnya, pacarnya itu meminta untuk mengantarnya membeli hadiah ulang tahun untuk Ibunya.

Zidannnnn:

Nara, Zidan udah didepan.

Nara yang membaca chat itu segera keluar dari kamarnya. Saat hendak mengunci pintu kamar, tak sengaja dia berpapasan dengan adiknya.

"Kakak mau kemana?" Zila bertanya.

"Papah dimana? Nara balik bertanya tanpa menjawab pertanyaan Zila.

Zila merasa senang karena Nara mau berbicara padanya meski tidak menjawab pertanyaannya. 

"Papah lagi ke kantor kak, sore baru pulang" Nara tersenyum lega meski terhalang masker.

Dia melanjutkan langkahnya tanpa berpamitan pada Zila. Di depan gerbang terparkir mobil milik Zidan, untungnya Papahnya sedang pergi keluar, membuatnya leluasa keluar tanpa takut terkena amukan di pagi hari ini.

"Pagi cantik" perlakuan Zidan tak pernah berubah sejak pertama kali mereka menjalin hubungan. Selalu manis.

"Pagi juga Zidannn"

"Lho kok kamu pake masker sama kacamata item sih?" Nara sudah menduga bahwa Zidan akan melontarkan pertanyaan seperti itu. Dia juga sudah menyiapkan alasan sebelumnya untuk menjawabnya.

"Zidan kan kangen liat cantiknya pacar Zidan" Nara merasa pipinya memanas, mungkin kini pipinya memerah seperti kepiting rebus. Nara merasa kupu kupu mulai berterbangan di perutnya. Sederhana namun entah kenapa efeknya luar biasa.

"Ih Zidannn, Nara lagi pilek terus mata Nara juga sembab karena baca novel sedih kemarin malam." Nara mengutarakan alasan yang sudah dia siapkan sebelumnya.

"Sejak kapan Nara suka baca novel?" Nara seketika mati kutu.

"Ah itu em Nara dipaksa baca sama Hanna, nyebelin banget kan. Udah ah ayo jalan." Untungnya Zidan percaya. Dia mengaggukan kepalanya sambil tersenyum kemudian melajukan mobilnya menuju salah satu Mall sesuai dengan tujuan utamanya.

Diperjalanan mereka mengobrol hal hal penting sampai tidak penting. Sesekali juga Nara tertawa akrena lelucon yang dilontarkan cowo itu. Nara sayang Zidan begitupun sebaliknya. Mereka menjalani hubungan hampir 7 bulan lamanya.

Setelah sampai dan memarkirkan mobilnya, kini Nara dan Zidan berjalan menyusuri mall, mencari hadiah yang cocok untuk Ibunya Zidan. Mereka tampak serasi jika disandingkan berdua meski dengan penampilan aneh Nara yang terlalu tertutup.

"Mau beliin Ibu apa Dan" Nara bertanya, karena dari tadi mereka hanya mengelilingi mall tanpa ada tujuan.

"Eum, Zidan mau beliin ibu cincin aja, ayo" kini mereka berdua berjalan menuju salah satu toko perhiasan.

Mereka memilih cincin yang cocok. "Zidan lebih suka yang ini atau yang ini" Nara menujukkan dua cincin yang dipegangnya.

"Zidan beli dua duanya aja, satu buat Nara, satu buat ibu" Zidan kemudian mengeluarkan ATM nya dan membayar kedua cincin tersebut.

MORTAL STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang