Afeksi

2.4K 129 0
                                    

Jeno tahu ini bukan kali pertama mereka melakukannya, tapi entah kenapa ia selalu merasa tubuhnya mengejang saat kekasihnya memasukinya dengan begitu dalam, nafasnya tersengal, ia remat pundak sang kekasih setiap rasa menyenangkan itu muncul.

"K-kak Mark ..."

Mark berhenti dari kegiatan menggerakkan pinggulnya saat Jeno mencapai pelepasan untuk yang– entahlah, ia tidak menghitung itu.

Jeno memandang wajah tampan Mark yang berada diatasnya dengan nafas yang masih terputus - putus dan bekas air mata di pipi kemerahannya.

Melihat sang kekasih yang tampak kacau, membuat Mark merasakan miliknya semakin mengeras, ia mulai menggerakkan pinggulnya kembali dengan mata yang menatap lurus kearah Jeno, melihat bagaimana bibir bengkak kemerahan itu mengeluarkan desahan dan menyebut namanya berkali-kali, mengeluarkan isakan kecil sebagai respon bahwa Jeno sangat menikmati kegiatan mereka.

"Akh u-udah .. capek"

Jeno merasakan pahanya yang bergetar saat milik Mark yang terus mengenai titik ternikmatnya, sejenak ia melupakan hujan yang begitu derasnya membahasi bumi, melupakan kekesalannya karna gagal menonton film di bioskop bersama kekasihnya karna— hei, siapa yang ingin melewatkan berbagi kehangatan bersama orang tercinta dibawah selimut dengan segelas coklat hangat di tangan masing-masing dan dipelukan hangatnya, Jeno tidak mau melewatkan itu walaupun mereka melakukan lebih dari sekedar pelukan.

" Sedikit lagih hhh "

Beberapa kali setelah menggerakkan pinggulnya dengan kuat, Mark keluar dengan begitu banyaknya, memasukkan miliknya sedalam mungkin memenuhi lubang kekasihnya dengan cairan miliknya yang kental dan lengket.

Jeno pun keluar lagi sampai jari - jari kakinya menekuk, pahanya semakin bergetar dengan mata yang berbalik merasakan nikmatnya pelepasan mereka.

Mark merebahkan diri disebelahnya, membawa Jeno kedekapannya, mengusap punggung dengan kulit halus tanpa cacat itu.

" Kakak keluar banyak banget, perutku rasanya penuh. "

Mark bawa tangannya ke lubang senggama kekasihnya setelah mendengar ucapan itu, merasakan bagaimana cairan miliknya yang mengalir dan membasahi paha dalam serta kasur mereka.

"Seminggu lagi ya .. "

"Iya, seminggu lagi, siap memulai hidup baru bersama kakak?"

"Kalau aku gak siap aku gak mungkin terima lamaran kakak waktu itu."

Mereka semakin merapatkan diri, mengeratkan pelukannya sampai bisa merasakan suhu tubuh satu sama lain.

" Kalau Papa Mama tau kayaknya kita bakal dipingit deh. "

" Memangnya kenapa? "

" Kawin duluan baru nikah "

Mark tertawa menanggapi ucapan Jeno, mencium dahinya yang tertutup poni basah karna keringat.

Mereka berdua menikmati waktu yang tersisa, sebelum hubungan mereka berganti dari kekasih menjadi sepasang suami-istri?, Mengikat diri mereka dengan janji yang akan di saksikan banyak pasang mata, dengan ikatan yang diakui Tuhan dan semesta. Biarlah mereka berdua berada di titik tertinggi hubungan yang telah mereka jalin, sebuah hadiah bagi mereka yang tetap memilih satu sama lain sebagai rumah, bukan yang lain.


MarkNo One shootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang