2. The Boy

113 8 1
                                    

Well... it's Monday

Hari ini aku kembali bersekolah seperti biasa, sangat membosankan. Tetapi pada saat aku melangkahkan kaki ke dalam kelas, ada hal yang tidak biasa.

Beberapa murid perempuan tampak heboh memperbincangkan sesuatu. Sepintas aku mendengar mereka berbincang mengenai akan adanya seorang murid baru di kelas kami. Selanjutnya aku tidak mendengarkan apa yang mereka ucapkan lagi.

Bukankah itu hal yang biasa jika ada seorang murid baru?

Setelah bel sekolah berbunyi, Mr. Franklin datang. Tidak, tia tidak seorang diri. Di belakangnya ada seorang anak. Baiklah, kurasa itu murid barunya.

Anehnya murid-murid perempuan yang lain seketika heboh kembali. Mereka berbisik satu sama lain dengan senyum yang dibuat-dibuat agar terlihat manis? Aku tidak mengerti.

Ugh sialnya aku tidak dapat melihat rupanya. Sebab aku duduk di barisan kursi belakang dan murid yang lain menghalangi pandanganku.

Girl 1 : "Oh Tuhan. Ia tampan sekali."

Girl 2 : "Aku akan betah belajar di kelas."

Girl 3 : "He can't be real..."

Aku hanya mengabaikan apa yang mereka ucapkan dan menganggap perkataan mereka itu agak sedikit berlebihan, sampai akhirnya murid baru itu benar-benar menampakkan wajahnya dari balik punggung Mr. Franklin.

"Hi. My name is Zen."

Oh ternyata dia!

2 PM.

Sudah hampir 10 menit aku menunggu bus di halte sekolah. Tetapi sedari tadi belum ada satupun big red bus yang datang. Aku pun mulai dilanda perasaan kesal dan bosan.

Biasanya tidak selama ini.

Aku terus menggerutu tidak jelas sambil menatap kedua ujung sepatuku. Oh ya! Tiba-tiba saja aku teringat pada novel yang kupinjam di perpustakaan sekolah, yang berjudul Flipped. Lebih baik aku membacanya sekarang.

Lalu seseorang menepuk pundakku, sontak aku menoleh ke orang itu. Zayn.

Ia tersenyum canggung, begitu pula denganku.

"H.. hi" sapanya.

"Hey.. kau Zayn, kan?"

Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sambil berkata "Y.. yea. Kau Valerie, kan? Tetangga depan rumahku?"

"Hey dari mana kau mengetahuinya?"

"Tadi pagi aku melihat mu pergi ke sekolah. Dan kakak mu pernah memberitahu siapa nama mu."

Aku hanya tersenyum sambil mengangguk. Ternyata Zayn ini orang yang sopan juga.

Lalu ia kembali berkata "Salam kenal. Aku harap kita bisa berteman baik."

"Kenapa tidak?"

Kami berdua tertawa kecil hingga akhirnya sebuah bus datang. Tanpa menunggu lama, aku dan Zayn segera menaikinya. Kami memilih duduk di kursi sebelah kanan. Zayn menyukai tempat duduk dekat jendela sehingga aku duduk di samping kirinya.

London sedang diguyur hujan deras. Butiran airnya terus membasahi kaca bus. Aku merasa damai.

Zayn menatap dalam diam ke arah jalan raya yang terlihat samar-samar dari balik kaca jendela bus. Entah dari detik kapan aku diam-diam menatap wajahnya dari sudut yang amat sempurna ini. Bulu matanya yang lentik membuatku semakin jatuh dalam lamunanku sendiri.

Ugh mengapa ada lelaki cantik sepertinya. So am I turning into a lesbian or what...

"Val?"

Sontak aku langsung mengalihkan pandanganku ke arah yang lain. Okay baiklah, ini bodoh sekali. Ia pasti telah sadar jika tadi aku memperhatikannya.

"Uum ya?"

"Bagaimana jika mulai besok kita pergi dan pulang sekolah bersama?" tanyanya.

Sekali lagi aku mengangguk dan tersenyum. Ya karena... mengapa tidak?

Mulai hari ini dan seterusnya tidak akan sama seperti dulu lagi. Kini aku sudah punya teman baru.

Semoga Zayn tidak sama dengan teman-temanku yang ada di sekolah. Tak satupun dari mereka yang benar-benar kuanggap teman sebab aku tidak suka dengan kelakuan mereka.

Ya semoga saja...

______________________________________________

Need more votes pls, aku tau ini cerita memang msh abal-abal -_- tapi setidaknya aku butuh sedikit motivasi untuk terus melanjutkannya.. Terima kasih x

Let It Be Me // nh . zm  (DISCONTINUED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang