𝟎𝟕/𝟎𝟕

3.1K 617 40
                                    

Rindou tersenyum pasrah, membiarkan wajah tampannya terpoles make up mainan milik bocah lima tahun yang selama satu minggu ke belakang ini menginap di rumahnya.

Melihat penampilan sang adik, Ran justru tertawa lepas. "I'm so proud of you," ucapnya seraya mengacak surai gelap [Name]. Mungkin Ran mempunyai dendam pribadi dengan Rindou.

"Kak Rin cantik!" seru [Name] di selingi kekehan pelan. Jari mungilnya sibuk menyisir rambut minions milik laki-laki itu, kemudian kembali menatap kagum hasil kerjanya. "Princess Rindou!!"

Mendengar hal itu, Rindou yang justru sedikit tersipu langsung memalingkan wajah. Tetapi ia segara menepis hal tersebut—bagaimanapun ia itu laki-laki, tidak seharusnya dirinya merasa senang saat mendapat pujian 'cantik', apalagi dari seorang bocah!

"[Name] mau ikut kak Ran tidak?" tanya Haitani sulung setelah puas menertawakan sang adik. Selama gadis cilik itu tinggal di rumahnya, Ran belum pernah mengajaknya pergi jalan-jalan ke luar rumah.

Sang gadis mengangguk antusias. Ia langsung mengemasi boneka barbie juga make up mainannya—memasukkan ke dalam tas miliknya. "Kak Rin di ajak juga 'kan?"

Hanya sepenggal kalimat singkat, tetapi Rindou sampai tertegun saat mendengarnya.

"Jika dia mau keluar rumah dengan penampilan seperti itu," ucap Ran, meraih tangan mungil [Name] dan berniat membawanya pergi jalan-jalan, meninggalkan Rindou dengan sejuta kepedihan.g

"[Name] mau sama kak Rin!" seru [Name], kembali berjalan ke arah Rindou. Tangan kecilnya terulur, menarik ujung kaos yang Rindou kenakan.

Rindou menjulurkan lidahnya ke arah Ran, mengikuti langkah kaki gadis itu yang ternyata membawanya ke kamar mandi. Hal yang [Name] lakukan saat di kamar mandi kembali membuat Rindou tertegun.

Ya, gadis itu menghapus make up di wajah Rindou menggunakan sapu tangan yang sudah di basahi air.

Jika saja [Name] itu seumuran dengannya, mungkin Rindou sudah jatuh cinta sejak jauh-jauh hari.

— // —

Hari hampir petang, tetapi sepertinya mereka bertiga enggan untuk segera pulang ke rumah. Ran yang saat ini tengah menggendong anak kecil justru menjadi pusat pandangan para gadis di sepanjang jalan. Sedangkan Rindou hanya berekspresi datar.

"Kita pulang sekarang, ya?" tawar Ran, yang langsung mendapat balasan berubah anggukan kepala dari sang gadis. Tetapi Rindou mencegahnya dengan berceletuk; "Beli jajan dulu euy!"

[Name] menatap Ran, kemudian tertawa kecil. Namun, ketika hendak melangkahkan kaki menuju Jepangmaret di seberang jalan, pandangan gadis cilik itu salah fokus dengan seorang pria yang juga berada di seberang.

"Papa?!" panggilnya sedikit berteriak, membuat Ran dan Rindou saling melempar tatapan bingung. Jika Levi ada di sini sekarang, bukankah artinya laki-laki itu tengah menjemput putri kecilnya?

"Akhirnya ketemu juga." Levi Ackerman yang terlihat masih mengenakan pakaian formal berjongkok, mensejajarkan tingginya dengan tinggi sang anak—lantas membalas pelukan rindu itu.

[Name] memiringkan kepalanya. "Papa mencariku?"

Levi mengangguk. "Bibi bilang, [Name] sedang jalan-jalan," tuturnya. Setelah sepersekian detik saling berpelukan—mengabaikan dua kakak beradik yang menatapnya bingung, Levi kembali berdiri. "Terima kasih sudah menjaga [Name]."

Ran menaikkan salah satu alisnya. Ia baru tahu jika pak tua itu juga bisa mengucapkan kalimat berterimakasih.

"[Name] pamit—" Tak sempat Levi menyelesaikan kalimatnya.

"HAH?! [NAME] MAU PULANG???" tanya Rindou dengan suara yang ditinggikan, membuat tangan Ran refleks memukul kepalanya.

Gadis cilik itu mengangguk. "[Name] pulang dulu, kak Ran, kak Rin..." ucapnya seraya menatap Ran dan Rindou secara bergantian. Sebenarnya ia masih ingin tinggal di rumah Haitani bersaudara, tetapi bagaimanapun sang Papa sudah menjemputnya.

Rindou tertawa kecil saat menyadari [Name] yang tengah menahan diri agar tidak menangis. Tangannya terulur, mencubit pelan pipi tembam itu. "Kau boleh menginap di rumahku lagi, kapanpun itu. Jadi jangan menangis."

[Name] mengangguk seraya tersenyum simpul, kemudian segera masuk ke dalam mobil. Setelah itu, ia langsung membuka kaca mobil, melambaikan tangannya ke arah Ran dan Rindou.

"[Name]?" panggil Rindou setelah mesin mobil dinyalakan. "Pilih kak Ran apa kak Rin?!" Ah—sepertinya Rindou belum juga menyerah.

[Name] tertawa kecil. "Kak Ran—"

Ran tertawa, sedangkan Rindou pundung.

"—kak Rin juga!" lanjut sang gadis, sebelum akhirnya mobil putih itu melaju. "Kapan-kapan kak Ran sama kak Rin main ke rumah [Name], ya?"

Ran dan Rindou menganggukkan kepala, menatap mobil itu yang bergerak semakin menjauh. Sepertinya simulasi mengurus anak selesai sampai sini.

— E N D

𝐍𝐀𝐍𝐍𝐘 » haitani brothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang