Part Bonus

3.9K 412 55
                                    

"Ray, pulpen udah di bawa?"

"Udah, kok." ucapku menjawab pertanyaan para teman-teman. Ya, mereka teman-temanku yang ada di rumah sakit jiwa ini.

Meskipun aku sudah dinyatakan sembuh, tapi aku masih tetap tinggal di sini. Hitung-hitung membantu Kak Rani.

"Pokoknya nanti kamu harus lulus tes masuk kuliah itu, terus kuliah yang bener, ya. Nanti kalau udah lulus kamu bisa kerja di usaha baru aku tuh." ucap Fani antusias.

"Ih jangan mau, mending ikut aku aja. Nanti kalau aku udah nikah sama idol korea kan pasti otomatis jadi artis, kan. Nanti kamu jadi manajer aku, ya!" ucap Yeni tak kalah antusias.

"Ih masa begitu. Jangan mau, Ray. Sama aku aja!" balas Fani tak mau kalah

"Nggak, sama aku aja!" Mereka berdua pun bertengkar di sana.

Aku hanya tertawa melihat mereka. Meskipun ya mereka masih belum sepenuhnya sehat, tetapi entah mengapa aku nyaman dengan mereka. Selama setahun di sini, aku bisa mendapatkan keluarga baru yang tak pernah kudapatkan sebelumnya.

"Rayna, udah siap? Udah di jemput tuh di depan." teriak Loli berlari dari luar rumah.

"Eh siapa tuh?" ucap Fani antusias sambil membantu membawa tas ku keluar terburu-buru bersama Yeni dan Loli.

Aku pun menyusul mereka sambil menggelengkan kepala melihat tingkah mereka.

Sesampainya di luar, kulihat sebuah mobil terparkir di halaman. Beberapa saat kemudian pun keluar Pak Alpha dari mobil itu sembari membawa sekotak kardus dari dalam mobil.

Kulihat dari kejauhan sana Pak Alpha datang menghampiri kami. Baju casualnya serta rambut yang sedikit berantakan membuatnya tampak sangat muda.

"Eh, dia lagi? Cie, Rayna!" ledek Yeni.

"Cie Rayna di anter pacarnya toh ternyata. Aduh, NBL NBL NBL Ngiri Banget Loh." lanjut Fani diikuti tertawaan kami.

"Ih, emangnya kalian udah pacaran? Ray, seriusan udah pacaran? Jangan dong aku kan juga suka sama dia." tanya Loli dengan ekspresi cemberut.

Aku hanya tersenyum menanggapi mereka.

"Halo, kakak ganteng! Bawa apa tuh." sambut Feni segera setelah Pak Alpha sampai tepat di depan kami.

"Hai! Ini saya bawa buah. Kalian sudah makan buah belum?" jawab Pak Alpha ramah.

"Belum!" jawab Fani.

"Bohong! Tadi dia udah abisin pisang satu sisir." protes Yeni.

"Ih, sstt!" saut Fani memarahi Yeni. Ia pun melanjutkan, "Ini buahnya saya aja yang bawa ke dalam ya. Makasih loh sebelumnya." Fani mengambil ke kotak kardus itu ke pelukannya.

"Ih, bisa nggak?" ucap Pak Alpha khawatir.

"Ih, nggak apa-apa. Jangan perhatian gitu ah nanti saya suka." ucapnya dilanjut tertawa.

Ia pun hanya tersenyum ramah menanggapi itu. Yap, senyum manis yang bisa membuat orang bisa lebih jatuh hati padanya. Jahat memang.

"Rayna, udah siap semua?" tanya Pak Alpha padaku sembari mengambil alih tas ku.

Aku mengangguk menjawab pertanyaannya, "Udah. Ayo jalan!"

"Yaudah, pamit ya semuanya!" ucap Pak Alpha sembari berjalan denganku menuju mobilnya.

"Ayo masuk, Ray." katanya sambil membukakan pintu mobil.

Saat di depan mobilnya tiba-tiba langkahku terhenti, aku merasakan Dejavu. Sepertinya aku sudah pernah memimpikan ini dahulu sekali saat masih di sekolah.

Indigo & Intelijen [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang