Tiba-tiba seorang pria paruh baya menghampiriku dari kegelapan.
Saat sadar dengan apa yang kulihat, aku pun terpaku tak percaya sambil terus melihat kearahnya yang semakin mendekat.
"Ayah?"
Ia tersenyum dan melangkah pelan ke arahku. "Rayna apa kabar? Kamu baik-baik aja, kan?" tanyanya sambil mengusap kepalaku.
Air mataku mengucur deras. Aku langsung memeluk erat orang itu. Ya, orang yang selama ini hanya kulihat dari foto, orang yang selalu kubayangkan bagaimana penampilannya sekarang, dan ternyata rupanya tak jauh berbeda dengan terakhir kali aku melihatnya.
"Maafin ayah baru bisa nemuin kamu sekarang."
Aku memeluknya semakin erat sambil masih menangis. "Ayah kemana aja selama ini? Kenapa ayah baru datang sekarang?"
"Maafin ayah. Bukannya ayah nggak mau deket sama kamu, tapi pekerjaan ayah menuntut ayah nggak bisa deket-deket sama kamu."
Ia melepas pelukanku dan memegang pundakku, "Pekerjaan ayah bahaya, banyak yang mau ngelakuin hal jahat sama ayah. Ayah nggak kamu juga dalam bahaya."
Ayah mengusap air mataku dan melanjutkan, "Udah, nggak usah nangis, yang penting kan sekarang ayah udah ada sama kamu."
Aku mengusap air mataku dan mengangguk.
"Kamu udah makan? Kalau belum ayo kita makan."
Aku menganggukan kepala. Tak peduli sekenyang apa tadi, aku hanya ingin bertemu dengannya lebih lama.
"Yaudah, ayuk kita cari tempat makan."
Aku masih tak bisa berkata-kata. Aku hanya berjalan sambil sesekali melihat ke arahnya. Apakah ini benar-benar nyata? Aku tak tahu hari ini akan datang juga.
Aku sampai di sebuah warteg sepi dan duduk di sana.
"Rayna mau makan apa?"
"Apa aja." jawabku dengan senyum sumringah
Ayah membalas senyumanku. Tuhan, terima kasih telah mempertemukan aku dengan ayah, saat ini perasaanku benar-benar senang.
Ayah menyerahkan sepiring nasi dan lauk sederhana kepadaku, "Makan, maaf ya ayah cuma bisa bawa kamu ke sini."
"Nggak apa-apa, kok." kataku antusias lalu segera memakannya dengan lahap.
"Ayah nggak makan?" tanyaku
Ia menggeleng, "Nggak apa-apa, kamu aja."
Aku melanjutkan lagi makanku masih dengan perasaan senang yang tak terbendung.
"Pasti berat banget ya hidup sendiri di usia kamu saat ini terlebih lagi dengan kelebihan yang kamu punya."
Makanku terhenti ketika mendengar perkataan itu. Air mataku menetes ketika teringat semua masa-masa sulit itu.
Aku teringat masa-masa kecil ketika aku sering dianggap aneh oleh orang banyak karena aku sering mengatakan hal melantur setelah aku mendapatkan penglihatan masa depan. Tapi ayah selalu ada di sampingku untuk meyakinkan bahwa aku ini istimewa.
Aku mengusap kasar air mataku dan memasang senyum ke arahnya. Memastikan padanya kalau aku baik-baik saja.
"Ayah bangga punya anak seperti kamu."
Ia mengusap kepalaku, "Tenang aja sebentar lagi kamu nggak akan sendirian lagi. Ayah bakal selesaiin semua dan kita bakal hidup bersama. Kamu mau kan tinggal sama ayah?" lanjutnya
Aku mengangguk antusias.
"Tapi sebelum semua itu, ayah punya satu permintaan sama kamu."
"Apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Indigo & Intelijen [Revisi]
Misterio / SuspensoAku bisa melihat masa depan dan ternyata guru magangku di sekolah adalah seorang intelijen! Alpha bersama timnya mendapat tugas untuk menyelidiki kasus penjual-belian narkoba di SMA Pelita. Selain itu, Alpha yang mendapat tugas menjadi guru magang j...