9. Suka Gue?

4.6K 528 6
                                    

Kring... Kring...

"Yeay!" teriak sekelas ketika mendengar bel pulang. Semua berlari keluar sekolah tapi tidak denganku.

Aku diminta, lebih tepatnya diperintah untuk pulang bersama Pak Alpha. Ia bilang aku menjadi orang dalam awasannya. Ish, punya satu rahasia saja sudah berasa seperti tawanan. Tapi penting juga sih rahasianya.

"Ray," suara laki-laki membuyarkan lamunanku.

"Eh, Evan."

"Gimana tugasnya?" tanyanya.

"Oh, iya udah. Makasih ya,"

Ia tersenyum, "Oke."

Wah, tersenyum. Momen langka!

"Ehm, lo sendiri udah selesai? Tadi kan lo dateng telat." aku bertanya padanya

"Nggak."

"Nggak kenapa?"

"Nggak ngumpulin, nggak ngerjain juga."

Aku terkejut, "Terus tadi kenapa lo minta jawaban sama orang?"

"Buat lo."

"Cuma buat gue?" tanyaku lagi.

Ia menganggukkan kepala.

Menyadari kebaikannya aku jadi teringat kebaikannya yang lain. Kenapa ia melakukan semua ini? Dia kenapa, sih?

"Oh, iya oke. Tempat biasa ya." katanya dalam telepon .

Ia menurunkan ponselnya, "Ray, gue balik duluan, ya. Hati-hati pulangnya, jangan lupa ngerjain tugas! "

Aku melihat kepergiannya dengan menggerutu, "Ish, dia sendiri nggak pernah ngerjain tugas."

Tiba-tiba Rino melewati depanku untuk menaruh sapu selesai piket. Melihatnya lewat, aku jadi teringat sesuatu.

"Rino!" panggilku.

Ia menengok ke belakang, "Iya, Kenapa, Ray?"

Langsung tanya atau basa-basi dulu ya? Basa-basi dulu, deh, "Lo piket sendirian? Yang lain kemana?"

"Oh, mereka udah pulang. Tadi mereka udah minta tolong buat aku gantiin mereka piket."

"Gantiin? Oh, hari ini bukan jadwal piket lo?"

"Iya, aku besok."

"Gila, mereka belum kapok. Masih aja suka ngerjain lo."

"Oh, nggak kok. Tadi juga mereka minta tolongnya baik-baik, udah nggak marah-marah kayak dulu lagi."

"Sama aja, Rino." ucapku menahan amarah.

Aku melanjutkan, "Yaudah besok-besok kalau mereka minta tolong tolak aja nggak apa-apa, mereka nggak akan maksa lagi kok kayak dulu."

Ia menganggukkan kepala.

"Eh, gue mau nanya lagi dong." ucapku mulai serius.

"Apa?"

"Lo masih inget nggak kejadian beberapa hari yang lalu di UKS? Lo bilang anak-anak takut sama gue karena diancam. Diancam Evan kan maksud lo? Terus kenapa dia begitu?"

Raut mukanya berubah aneh, sepertinya ia tak mau menjawab pertanyaan ini.

"Lo nggak mau ngasih tahu, ya? Parah lu, No!"

Aku menunjukkan pipiku, "Lihat nih, Pipi gue masih biru gara-gara nolongin lo. Sekarang lo nggak mau bantu gue dikit ngasih informasi doang?"

Ia melihat pipiku," Udah nggak biru, kok."

Indigo & Intelijen [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang