Aku berada di sebuah ruangan gelap dengan pencahayaan minim. Di depanku ada dua laki-laki dan satu perempuan yang menatapku dengan tatapan yang cukup menyeramkan. Namun, salah satu dari laki-laki itu adalah.. Pak Alpha?
"Darimana kamu tahu identitas saya!"
Aku terbangun dengan jantung yang berdegup ketakutan. Mimpi apa lagi ini?
*****
Aku berjalan keluar kantin menuju kelasku setelah makan siang. Aku masih memikirkan mimpiku semalam. Dalam satu bulan ini setelah kedatangan guru magang itu, aku sering didatangi mimpi-mimpi aneh. Rata-rata mirip seperti mimpi semalam. Apa maksudnya?
"Halo, Pak!" tegur gerombolan perempuan kepada Pak Alpha jauh di depan sana.
Aku menatap sinis ke arah orang-orang itu. Terlebih lagi saat Pak Alpha menyambut mereka dengan hangat.
"Huft, sok baik. Semalam ia membentak-bentak." gerutuku pelan.
Tapi sebenarnya apa itu benar-benar penglihatan masa depan atau hanya mimpi biasa? Tapi kenapa sering sekali aku bermimpi seperti itu?
Aku mengacak-acak rambutku karena frustasi. Kenapa sih aku harus bisa melihat masa depan!
"Ray? Kamu kenapa?" tegur seseorang yang membuatku kaget.
Kulihat wajah orang tersebut, setelahnya justru membuatku lebih terkejut lagi. Orang ini kenapa tiba-tiba ada di depanku?
"Jangan diacak-acak gitu rambutnya." ucap Pak Alpha lalu tangannya mengarah ke rambutku. Sepertinya ia ingin merapihkan rambutku.
Aku segera memundurkan wajahku. "Nggak usah, Pak!" Aku langsung mengusap-usap rambutku sendiri.
"Kamu kenapa, Ray?"
"Nggak, nggak apa-apa. Saya duluan ya, Pak! Permisi." Segera kupergi meninggalkan dia. Heran, orang itu cepat sekali jalannya.
Aku masih berjalan ke depan dengan penuh rasa malu. "Jangan lihat ke belakang, jangan lihat belakang!"
BRUK
Rino tiba-tiba terjatuh dari arah toilet yang ada di sampingku dengan keadaan babak belur. Aku terkaget sejadi-jadinya.
Ketika melihatku di depannya, Rino langsung duduk memohon menghadapku, "Rayna, tolong aku! Tolong aku, Ray!"
Aku bertambah kaget. Aku? Kenapa tiba-tiba aku yang dimintai tolong? Padahal banyak orang juga di sana.
Rino tampak kesakitan. Terdapat keributan dari dalam toilet laki-laki di sebelahku. Dilihat dari babak belurnya, sepertinya ia habis dipukuli di sana sampai terdorong keluar. Dan betul, tak lama langsung keluar gerombolan sekolah yang dipimpin Aldo.
Saat mereka keluar, Rino semakin memohon kepadaku. Aku tak tega, tapi aku juga bisa apa?
"Eh Rino, mohon-mohon sama cewek, hahahaha. Kesini! mending main sama kita." Tangan Aldo menuju kearah rambut Rino. Aku tahu sebentar lagi ia akan menjambak rambutnya.
Aku segera menangkis tangannya dan menarik Rino kebelakangku. "Kenapa kalian ngelakuin ini? Kalian gila?"
Semua terkejut atas perlawananku. Salah satu dari gerombolan itu pun akhirnya membuka bicara, "Wah, Rayna udah bisa ngomong sekarang?"
"Gue tanya, kenapa kalian ngelakuin ini semua?" ucapku dengan nada agak meninggi.
"Eh, jangan marah-marah begitu. Ini tuh semua salah Rino, dia bohong katanya nggak ada duit pas digeledah tapi banyak duitnya."
"Ray, itu bukan duit aku, Ray! Itu uang ibuku buat bayar SPP sekolah!" bela Rino putus asa.
"Mau itu duit lo juga mereka nggak punya hak buat minta-minta sama lo!"
Aku memajukan badan sedikit untuk menatap Aldo, "Kalian memangnya siapa minta-minta duit begitu? Kalau mau duit, kerja! Miskin boleh, bodoh jangan! Gitu aja kok nggak paham." kataku sangat kesal. Aku memang sudah memendam kekesalan ini cukup lama. Akhirnya aku mengeluarkannya juga.
BUG!
Satu pukulan keras mengenai wajahku. Aku yang hampir terjatuh segera ditahan Rino. Sontak hal ini membuat suasana seketika hening.
Sakit rasanya, tapi sepertinya rasa malu lebih mendominasi. Bagaimana ini? Aduh Rayna bodoh sekali melakukan sesuatu tetapi tidak memikirkan kedepannya!
"Eh, maaf-maaf, Ray. Gua khilaf! Gua minta maaf!" ucap Aldo tiba-tiba memohon dengan wajah ketakutan.
Maaf? Ada apa ini?
Aku melihat ke sekeliling dan mereka juga melihat dengan wajah ketakutan. Ada apa sih?
"Iya, Ray. Maafin dia tolong!" bantu temannya sambil memegang pundakku. Segera kumengusir tangannya dari pundakku dan langsung pergi bersama Rino ke UKS.
Kenapa sih mereka?
*****
Aku termenung sambil mengompres pipiku yang membiru dengan es batu. "Kenapa mereka tiba-tiba ketakutan dan minta maaf?"
"Ray, ini." Rino menyerahkan kotak P3K padaku.
"Oh, ya. makasih ya, Rino." jawabku
Setelah hening selama beberapa detik, Rino pun membuka suara, "Ray, aku minta maaf ya. Gara-gara aku, kamu.."
"Eh, yang ada gue yang minta maaf. Maaf baru bisa bantu lo sekarang."
Aku melanjutkan, "Lagian tuh berandal pada nggak ada akhlak banget."
Aku berpikir sejenak lalu berbicara, "Eh, tapi kok kenapa mereka tiba-tiba minta maaf, ya?"
"Mereka kan takut sama kamu, Ray." celetuk Rino.
Alisku mengerut, "Takut? Takut kenapa?" tanyaku.
Kulihat wajah Rino berubah panik. Sepertinya ada yang ia sembunyikan.
"Cepet kasih tahu gue kenapa!" kataku memaksa.
"Tapi kamu janji nggak akan kasih tahu orang lain kalau kamu tahu, ya!" jawab Rino terpaksa.
"Iya-iya. Cepet kasih tahu!" perintahku tak sabar.
"Satu sekolah diancam buat jangan sampai ada yang ganguin kamu. Kalau sampai ada, habis mereka."
"Hah? Diancam siapa?" jawabku sangat kaget. Kenapa aku tidak tahu sama sekali soal hal ini?
Dubrak!
Suara pintu yang dibanting membuatku kaget. Aku tidak bisa melihat siapa dia karena terhalang gorden tapi aku bisa mendengar teriakan banyak orang di sana.
Terkejutnya aku ketika melihat Aldo diseret masuk oleh Evan. Muka Aldo babak belur dan merengek kesakitan.
"Eh, ada apa ini?" Aku sampai terbangun dari duduk karena saking terkejutnya.
"Cepat minta maaf!" perintah Evan kepada Aldo.
Aldo segera berlutut di hadapanku sambil memohon ampun. Apa-apaan ini?
"Eh, nggak usah sampai begitu." ucapku sambil membangunkan Aldo
"Gue minta maaf, Ray. Gue janji nggak akan ngelakuin ini lagi." katanya putus asa
"Eh tapi, kenapa tiba-tiba begini?" tanyaku kebingungan
"Lo terima permintaan maaf dia nggak? Atau pembalasan ini belum setimpal?" tanya Evan
"Eh, iya-iya. T-tapi, bukan cuma buat gue aja, sama Rino juga. Jangan pernah lo gangguin dia lagi."
"Iya, Rino gue minta maaf."
"Yaudah keluar sana!" Lagi-lagi Evan memerintah dengan suara dinginnya.
Aku melihat ke arah Evan. Kenapa dia melakukan semua ini? Apa dia yang dimaksud oleh Rino?
Evan membalas melihatku. Ia mendekat, "pipi lo sampe biru begini."
Kenapa sih dia? Kenapa peduli sama gue?
----------
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Indigo & Intelijen [Revisi]
Misteri / ThrillerAku bisa melihat masa depan dan ternyata guru magangku di sekolah adalah seorang intelijen! Alpha bersama timnya mendapat tugas untuk menyelidiki kasus penjual-belian narkoba di SMA Pelita. Selain itu, Alpha yang mendapat tugas menjadi guru magang j...