19. Mimpi

3.4K 428 14
                                    

Aku menyandarkan kepala pada silangan tanganku di atas meja. Walaupun sudah berjalan dari rumah ke sekolah, rasa kantuk belum saja hilang. Wajar saja, semalam memang aku tak bisa tidur. Baru saja aku dapat tidur pada pukul 3 pagi, dan sekarang jam 6 aku sudah ada di sekolah.

Aku mendekap kepalaku lebih erat saat suasana kelas perlahan mulai ramai. Tuhan, tolong beri aku waktu sebentar saja untuk tidur.

"Ray!" suara seseorang mengagetkanku.

Aku terbangun untuk melihat siapa orang itu. "Evan," kataku tak semangat

Sebenarnya aku ingin mengeluarkan sumpah serapah kepadanya, tapi rasanya terlalu malas. Aku menidurkan kembali kepalaku di atas meja dan membelakanginya.

"Dih, lemes amat kaya sayuran gak laku. Semangat dong!"

Hening. Ya, aku tak menanggapinya.

"Idih, gua dicuekin. Ayo bangun!" katanya sambil mengangkat bahuku untuk bangun.

"Ah elah, Van. Tolong banget, gue mau tidur sebentar." kataku masih dengan mata tertutup

"Eh, lo pucet banget. Sakit lo ya? Belum sarapan?" tanyanya panik

"Boro-boro sarapan, tidur aja gak sempet. Udah-udah jangan ganggu gue mau tidur sebentar aja."

Aku kembali menempelkan kepalaku di meja. Kurasakan tangan Evan memegang dahiku, "Panas, Ray. Sakit lo! Kemarin ujan-ujanan, sih!"

Terserah lah, ia mau menyalahkan seluruh dunia aku pun tak peduli, yang kuingin hanya tidur.

KRING.. KRING..

Mataku terbuka lebar ketika sadar bel masuk sudah berbunyi. Sial, sudah bel saja.

"Ayo ke UKS aja, Ray." bujuk Evan

"Ah, gara-gara lo sih. Harusnya gue tadi bisa tidur walaupun cuma 10 menit!"

"Ada guru! Ada guru!" teriak anak kelas berhamburan masuk kelas.

Aku menggertakkan gigi dan bangun, "Yaudah minggir, Van. Gue ke UKS mau tidur, nanti bilang sama gurunya gue sakit."

"Oh yaudah santai, Pak Alpha ini jam pertama." jawabnya santai

Tunggu, Pak Alpha? Oh iya, kenapa aku sampai lupa.

"Selamat pagi." suara Pak Alpha mengisi ruangan dengan kedatangannya.

Aku kembali duduk. Sial, akan malu sekali jika ia tahu kalau semalam aku sampai tak bisa tidur karena kejadian kemarin, apalagi sakit. Tidak-tidak! Dia tak boleh tahu!

"Loh, lo ngapain duduk lagi? Pak Alpha udah terlanjur masuk. Lo gak berani izin?"

"Nggak-nggak! Gue nggak jadi ke UKS, udah lo diem! Jangan cari perhatian, jangan sampe Pak Alpha kesini!" bisikku.

"Dih, lo sakit. Sana ke UKS, Gue anter dah."

"Nggak mau!"

"Pak!" teriak Evan hingga Pak Alpa menuju kemari.

Sialan Evan!

Aku menunduk untuk menghindari pandangannya.

"Pak, Rayna sakit. Saya mau anterin dia ke UKS."

"Nggak, bohong dia!" kataku mengelak

"Dih, udah jelas pucet gini masih ngelak."

Pak Alpha menatapku dengan khawatir, "Ray, kamu sakit?"

Bukannya menjawab, aku malah terdiam sambil menatapnya. Ekspresi itu, apa benar ia khawatir? Atau ekspresi ini juga masih dalam bagian perannya?

"Udah nggak usah ditanya, sakit ini dia. Saya izin anter dia ke UKS ya, Pak!"

Indigo & Intelijen [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang