"Anak-anak, untuk tugas presentasi ini kalian bagi kelompok masing-masing 5 orang, ya. Kelompok dibuat sendiri dan langsung diskusi, sekarang!" ucap Bu Eni ditengah sesi belajarnya.
Suasana kelas berubah ramai. Semua murid mencari dan memilih rekan kelompok masing-masing. Tetapi tidak denganku.
Aku tenang, aku tidak takut tak kebagian kelompok. Karena ada kelompok sisa, kan?
Namun tiba-tiba aku teringat sesuatu. Teringat perkataan Pak Alpha untuk aku mendekati Evan. Kenapa tidak dimulai dengan menjadi rekan kelompok?
Aku menengok ke belakang, ke arah bangku Evan. Kulihat dia sedang memohon kepada Alicia. Aku mendekatinya.
"Evan," panggilku.
Evan dan Alicia spontan melihat ke arahku. "Eh iya, Ray?" jawab Evan.
Bagaimana ya bilangnya? "Evan, satu kelompok, yuk!"
Alicia dan Evan terkejut atas permintaanku. Jujur saja ini pertama kalinya aku meminta seseorang untuk sekelompok denganku, terlebih lagi Evan yang terkenal kemalasannya. Rasanya tak mungkin hal ini terjadi padaku.
"Ehm.. maaf, Ray. Enggak deh, jangan sekelompok sama gue." tolaknya halus.
Apa? Dia nolak? Ini benar jawaban dari orang yang katanya suka sama gue?
Alicia melihat kearahku, "Yaudah deh, Van. Lo sekelompok sama gue, tapi awas aja lo males lagi!"
Aku benar-benar malu, bisa-bisanya seperti ini.
"Ray," panggil seseorang sambil menepuk pundakku.
Aku menengok ke arah orang yang memanggilku itu, "Ayo diskusi!" ajak Rino sambil mengarah ke 3 orang rekan kelompokku biasanya, ya kelompok sisa.
*****
"Yaudah, jadi begitu. Kita lanjut bahas bagian selanjutnya." kataku kepada rekan kelompokku.
"Ray, boleh izin pulang duluan nggak? Aku ada urusan penting di rumah." tanya Rino ragu.
"Lo kayaknya setiap kerja kelompok begitu terus, deh. Lagian apa sih urusan yang lebih penting dari tugas? Lo kan pelajar, urusan utama lo ya belajar!" jawabku kesal.
"Tapi udah cukup nggak sih diskusi kita, Ray? Kita udah diskusi tadi selama pelajaran Bu Eni terus dilanjut sekarang pulang sekolah." bela yang lainnya.
"Yakin udah cukup? Jangan sampai ada yang tanya-tanya lagi ya kaya biasanya." ucapku menggerutu.
Aku merapihkan bukuku di meja, "Yaudah kita selesai, besok kalian harus udah kirim materi ke gue. Nggak kirim, gue coret namanya." kataku mengancam.
"Ray, cepet banget. Tugasnya juga kan masih lama."
"Makin cepat makin baik dong, cuma gitu doang. Lagian gue nggak egois, gue juga kerja sama kayak kalian, malah gua edit PPT juga."
"Diundur dikit deh, Ray." mohon yang lain.
Aku berfikir sejenak, "Yaudah lusa, nggak ada toleransi lagi!"
Ekspresi mereka masih menunjukkan ketidakpuasan, tapi mereka tak berkata apapun.
"Oke, Ray. Gue pulang, ya." pamit Rino disusul yang lainnya.
Mereka semua pergi meninggalkan ku sendiri di kelas. Ya, suasana kelas sudah sepi karena sudah dari tadi bel pulang berbunyi.
Pak Alpha menghampiriku di kelas yang sedang memasukkan buku ke dalam tas, "Udah selesai kerja kelompoknya?"
Aku mengangguk, "Lama ya, pak?"
"Iya, banget malah."
Aku mengerucutkan bibir, "Lagian siapa suruh nunggu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Indigo & Intelijen [Revisi]
Mystery / ThrillerAku bisa melihat masa depan dan ternyata guru magangku di sekolah adalah seorang intelijen! Alpha bersama timnya mendapat tugas untuk menyelidiki kasus penjual-belian narkoba di SMA Pelita. Selain itu, Alpha yang mendapat tugas menjadi guru magang j...