Hubungan dua manusia ini bukan cinta biasa itu tarik ulur antara kendali dan ketakutan, antara luka dan kenyamanan.
Ketika rahasia masa lalu, tekanan keluarga, dan luka-luka tersembunyi mulai terkuak, keduanya terjebak dalam hubungan yang tak jelas...
Maaf ya update nya kurang lancar, soalnya mood nulis aku ilang trus hehe
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Arayan mana? Biasanya udah stanby tuh anak." tanya Revan yang baru saja memarkirkan motornya di samping motor Fajar.
"Nungguin ceweknya, biasa. Yang udah taken mah ke mana-mana juga harus bareng." jawab Fajar santai sambil membuka tutup botol minumnya.
"Lo iri, kan? Ngaku aja, lo," ledek Zegan sambil nyikut pelan lengan Fajar karna dirinya juga begitu.
"Dih, iri apaan. Bentar lagi gue juga punya kali," Fajar membusungkan dada, menyisir rambutnya dengan jari.
"Siapa? Spesifik dong, jangan halu,"
"Siapa lagi kalau bukan si Abel. Si Fajar kan cintanya udah gabisa ditolong," sambung Naufal yang dari tadi cuma jadi penonton tapi udah hafal luar kepala semua drama Fajar dan cewe yang di kejar nya itu.
"Lah, si Abel emang mau sama lo, Jar?" Zegan nyeletuk tanpa ampun. Muka polos, tapi kalimatnya tajam. Tawa pun langsung pecah.
"Kurang ajar, muka lo minta gue tampol!"
"Tenang, Jar. Si Abel pasti luluh kalau lo terus berjuang," semangat Naufal sambil menepuk punggung Fajar. Meskipun dia sendiri juga jomblo, tapi dia tidak seberisik Fajar.
"Berjuang apaan. Yang ada gue makin kelihatan kayak badut keliling," gumam Fajar, meski bibirnya nyengir juga. "Tapi... ya nggak apa-apa. Demi cinta, gengsi belakangan."
Zegan mendecak. "Gila. Baru kali ini gue denger Fajar ngomong sedalem itu. Cinta emang kejam ya, Bung."
"Kejam sih kejam, tapi tetep aja lo nggak laku," balas Revan cepat, bikin tawa meledak lagi.
Revan melirik ke samping, ke arah cewek yang sedari tadi ikut diam-diam menyimak.
"Mau ke kelas, atau di sini dulu?"
"Disini aja dulu, biar ke kelasnya nanti bareng sama si Alena," jawab Viona sambil mengecek ponsel. Sebenarnya dia malas menjadi tontonan siswa yang melewati parkiran. Tapi bodo amatlah terserah mereka juga toh.
"Yaudah, duduk sini." Revan menepuk bangku kosong di sebelahnya. Viona pun langsung duduk.
Tak lama, terdengar suara motor memasuki gerbang sekolah. Motor Arayan datang dan langsung parkir di samping motor Revan.
"Na, na... tiupin mata gue, kelilipan," ucap Revan sambil memejamkan sebelah matanya.
Viona yang langsung percaya pun refleks mendekat, siap meniup pelan.
Begitu wajahnya cukup dekat, Revan malah nyengir jahil—dan tanpa aba-aba, mengecup singkat bibir Viona.