Sorry for typo and happy reading
_____________Jillian membuka matanya sembari meringis kecil, menyesuaikan cahaya yang masuk. Tak terlalu terang, namun juga tidak temaram. Cahaya lampu kamarnya terasa berbeda. Ia bahkan lupa kapan ia mengganti warna cat dan perabotan di kamarnya.
"Kau sudah bangun Jo?"
Jillian menoleh kearah suara. Mengernyitkan keningnya. Setahunya, ia tak memiliki saudara laki-laki. Sepupu-sepupunya juga berada di negara lain. Lalu siapa pemuda yang menanyakan kondisinya, ini? Dan hei, namanya Jillian. Bukan Joan.
Tunggu......
Jillian menatap sekelilingnya, mencoba mencerna situasiIa seperti tak asing dengan tempatnya berbaring saat ini. Otaknya mencoba berpikir, mengulang memori-memori yang ia miliki.
Oh ayolah, ia memiliki ingatan fotografi. Tak mungkin detail sekecil semut akan hilang.
Jillian akhirnya ingat. Suasana dan latar tempatnya berbaring sekarang sama persis dengan cerita yang baru saja ia baca.
Lensera and the prince
Benar, buku itu. Tapi tak mungkin jika ia tiba-tiba bereinkarnasi dan masuk kedalam buku itu, bukan?
Jillian menjadi Joan nata sadié di dunia sekarang. Jillian ingat jika Joan adalah second lead yang cintanya bertepuk sebelah tangan. Yayaya, ia yang notabenenya adalah putri bungsu keluarga nata sadié terjebak friendzone dengan putra mahkota lensera yang merupakan temannya sedari kecil.
Sebagai second lead, kehidupan Joan tak begitu disorot sang penulis. Joan hanya muncul hingga sang tokoh utama pria bertemu dengan tokoh utama wanita saat mengantarkan Joan kesebuah butik.
Setelah itu, sang penulis fokus menceritakan kisah kedua tokoh utama, sedangkan kelanjutan kehidupan Joan tak pernah diungkit lagi.
Dibuku, Joan digambarkan sebagai seorang lady yang keras kepala, egois dan otoriter. Tak jauh beda dengan karakter tokoh utama pria, Theodore Archié Xavier. Yang juga sama-sama keras kepala.
Hidup dikeluarga kaya tak membuat gadis itu bahagia, walau kasih sayang orang tua masih dirasanya. Tapi kedua orangtuanya sering pergi keluar kota untuk urusan bisnis, sedangkan kedua kakaknya yang memang menjadi aparat negri lebih sering menghabiskan waktu di istana.
"Sepertinya aku memang selalu ditakdirkan menjadi orang kaya. Entah didunia sebelumnya, atau didunia dongeng ini." Jo, meski kita tau kalau ia adalah Jillian, menggumam kecil.
Lima menit merenungi kejadian yang menimpanya, Jo-atau Jillian, bangkit menghampiri cermin besar yang berada persis disamping lemari pakaiannya, atau pakaian Jo?
Ia menatap lekat wajah dan tubuhnya. Tak ada yang berubah dari wajah dan tubuhnya. Semuanya persis seperti saat ia masih menjadi Jillian Reagan.
Yang berbeda hanya dari segi pakaian yang terlihat kuno dan agak seram. Come on, dia sekarang berada didunia Harry Potter. Tentu saja semuanya terasa kuno.
Jo yang sekarang adalah dirinya, Jillian Reagan. Karena itu, Jo tak mau nasibnya meratapi sosok Theo yang tak membalas perasaannya.
Yang ia pikirkan kini hanya tentang bagaimana caranya agar bisa kembali ke dunianya. Masih banyak hal yang perlu dilakukan. Ia bahkan belum sempat menguburkan jasad kedua orangtuanya.
Mengingat kedua orangtuanya, membuat Jo menghela napas berat. Entah kenapa nasibnya saat menjadi Jillian Reagan atau saat menjadi Joan nata sadié begitu mirip. Well, meski kemiripannya hanya dibagian latar belakang keluarga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lensera and the Prince
FantasyIni hanyalah sebuah dongeng, tentang negeri yang bernama Lensera. Negeri yang begitu luas dan makmur. Yang dihuni oleh berbagai macam makhluk. Entah mortal, atau immortal. Dari mulai manusia biasa, hingga vampir. Negeri itu dipimpin oleh seorang raj...