Sorry for typo, and happy reading
__________Selagi menunggu sang naga keluar dari sangkarnya, Joan memilih untuk menjatuhkan butiran-butiran salju dengan sihirnya. Membuat Jiean mengernyit sebelum terkekeh kecil, sedangkan Theo malah melelehkan semuanya dengan sihir apinya. Membuat gadis itu memekik kesal.
"Sepertinya kau memang hobi membuatku kesal ya, Theo?" Gerutu Joan sebelum menjauhi Theo yang masih asik terkekeh diatas harimaunya.
Seketika hutan menjadi hening. Membuat Theo dan Joan saling melempar tatapan tanya pada Jiean. Jiean sendiri hanya diam, menatap gua didepannya lekat.
"Sudah waktunya, bersiaplah." Jiean mundur membiarkan kedua muridnya itu mengernyitkan keningnya bingung.
Tak lama kemudian, dari arah gua terdengar raungan besar. Diikuti asap yang keluar dari bibir gua. Lalu muncullah dua ekor naga. Badan dan sayapnya begitu besar. Kulitnya bersisik tebal dan mengilap. Matanya biru terang.
Satu naga itu berwarna hitam dengan corak biru dibeberapa bagian sisiknya. Sedangkan yang satunya berwarna biru dengan corak hitam.
"Jadi kalian adalah penyihir terbaik Lensera?" Naga hitam berujar, dengan mata yang menyelidik dua manusia didepannya.
"Kalau memang kau hanya ingin satu. Pilihlah Theo saja, ia calon Raja Lensera." Joan membalas dengan acuh.
Sedangkan Theo sudah mendelik kesal kearah gadis Nata Sadié itu.
"Menarik, disaat penyihir lain ingin melakukan bonding dengan naga penjaga Lensera, kau malah menolak dengan senang hati." Naga biru membalas ucapan Joan, netranya bertubrukan dengan obsidian kelabu sang gadis.
"Hanya orang-orang dengan ambisi yang tinggi yang mau merepotkan dirinya dengan melakukan bonding. Sedangkan aku sudah merasa cukup dengan kemampuanku saat ini, jadi buat apa repot-repot." Joan balas menatap obsidian biru sang naga.
"Kalian tentu tahu apa yang harus dilakukan jika ingin membuat ikatan dengan kami." Naga hitam berujar sembari menatap dua manusia yang digadang-gadang sebagai penyihir terbaik Lensera itu.
"Jiean sudah melepas selaput pelindung, aku harap kalian tak akan mengecewakanku." Naga biru menimpali.
Joan beradu pandang dengan Theo, seakan bertelepati. Joan yang melihat Theo mengangguk menghela napas panjang. Sebelum atensinya kembali teralihkan pada dua ekor naga penjaga Lensera dihadapannya.
"Sebelum itu izinkan kami mengenalkan diri. Aku Joan Nata Sadié, putri juga pewaris terakhir dari bangsa Sadié." Joan berujar sebelum berjalan memangkas jaraknya dengan naga itu.
Theo ikut berjalan kearah Joan, sebelum berhenti tepat disamping gadis itu.
"Aku Theodore Archié Xavier, calon raja ke sebelas Lensera.""Aku Nou." Balas naga hitam, sedangkan sang rekan menyipit pada dua anak manusia didepannya. "Aku Lou, aku harap kalian bisa membuktikan pada kami bahwa kalian memang layak menjadi penjaga Lensera berikutnya."
Keempat makhluk itu saling beradu pandang. Joan dengan netra kelabunya mencoba menelisik manik biru Lou, sedangkan Theo dengan netra hitam berkilatnya menusuk obsidian biru Nou.
Jiean sendiri sudah berada di dalam gelembung pelindung setelah melepas selaput pelindung di tempat itu dengan radius 2 kip¹. Menunggu dengan was-was apa yang akan terjadi diantara empat makhluk itu.
Lou dan Nou langsung mengepakkan sayapnya, terbang. Sedangkan dua penyihir muda didepannya langsung mengaktifkan sihir masing-masing.
Tubuh Theo terangkat keudara, dengan surai juga netra yang berubah menjadi kelabu terang. Sedangkan Joan melayang diudara, dengan surai dan manik yang berhbai menjadi putih terang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lensera and the Prince
FantasíaIni hanyalah sebuah dongeng, tentang negeri yang bernama Lensera. Negeri yang begitu luas dan makmur. Yang dihuni oleh berbagai macam makhluk. Entah mortal, atau immortal. Dari mulai manusia biasa, hingga vampir. Negeri itu dipimpin oleh seorang raj...