MD | 02

279 14 0
                                    

02. Calon mantu

***

Mata Kelna membola, jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya. Bukan, ini bukan jatuh cinta. Melainkan ia gugup takut dipecat akibat sikapnya yang kemarin.

"Heh, kau kah? sih gadis pendek dan galak itu huh?"ejek pria itu yang berhasil menyulut emosi Kelna.

"Sabar Kel! sabar! jangan sampai jurus tinjuan lu mendarat di wajah boss lu! bisa-bisa gue dipecat duluan ini mah!" batik Kelna.

Kelna menarik nafasnya dalam-dalam, pria asing itu melihat Kelna yang sedang mengatur emosinya. Ia tersenyum miring tanpa sepengetahuan Kelna. Kelna menatap wajah bossnya itu dengan senyuman manis yang terkesan tidak tulus, pria itu tahu.

"Ekhem, jadi bisa kita langsung ke intinya Pak?"tanya Kelna masih dengan senyumannya. Pria itu bersmirk, ia membales tatapan Kelna. "Davian Fernando Luitch, itu nama saya."

"Kamu..saya terima, dan sekarang kamu harus membersihkan Cafe ini sendirian dan harus selesai sebelum waktunya buka,"lanjut Davian dengan senyuman miringnya. Mata Kelna membola, what?! bukannya ia di sini bekerja menjadi tukang cuci piring doang?

"T-Tapi Pak, bukannya saya----"belum sempat ia menyelesaikan ucapannya, namun pria itu, Davian memotongnya. "Kerja atau saya pecat!"

Melihat Kelna yang hendak protes, ia langsung mengusir Kelna dengan tangannya seolah-olah harus keluar dari ruangannya. "Silahkan anda keluar, Nyonya Kelna Alghazali.."

Kelna melotot, dari mana pria ini tau namanya? ah ia lupa, pria ini kan bossnya jadi otomatis dia tau namanya. Lagian sebelum ia diterima bekerja di sini, ia mengasihkan data-data tentang dirinya.

Kelna berdiri, ia sedikit membungkuk, lalu pamit pergi dengan senyuman paksanya. "Baik kalo gitu saya permisi, tuan.."

Kelna membalik ia hendak melangkahkan kakinya keluar, namun ia menginjak tali sepatunya membuat ia harus terjatuh di depan boss barunya. Bukannya ditolong, pria itu malah menahan tawa yang semakin membuat Kelna malu dan naik darah dibuatnya.

"ARGHH LU KENAPA PAKE ACARA JATUH SUH KEL?! MAU TARO DI MANA MUKA LU?! HUAA MAMA KELNA MALU!!" batin Kelna berteriak.

Wajah hadist itu memerah entah menahan amarah atau malu. Ia berdiri dari jatuhnya, berdehem sebentar lalu kembali pamit pergi.

•••

Setelah keluar dari ruangan Davian, Kelna langsung misuh-misuh. Bagiamana tidak? hey! itu sangat memalukan, mau taro di mana mukanya??

"Arghh! kenapa sih bisa pake jatuh segala lagi?!"Kelna berjalan sambil menghentak-hantakan kakinya. Ia terlalu asik mengomel-ngomel sampai ia tidak sadar bahwa kakinya hendak menabrak kaki meja.

Dug

"ARGHH!"teriaknya, ia memegangi kakinya yang menabrak kaki meja. "Aduhh!"

Bruk

Entah kesialan apa lagi, sekarang Kelna terjatuh karena lantainya yang licin habis dipel oleh temannya, Davit.

"Aduhh! akhh!"Davit menoleh, matanya melotot sempurna melihat Kelna yang terpeleset. Ia segera membuang pel-lannya dan mendekati Kelna.

"Aduh so-sorry Kel, sumpah gue kira gaada orang. Lagian lu sih, pake jatuh segala,"ucap Davit menyalahkan Kelna. Ia lalu membantu Kelna duduk di salah satu meja.

Kelna mendengus. Sungguh ia merasa sangat sial sekali hari ini.

"Oke kalo gitu gue am---"Davit belum sempat menyelesaikan ucapannya, namun sebuah suara besar dan berat memasuki gendang telinga mereka.

"Biar saya saja,"Davit menunduk, ia lalu pamit pergi. Untung saja ia sudah selesai dengan tugasnya.

Davian menatap Kelna datar, namun senyummya mengejek membuat Kelna tambah kesal. "Dasar ceroboh!"

Kelna memberenggut, ia terus menyumpah serapahi pria di depannya di dalam hatinya. Kalo ia katakan langsung, mana berani.

Davian mengambil kotak obat yang sudah ia bawa, ia dengan telaten mengobati luka Kelna. Ya..kaki Kelna yang habis tertabrak kaki meja itu memar membiru, belum lagi saat ia habis jatuh dari lantai membuat kakinya tergelincir dan terluka.

"Awshh! p-pelan-pelan lah Pak,"ringis Kelna. Davian diam, ia tidak membales ucapan Kelna. Kelna memperhatikan wajah Davian, ternyata lelaki ini sangat tampan juga ya. Dan juga ia memiliki feeling jika bossnya ini duda.

"Ada apa dengan wajah saya?"Kelna mengerjapkan matanya pelan. Sial! ia terciduk, sungguh hari ini ia benar-benar malu terlebih lagi dengan Davian.

"E-Enggak kok! siapa juga yang ngeliatin muka s-situ ah iya,"elak Kelna dengan gugup. Davian menatap dalam Kelna membuat Kelna tambah gugup, pria itu mengangkat alisnya seolah tidak percaya lalu mengangkat bahunya tak peduli.

"Terserah,"setelah mengatakan itu ia pergi tanpa mengatakan apapun itu. Kelna tadinya mau berterimakasih, namun pria itu sudah pergi dahulu. Ah baiklah, ia akan berterimakasih di lain waktu saja.

"Fiks! dia bakalan jadi mantu Mama Ayu ntar! gue jamin itu!"

•••

Sehabis pulang bekerja, Kelna tidak langsung pulang ke rumah. Melainkan ia pergi ke rumah tempat ia bekerja. Ya..ia memang memiliki pekerjaan dua, sebelum ia diterima bekerja di Cafe, ia bekerja sebagai guru privatnya Deni, salah satu orang yang menjadi murid lessnya.

Kelna mengetuk pintu kamar Deni, ia ke sini sambil membawa cemilan yang ia beli di Indomaret tadi.

Tok tok tok

Pintu terbuka, menampilkan sosok remaja laki-laki tampan yang seumuran dengan Zidan. Masih ingat siapa Zidan? itu loh anaknya dari seorang Davian.

"Hey! ayo belajar! nih saya kasih ini buat kamu, supaya semangat belajarnya,"Deni melirik ke arah kresek yang dibawa Kelna. Ia mengambil kresek itu, lalu membuangnya ke sembarang arah.

Kelna melotot, itu ia beli mahal-mahal dan dengan tidak berdosanya remaja lelaki ini membuangnya, segera saja ia memungutnya kembali. "Kok dibuang? mahal loh saya beli,"

Deni bersedekap dada, ia menatap Kelna datar dan males. "Ck,"

Ia berjalan dahulu ke bawah tepatnya di ruang tamu, ya..itu biasanya memang tempat belajar mereka.

Kelna mengusap dadanya sabar menghadapi tingkah anak murid lessnya yang sangat berbeda dengan yang lainnya. "Sabar Kel, sabar. Orang sabar makin kaya,"gumamnya menyemangati.

Kelna menyusul Deni, ia menaro kresek itu di atas meja lalu mengambil buku di tas Deni. Kenapa tidak Deni saja? karena percuma, remaja itu tidak akan mau.

"Nih, sekarang kita ngisi pr kamu dulu. Pr-nya cukup mudah, kalo kurang paham bisa tanya sama saya,"

Deni merebut buku itu. "Gak perlu,"ucapnya singkat, lalu ia mulai mengerjakan itu semua.

Kelna bersabar, kalo bukan karena uang ia akan koar-koar. Tapi masalahnya, Deni juga sudah termasuk anak muridnya yang paling lama belajar darinya, jadi otomatis ia tahu dengan sikap Deni. Kelna menghitung mundur dari dalam hati.

3

2

1-

"Ini gimana?"tuh kan, bilangnya sih gak perlu. Ujung-ujungnya bakal nanya juga.

Kelna sedikit mendekat, lalu ia menjelaskan pelajaran itu dengan bersabar walau Deni daritadi tidak paham-paham.

Akhirnya setelah cukup lama, Deni paham dan mereka pun belajar pelajaran lainnya lagi sampai malam tiba.

***

Guys mau cerita:(
Pernah gak sih kalian gabung di grup, eh malah dikacangin terus. Suka males gak sih? kadang hal sepele itu suka buat badmood huhu:(

Oh iya, kalian juga bisa baca cerita aku lainnya lagi ya. Part ini masih awal, jadi wajar aja kalo kurang seru hehe..

Jangan lupa follow akun ini ya, votenya juga jangan pelit-pelit (◍•ᴗ•◍)
Thank you 💗💗

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 02, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mas DurhotkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang